Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

Fanfic Sad Romance SHINee // About Us

54 Komentar

  • Title : About Us
  • Author : Rasyifa ( https://rarastory.wordpress.com )
  • Main Cast : Lee Jinki & YOU
  • Another Cast :  *Find By Your Self*
  • Genre : Sad Romance *maybe*
  • Rating : General
  • Length : Oneshot
  • A/N : Hanya sekedar ingin mempost sesuatu..

—-About Us—-

Written by : Rasyifa

2012_Storyline_by_Rasyifa

 

Untuk seseorang di sana…

Masih ingatkah kau tentang hal ini.

“Tertawalah!”

“Apa maksudmu?”

“Ck. Tertawa saja!”

“Kau aneh!”

“Ku bilang, tertawa!”

“Tidak mau!”

“Kalau begitu, kau akan kucium?”

APA?

“Masih tidak mau tertawa?”

Dia berani mengancamku?

“Ahahahah!”

Konyol sekali. Karena ancamannya itu aku justru menuruti apa yang ia mau.

“Kenapa terdengar terpaksa seperti itu?”

Dia ini! apa sebenarnya maunya!

“Memang benarkan. Kau yang memaksaku untuk tertawa!”

“Aku ingin kau tertawa lepas!”

“Tidak ada yang lucu, jadi apa yang harus aku tertawakan?”

Oh. Dia lelaki terkonyol yang pernah ku temui seumur hidupku. Menyuruhku tertawa tanpa sebab. Sama artinya dengan menyuruhku menjadi orang gila! Apa dia berharap aku gila.

“Kalau begitu, aku akan melucu!”

“…..”

“Coba tebak! Kucing apa yang tidak bisa berenang?”

“….”

“Kalau kau tak menjawabnya. Terpaksa aku harus menciummu!”

Ancaman lagi? Dia ini..benar-benar keterlaluan. Dia pikir setiap ancamannya selalu mempan padaku? Baiklah, benar..ancamannya memang selalu mempan padaku.

“Jangan yang aneh-aneh lagi! Semua kucing tidak bisa berenang, oppa !”

“Eh? Benarkah?”

“Ya!”

Harusnya aku tahu disaat itu. Harusnya aku menyadarinyanya. Tapi entah apa yang terlewatkan, bahkan aku tak sempat memikirkan kemungkinan itu.

“Kalau begitu begini saja. Em, coba tebak!  kucing apa yang bisa berenang?”

Gosh. Kucing lagi?

“…..”

“Mau aku cium?”

“YA! Ini aku sedang memikirkan! Aku yakin itu pasti lelucon sembarangan. Oppa mengarangnya sesuka hati!”

“Aa! Rupanya ada yang benar-benar ingin ku cium ?”

Aishh..orang ini. bisakah ia berhenti berbicara tentang ‘ciuman’. MESUM!.

BOOM! Waktu habis, princess!”

Dia yang seperti ini, jauh lebih menyenangkan. Rambut hitam kecoklatan yang terkadang berantakan saat ditiup angin itu.. tidak membuatnya tampak jelek.  Dan..aku sadar, aku menyukainya.

“….”

“Kau ingin tau, jawabannya?”

“…..”

“Jawabannya….kucing yang bisa berenang!”

Eh??

“Maksudnya?”

“Aduh..kau ini telmi sekali! Iya, jawabannya itu…kucing yang bisa berenang! Mudah bukan. Tapi kau bahkan tak bisa menjawabnya! Payah!”

Kucing apa yang bisa berenang? Jawabannya..kucing yang bisa berenang. Bodoh! Lelucon macam apa itu.

“Hey, ayo tertawa! Tadikan aku sudah melucu!”

Dia yang seperti ini…selalu memaksaku untuk tertawa. Kedua sudut bibirnya yang ditarik melengkung itu….seperti lukisan yang sangat indah.

“Ahahaha!”

