Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

SHINee Fanfic // When Your Hero Is ComeBack

17 Komentar

  • Title : When Your Hero is Comeback
  • Author : Rasyifa [ https://rarastory.wordpress.com ] |
  • Genre : Life, Romance, Little Angst.
  • Main cast :
    –  Lee Jinki
    –  YOU (girl) as Kim _____.
  • Rating : PG- 13
  • Length : Oneshot
  • Imagination From : Program Nilai kehidupan
  • Disclaimer : Alur cerita terimajinasi penuh dari program nilai kehidupan, karakter semua tokoh yang terlibat dalam cerita hanyalah imajinasi pengarang, gaya bahasa dan penentuan alur sepenuhnya karya pengarang.
  • AN : Warning cerita engga jelas! Kalau terlanjur mau baca..yah ONEWlah~ ^^
  • Then..Happy Reading Guys^^ Don’t forget to Read + Comment + Like. Gamshamnida ^^

Fanfiction©2012 Rasyifa

Kring.. Kring.. Kring..

Suara telpon itu membuat langkahmu tergesak-gesak untuk menuruni anak tangga, lalu dengan setengah berlari, kau pun menghampiri sebuah telpon yang tergeletak di sudut ruang tengah rumahmu.

“Hallo, dengan keluarga Kim disini. Ada yang bisa saya bantu?” ucapmu ketika gagang telpon tersebut sudah terangkat. Dan tiba-tiba suara tawa renyah yang lembut lah yang kau dengar membalas ucapanmu itu.

Tawa renyah yang damai.

Tawa lembut yang menghanyutkan.

Tawa…milik seseorang, yang teramat kau rindukan.

Oppa?” gumammu tak percaya.

Ya, ini aku, Princess Kim!” balas seseorang dari seberang telpon masih menyisakan tawa kecil di ujungnya.

Yang benar saja. Kenapa oppa bisa menelpon?”

“Hei..hei apa maksudmu! Kau pikir aku berada dimana sekarang, apa kau pikir aku sedang di negeri antah berantah yang tidak mengenal yang namanya telpon? Aku kan masih di Korea—masih di Bumi—, jagiya!”

Arraso, hanya saja kan..oppa sedang wamil, aku pikir saat wamil tidak bisa menelpon!” kau menjawab sambil mendudukkan dirimu pada sebuah sofa yang tergeletak di samping meja telpon. Dan seseorang di balik telponmu kembali tertawa renyah saat mendengar apa yang barusan kau ucapkan.

“Aturan macam apa itu? Kau pikir wamil itu acara pengasingan diri dari teknologi? Tentu saja tidak!”

“Aaaa~~ ya..ya. . ohiya, apa tujuan oppa menelpon?”

“Hei! apa aku tidak boleh menelpon pacarku? Aku kan merindukannya!” kau terkekeh pelan mendengar jawaban itu. Benar-benar gombal, batinmu merutuk.

“Oh ya, memang siapa pacar oppa itu?” berniat menggodanya, kau pura-pura bertanya tentang pacarnya, Er..sudah jelas itu adalah dirimu-kan. Dasar sama saja!

“Astaga, jangan membuang waktu hanya untuk pertanyaan kuno itu! Kau pikir siapa jawabannya? Tentu saja eomma-mu-kan! Hahah..bercanda!” kau memainkan bibirmu kesal saat orang yang kau ajak bicara justru membuat lelucon —yang sama sekali tidak lucu—.

Sigh..harusnya dia menjawab ‘pacarku itu gadis cantik yang sangat baik hati sepanjang masa, namanya Kim ____ , yang sedang aku telpon ini’ batinmu mendumel.

“Hey, kau masih disana-kan? Kenapa hanya diam? Apa kau baru saja terselak angin?” Oh ayolah Lee Jinki, jangan mulai lagi untuk membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu itu. Apa kau tidak tahu kalau ini sedikit err.. menggelikan.

“Yah, lebih buruk! Aku tadi.. terselak cintamu!” ucapmu konyol  padanya dan sosok di seberang telponmu nampak terhenyak karena jawaban konyolmu itu. Heh, benar-benar rupanya!

Namun tiba-tiba hening…

Kalian saling terdiam~

Tidak ada suara kecuali suara angin yang berisik~

Masih diam dan hening~

Ck..sepertinya, kali ini dialah yang terselak angin saat mendengar godaanmu itu.

* * *

Itu adalah percakapan terakhir dengannya, sekitar dua bulan yang lalu. Dan sejak saat itu dia tak pernah menghubungimu lagi. Ada apa dengannya? Apa kegiatan wamil benar-benar sangat menyibukkannya? Apakah dia lupa dengan pacarnya yang sangat mencintainya ini? Atau sekarang dia memang sedang berada di negeri antah berantah yang tidak mengenal telpon?

Kau terus berusaha menghubungi Lee Jinki, kekasihmu itu. Tapi setiap kali kau mencoba hasilnya selalu saja sama, gagal. Kau yang baru memasuki bangku universitas itu, benar-benar menyimpan rasa khawatir  yang besar  pada keadaan kekasihmu yang sedang menjalani wajib militer itu.

Ditambah berita yang sekarang marat dikabarkan di berbagai sumber,  baik media elektronik ataupun media cetak, berita tentang perang yang kembali memanas antara Korea Selatan dan Korea Utara, dan bahkan ada isu yang menyampaikan bahwa peserta wamil tahun ini akan ikut langsung berpartipasi dalam perang ini.

Hey.. Apakah berita  itu benar?

Itu yang kau tanyakan di kepalamu sendiri, setiap berita yang berkaitan tentang wamil sampai di telingamu. Tapi tak ada yang bisa menjawabnya, sebab itu hanyalah sebuah  isu yang tak pasti kebenarannya.

* * *

 

Malam itu kau tak leluasa tertidur di atas kasurmu, bagaimanapun empuknya kasur itu rasanya tidak cukup ampuh untuk membuatmu merasa nyaman. Bed cover hangat yang selama ini menemanimu saat tidur juga nampak tak kau pedulikan, bahkan sekarang kau sama sekali tak merasakan  kedinginan.

Perasaanmu benar-benar terusik dengan berita yang baru saja kau saksikan dari televisi, beberapa menit lalu. Berita tentang klarifikasi isu ‘peserta wamil ikut perang’, dan ternyata isu itu benar. Bahkan dikabarkan banyak korban berjatuhan saat perang tersebut. Lalu Bagaimana dengan peserta wamil bernama Lee Jinki itu? Apakah dia selamat? Atau justru… ahni~ lelaki dengan gigi kelinci itu pasti selamat, bukankah dia itu kuat? Dia bisa memecahkan kulit kacang hanya dengan jarinya.

Tapi jika hal terburuk itu terjadi bagaimana? Apakah kau bisa menerimanya? Ketika kekasihmu itu datang dalam keadaan tak bernyawa lagi, apa yang  bisa kau lakukan?

Diam…

Terdiam..

Membisu..

Mencoba berpikiran jernih..

Dan..justru malah airmata lah yang menyeruak..

Sigh, sepertinya jika hal buruk itu terjadi..kau tak akan pernah bisa menerimanya. Ya.. kau tak sanggup untuk kehilangan kekasih manismu itu. Mungkin saja kau akan menjadi gila.

“Oppa ingin pergi wamil, kenapa cepat sekali? Bukankah wamil bisa ditunda..oppa bahkan baru 22 tahun kan?” ucapmu saat Jinki menyampaikan bahwa ia akan menjalani wajib militer, saat itu kau benar-benar merasa bingung atas keputusannya itu.

“Aku pikir lebih cepat lebih baik, jika aku wamil saat ini.. maka disaat kita menikah nanti, aku tak akan meninggalkanmu lagi untuk wamil. Lagipula wamil saat muda sepertiku, jauh lebih banyak manfaatnya daripada wamil di usia yang bisa dibilang tidak produktif lagi!”

“Berapa lama Oppa?”

“Sama seperti orang lain, hanya satu tahun!”