Aku tertawa? Ya. Tapi bukan karena leluconnya. Aku tertawa karena tingkahnya. Sikap itu..terlalu manis, untuk seorang lelaki sepertinya.

* * *

Aku suka puisi..aku suka menulis. Setiap hari, aku bahkan selalu menulis.

“Buatkan puisi cinta untukku dong!”

“Tidak mau!”

“Kenapa?”

“Tidak pantas!”

PLUK, dia melempariku dengan segumpal kertas. Tidak sakit, jadi aku tak akan menghiraukannya.

Andai aku menyadarinya sedari dulu. Mungkin meja belajarku…akan dipenuhi kertas-kertas yang menggumpal. Kertas-kertas itu…..semuanya…adalah kumpulan puisi cinta untukmu.

“Kalau begitu, biar aku saja yang membuatkannya untukmu!”

“Memang kau bisa?”

Aku meremehkanmu! Soal puisi…kau tak bisa mengalahkanku!

“Tentu saja! tunggu sebentar!”

Wajahmu yang terlihat berpikir itu…..mengagumkan. kedua alis yang mengerut, justru menciptakan sebuah gambaran yang sempurna. Kau… kau itu…

“…..”

“ Malam itu…gelap bukan?
Tapi di saat kau ada disisiku.
Sepertinya tidak! Semuanya terang!
KAU!!  Seperti lampu listrik!
menyinariku dari gelap.
tanpamu…tidak terang!”

“Ahahaha!”

Hentikan! Hentikan puisi itu. Jika kau tak mampu…serahkan padaku. Akan ku perbaiki!

Bukankah langit malam itu terlihat gelap.

Tapi untuk saat ini…..ku pikir pijar bintangpun tak akan menyamai.

KAU! Tanpa kau ketahui! Kau terlihat bersinar..

Dari caraku memandangmu…..kau nampak bersinar di tengah gelapnya malam.

Biarlah, pijar bintang samar malam ini. Asal kau disini…semuanya akan terlihat terang.

Dari caraku…memandangmu!!

“Kenapa kau tertawakan! Itu puisi terbaik, yang pernah ada di dunia!”

Benarkah?tapi setahuku. Puisi itu bukanlah puisi  terbaik yang pernah ada di dunia ini. tapi lelaki yang membuat puisi itulah, lelaki terbaik yang pernah ada di dunia ini. Dari caraku…memandangmu!

* * *

Duduk dengan gaya seperti itu di atas sebuah motor sport hitam. Membuatku geli saat memandangnya. Tubuh tinggi yang nampak gagah itu menatapku tajam, saat aku berjalan melaluinya. Seolah tak menyadari..kehadirannya.

“Hey!”

Langkahnya yang terlalu lebar, atau memang karena langkahku yang justru terlalu kecil. Dia..yang semula berada di belakangku, dengan mudah…menyusulku. Mata dengan sudut yang tajam itu segera menatapku garang.

“Aku menjemputmu! Kenapa kau bersikap seperti itu?”

Saat dia kesal…aku justru suka mengerjainya. Aku suka membuatnya berdecak.

“Maaf. Anda sedang berbicara dengan siapa?”

“Hah?ck.”

Jika aku tahu…apa yang terjadi lima bulan yang akan datang. Mungkin aku tidak berani mempermainkanmu seperti ini. Mungkin…aku akan……mempermainkan diriku sendiri.

* * *

“Kenapa tidak bisa?”

“Aku takut…!”

“kenapa kau harus takut?”

“Ayolah, jangan bercanda oppa! Ini tidak lucu!”

“Siapa yang bercanda?”

Ahhh. Orang ini! benar-benar. Apa yang ada di pikirannya. Dia pikir, aku ini perempuan macam apa. Aku ini hanya gadis kelas satu sekolah menangah atas. Belum saatnya, membawa seorang lelaki ke rumah dan memperkenalkannya sebagai kekasih di hadapan kedua orang tuaku. Apa saraf otaknya ada yang putus?