“itu sangat lama!”

“Tidak akan lama, jika kita menjalaninya bersama!” dia tersenyum menatapmu, mata sipitnya ikut menyipit di balik kaca mata yang ia kenakan. Terlihat sangat manis, dan tampan.

“Saat oppa pulang, oppa harus menunjukkan  otot hasil wamil padaku!”

Lelaki itu mengangguk lalu tertawa renyah, kemudian dengan hangat membawamu masuk ke dalam dekapannya. Mengelus halus punggungmu dengan sesekali memberikan kecupan di atas pucuk kepalamu. Hmm..lelaki yang romantis.

“Berjanjilah, kau akan baik-baik saja selama aku wamil jagiya!”

“Aku tidak akan baik-baik saja tanpa oppa. Tapi baiklah, akan aku coba.!”

“Dan jangan pernah untuk mencoba berselingkuh ya!”

 

Kenangan bersamanya terlalu manis untuk diingat, hingga saat mengingatnya.. kau harus menangis sambil tersenyum seperti itu. Kau menyeka airmatamu yang jatuh membasahi pipimu, kemudian menarik nafas pelan, untuk mensterilkan detak jantung dan perasaanmu yang kurang normal.

“Tidak apa-apa, dia akan baik-baik saja! Tidak apa-apa, dia pasti sehat tanpa ada kurang sediki tpun!”  gumammu mencoba berpikiran positif.

* * *

To : Jinki Oppa

Oppa..sebentar lagi aku akan ulang tahun, apakah oppa melupakannya? Appa dan Eomma bilang bahwa pesta perayaannya akan dilaksanakan minggu ini. Aku berharap oppa tidak melupakannya dan oppa akan datang. Aku benar-benar mencemaskan oppa sekarang!

Saranghae

~Kim____~

Kau menghembuskan nafas berat saat sebelum mengirim pesan singkat itu, dan dengan susah payah akhirnya kau mengirimnya.

Lima menit, Selfonmu belum memberikan sebuah sinyal akan adanya pesan balasan dari Lee Jinki.

Sepuluh menit, masih sama seperti lima menit yang lalu..

Tiga puluh menit, kau mulai merasa jengah untuk menunggu..

Satu jam, hatimu mulai mencolos tak karuan..

Dua jam, bahkan kau sampai tertidur saat menunggu balasan pesan itu. Oh Lee Jinki, sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan di balik ini semua.

* * *

Kau mencoba memaksakan senyum kepada teman-temanmu yang datang di pesta ulang tahunmu, sesekali mengangguk kepada mereka yang memberiknmu ucapan selamat, tapi kau justru lebih sering menatap gerbang masuk aula tersebut —mengharapkan seseorang muncul disana—. Tapi justru rasa kecewalah yang datang, saat melihat yang muncul di balik gerbang itu bukan  orang yang kau harapkan. Sepertinya dia benar-benar tak akan datang.

 

Dreett.. Dreett..Dreett

 

Kau sedikit terusik dengan getaran yang tiba-tiba muncul di genggaman tanganmu, yang berasal dari sebuah selfon tipis berwarna putih yang sedang kau genggam erat di tanganmu.

‘sebuah nomor sim card, yang tidak dikenal menelponmu’

Kaupun  menyentuh bagian panah hijau yang bergerak ke kanan di bagian layar selfonmu yang menyala, kemudian dengan malas menyapa telpon tersebut.

Yobboseo?” gumammu malas.

Happy Birth Day, sweetheart!

Degh..

Suara ini..

Detakan jantungmu..

Kau hampir merasa mati berdiri sekarang.

Oppa!” ucapmu tak percaya, yah..dari suara yang muncul di balik telpon yang tersambung itu sepertinya suara itu adalah milik kekasihmu.

Happy Birth Day Jagiya! Saengil cukkaehamnida! Semoga apa yang kau inginkan akan segera tercapai di ulangtahunmu yang ke sembilan belas tahun ini!” kau hampir menitikkan airmata saat mendengar  apa yang lelaki itu ucapkan.

“Kenapa oppa tidak pulang, bukankah program wamilnya sudah selesai tiga hari yang lalu! Apa oppa tidak menyukaiku lagi? Kenapa oppa tidak datang ke pestaku!” mencoba mengindahkan ucapan lelaki itu, dan justru membuat sebuah pembicaraan baru, sebuah pembicaraan yang sudah lama kau nantikan.

Mianhe..Mianhe!” gumam lelaki itu dengan nada yang terdengar sedikit serak, entah apa maksud dari ‘Mianhe’ itu, apakah dia minta maaf karena tak bisa hadir atau justru maksud yang ‘lainnya’.

Oppa..aku benar-benar merindukan oppa! Jeongmal! Apa kau tahu itu?”

Nado, nado jagiya!”

“KALAU BEGITU KENAPA OPPA TIDAK DATANG KE PESTA ULANGTAHUNKU, HAH!” berbicara dengan kencang, membuat orang di sekitarmu menoleh heran padamu, tapi kau terlalu enggan untuk mempedulikan semua itu.

Hening.. sepertinya tak ada sahutan dari balik telpon itu.

“Opp..”

“Aku datang jagiya, aku datang!”

“Maksud oppa?”

“Aku datang ke pestamu, bahkan aku dapat melihatmu yang sedang memakai gaun abu-abu selutut, dengan rambut ikal gantung yang tergerai bersama sebuah mahkota mungil yang menghias di kepalamu, kau terlihat sangat cantik!” kau tercekat di tempatmu.

Dia datang..dia datang,

dia bahkan dapat mendiskripsikan penampilanmu dengan sangat jelas sekarang.

Tapi.. dia dimana? Dimana dia? dimana kekasihmu itu.

“Lalu..sekarang oppa dimana?”

“Di luar gerbang masuk!”

“Kenapa oppa tidak masuk?”

“Ak..ak..aku tidak datang sendiri jagiya! Aku bersama seorang teman!”

“Benarkah, siapa oppa? Kalau begitu ajak saja sekalian teman oppa masuk!”

“Bolehkah?”

Tentu saja boleh, teman oppa-kan temanku juga! Bukankah kita biasa mengenalkan teman kita masing-masing? Seperti oppa mengenalkan Kibum Oppa dan Jonghyun  Oppa padaku, aku juga mengenalkan temanku –Seohyun — pada oppa-kan!” ucapmu sambil tersenyum.

“Tapi..jagiya! temanku kali ini.. berbeda! Dia berbeda dari Kibum dan Jonghyun, sangat berbeda!” kau mengerutkan keningmu saat mendengar apa yang diucapkan kekasihmu, dan tak bisa dihiraukan kalau kau juga sedikit menaruh rasa penasaran dengan kata ‘berbeda’ yang diucapkan Jinki padamu.

“Berbeda?”

“Yah.. sangat berbeda! Aku mengenalnya saat Wamil. Dia bahkan menjadi teman setia saat aku ikut berperang melawan Korea Utara. Dan disaat itu pula-lah dia menjadi berbeda!” Kau terdiam menunggu Jinki menyelesaikan ucapannya, dan entah kenapa..kau merasakan perasaan tidak enak menyelimutimu.

“Setengah wajahnya hancur karena terkena ledakan granat saat perang, kedua kakinya juga diamputasi karena terjebak perangkap musuh, dan tangan sebelah kanannya mengalami lumpuh total. Kondisinya parah, setengah wajah yang tersisa bahkan dipenuhi luka-luka jahit yang belum mengering. … jadi sudikah kau menerimanya ikut bergabung di pestamu?”

Kau terdiam di tempatmu, mendengar diskripsi singkat dari Jinki membuatmu membayangkan kondisi teman Jinki itu yang sebenarnya. Pasti…benar-benar parah.

“Ja..gi..ya! jadi.. apa kau bisa—-menerimanya?” suara Jinki terdengar terisak, suara lembut milik lelaki berkaca mata itu terdengar sangat pelan dan berbisik.

“Oppa, aku sebenarnya tidak masalah.. hanya saja aku takut para undangan yang lain merasa terganggu karena kehadiran teman oppa itu. Bagaimana jika teman oppa masuk setelah pestanya selesai saja?”

“Begitukah?”

Ne, apa tidak apa-apa?”

“Gwenchana jagiya..kalau begitu baiklah!” kau tersenyum sambil menghembuskan nafas lega, kemudian melangkahkan kaki perlahan menuju gerbang masuk.

“Ahya oppa, aku akan kesana untuk menemui Oppa dan teman oppa itu!” ucapmu sambil memutuskan telpon.

 

*  *  *

Kau melirik ke kanan dan kiri, mencari sosok lelaki tegap yang berdiri, sosok kekasih manismu.. tapi kau justru menemukan sosok yang duduk di atas kursi roda, dan orang itu nampak membelakangimu,   dengan pelan..kaupun melangkah mendekati sosok itu.

“Permisi..apa kau teman Jinki oppa?” ucapmu pada sosok yang membelakangimu itu, dan saat menyadari seseorang telah mengajaknya bicara, sosok itu memutar kursi rodanya untuk berhadapan denganmu, kau pun tercengang melihat kondisinya.

Sebagian wajahnya memang rusak, bahkan kondisi sebelah matanya seperti dijahit, lalu kakiknya..ya,kedua kakinya  sepertinya memang telah diamputasi. Persis seperti yang didiskripsikan Jinki padamu di telpon tadi.

Degh..

Tapi salah satu matanya —yang kondisinya masih bisa dibilang cukup baik— itu memandangmu, dan cara dia memandang seperti tak asing untukmu.

Sorot matanya..

Garis sipit yang lembut..

Seperti cara khas seseorang memandangmu.

“Jagiya!” gumam sosok itu dengan suara lembut yang menggetarkan ulu hatimu.

Dan..wushhh~

Angin malam berhembus kencang, menggoyang rambutmu yang tergerai. Dan kau justru mematung di tepatmu berdiri.

Ji—- jin—-Ki, opp—–oppa?” kemudian sosok itu mengangguk ragu padamu, sementara kau merasa sebuah badai tiba-tiba melanda kepala dan bagian jantungmu secara telak.

* * *

Kau memeluknya tanpa ragu, memeluk kekasihmu yang duduk di atas kursi roda itu lalu kau menangis sejadi-jadinya dalam dada bidangnya yang terasa hangat.

“Oppa.. kenapa bisa begini? Kenapa oppa jadi begini?” ucapmu sambil menangis, kau bahkan tak pernah membayangkan semua ini terjadi, kau selalu mengingat wajah lelaki manis yang selalu menemanimu itu, wajah seseorang yang selalu menghiburmu dengan lelucon kekanak-kanakan, wajah putih dengan aset yang sempurna, wajah tampan yang rupawan. Tapi kini, tak ada yang tersisa di wajah itu, wajah itu bahkan dipenuhi bekas luka yang terlihat sangat mengerikan.

“Oppa.. apa ini sakit?” lelaki itu menggeleng padamu sebagai jawaban, dan anehnya meski jawabannya  adalah tidak, kau justru malah semakin terisak dalam tangisanmu.

“Gwenchana jagiya, jangan menangis di hari ulangtahunmu..itu tidak baik!” menyekakan airmatamu dengan tangan kirinya sambil mencoba tersenyum dengan bibir yang dihiasi luka bakar di ujungnya.

Oppa…!”

“Masuklah, nanti aku akan ikut masuk setelah pesta selesai!”

Degh…


“Ja..gi..ya! jadi.. apa kau bisa—-menerimanya?” suara Jinki terdengar terisak, suara lembut milik lelaki berkaca mata itu terdengar sangat pelan dan berbisik.

“Oppa, aku sebenarnya tidak masalah.. hanya saja aku takut para undangan yang lain merasa terganggu karena kehadiran teman oppa itu. Bagaimana jika teman oppa masuk setelah pestanya selesai saja?”

“Begitukah?”

“Ne, apa tidak apa-apa?”

“Gwenchana jagiya..kalau begitu baiklah!”
___

“Ahnio Oppa.. jangan begitu! Oppa masuk saja bersamaku! Oppa tak perlu menunggu hingga pestanya usai!” ucapmu berusaha tegar, tapi lelaki itu menggeleng lemah padamu.

“Tidak bisa, nanti para undangan yang lain akan terganggu karena kehadiranku dan kaupun pasti akan malu memiliki kekasih sepertiku!” airmatamu kembali jatuh menggerai untuk membasahi pipimu, kedua pundakmu naik turun bersamaan dengan isakan.

“Ahni..aku tidak akan malu, apa yang harus aku malu kan? Bukankah oppa seperti ini karena ikut berperang! Oppa adalah seorang pahlawan.. dan itu membuat oppa semakin terlihat tampan!” Lee Jinki ikut tersenyum kaku saat kau berucap seperti itu, dan sepertinya ia tak bisa menahan isaknya lagi, kau pun berusaha menegarkannya dengan meremas pundaknya pelan.

“Aku tampan?” gumam Jinki pelan, setengah berbisik..kaupun mengangguk mantap meski diselangi tetesan airmata yang menyeruak.

Yah.. tak apa, inilah kenyataan yang harus kau terima. Mungkin, lelaki dengan wajah tampan itu memang tidak ada lagi, yang tersisa hanyalah lelaki dengan setengah wajah rusak dan kedua kaki yang diamputasi. Tak apa ____, tapi lelaki itu tetaplah lelaki yang sama, lelaki yang merupakan kekasih manismu..lelaki yang bahkan sekarang lebih mulia dari sebelumnya ____, karena sekarang ia telah menjadi seorang pahlawan..dan setelah lama terpisah denganmu.. akhirnya ia kembali, pahlawanmu telah kembali padamu.

– -END- –

—-Wajah serta keadaan fisik bukanlah  gambaran dari kemulian sesorang, tapi sifat dan hatinya-lah yang membuat sesorang itu dimuliakan— (Rasyifa)

Interest read another fanfic? visit FANFICTION LIBRARY

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

17 thoughts on “SHINee Fanfic // When Your Hero Is ComeBack

  1. Wahhh miriss bgttt, ƍäª tega bayanginn jinkii kaia gtuu, ƍäª sanggup !!! Aku nilaii, jinki sungguh berani bisa nongoll d ultah cewenyya dlm keadaan gtu, mgkinn org lain/ d khdpan real, bLum tntu sanggup ktmuu org2, bkan hanya krna tkutt cewenya mluu, tp psti psikis dia sndri blomm siap. *imo* tp ff nya debakk bgt,aq smpe speechless byginnya miriss

    Suka

  2. great! bca 2 ff angst dr WP ini, mata langsung sembab T^T #abaikan
    nyentuh bgt ff ny, nyelekit bgt sumpah ya Allah 😥 ga tega jg liat bebeb sya , Jinki, keadaanny kyk gtu…. *dikeroyok*
    keren author-ssi… quote nya… ah, 2 thumbs up! :’)

    Suka

  3. aku pernah baca cerita ini masa tapi versi anak sama ibu nya xDDDDDD
    tapi tetep aja nangis baca nya walaupun udah tau ceritanya :”””””””””

    Suka

  4. Sediih bangett fanficnyaaaaaa,jadi takut ditinggal onew wamil 😦
    Daebaak chinguuu

    Suka

  5. jinki d ff ini ga mati tapi wajahnya rusak duh sabar ya bang jin *pukpuk XD
    ga tau mesti ngomong apa ff kamu selalu bagus
    tapi itu s cewenya untung nerima jinki apa adanya huhu

    Suka

  6. Waaahh..
    Menerima kekurangan seseorang dgn tulus ikhlas adalah hal yg sulit..
    Kirain jinki itu ud meninggal, lalu yg nelfon arwahnya #ngasal
    Yah stidakknya jinki masih hidup dan diterima oleh pcrnya..
    Salut sama kim ____

    Suka

Feedback. . .♥