“Aku hanya ingin bermaksud sopan. Kau tahu, sangat lancang bagi seorang lelaki membawa anak perempuan orang lain tanpa izin. Jika kau memperkenalkan aku dengan kedua orang tuamu! Maka itu akan mempermudah kita! Aku tak harus bersembunyi-sembunyi mengajakmu pergi. Dan selain itu…akupun bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan keluargamu nantinya. Jika kita……!”

Gosh. Ucapan macam apa yang sedang ia gantung di tengah pita suaranya. Lelaki ini, benar-benar aneh!

“Kau bisa berucap seperti itu? Kau ini!”

“Jika kau tak ingin memperkenalkan aku! Maka biar aku yang akan memperkenalkan diriku sendiri! aku bisa tanpamu!”

Ku harap saat itu dia bercanda. Tapi…ternyata tidak. Dia serius!

* * *

“Aku senang bisa berkunjung kapan saja ke rumahmu seperti ini!”

Aku hanya memberikan wajah dengan ekspressi datar. Sementara dia sesekali nampak asyik berkomentar dengan deretan figura yang berisi fotoku semasa kecil.

“Anak om, sewaktu kecil sudah sangat cantik ya!”

Aku hanya tersenyum sinis mendengarnya memuji sebuah foto yang tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk.

“Hemm..itu foto anak sulungku! Dia sudah bersuami dan memiliki anak dua!”

Ahahaha!

Aku ingin tertawa di depan wajah yang telah terlihat memerah ranum itu. Apa dia pikir semua foto di sampingnya itu adalah fotoku semua!. Seharusnya dia berpikir dengan benar sebelum salah bicara. Aku anak kedua, sekaligus anak terakhir dari kedua orang tuaku. Dan yang barusan ia puji, adalah foto kakakku.

“Ah..tapi gadis berpakaian seragam taman kanak-kanak ini jauh lebih cantik dan menggemaskan!”

Seolah ingin membuang malu. Memuji kembali sebuah foto. Kali ini tidak mungkin salah, karena di pakaian seragam gadis itu..tertera namaku.

Dia belum menyerah! Hebat.

* * *

“Aahh!”

“Kenapa?”

“Sakittt!”

“Sakit?”

“Tanganku!”

Saat itu…melihat wajahnya yang pucat pasi. Aku ketakutan, dan dengan segera meraih tangannya. Dia bilang tangannya sakit.

“Tangan oppa…terluka?”

Ku amati, seolah sedang meneliti makhluk renik dengan kaca mikroskop. Tapi tak ku temukan, luka atau goresan.

“Masih sakit?”

Dia menggeleng sambil tersenyum tipis.  Syukurlah…

“Baiklah..kalau begitu ayo kita jalan lagi!”

Ku lepas pegangan tanganku dari tangannya, berjalan kembali mengelilingi sebuah pusat perbelanjaan. Aku..sedang berkencan dengannya. Ini akhir minggu, aku jenuh jika terus berada di rumah. Hey! Tapi tunggu dulu, sepertinya…..

Tap

Tap

Tap

“Kenapa lagi?” dia tidak mengikutiku. Dia berdiri di tempatnya semula. Bukankah dia bilang, sakitnya sudah hilang.

“….”

“Sakit lagi?”

Dia mengangguk. Dan akhirnya aku kembali memegang tangannya. Mengamati..memeriksa…dan tiba-tiba!

“Ayo jalan!” dia menarikku.

Sementara pergelangan tangan kami, masih saling bertautan…

“Jika kau pegang. Hebatnya tidak sakit lagi!”

Sok romantis! Bilang saja ingin pegangan tangan, apa susahnya sih!. Dasar lelaki aneh! Tapi baiklah..aku tak ingin mencari masalah dengannya.

* * *

Saat pertama kali kami berjumpa, adalah saat…….

Hiks hiks hiks

Airmata itu tumpah. Menerima kenyataan yang terjadi. Pacar pertamaku, Choi Minho.

Memutuskan hubungan kami tanpa sebuah alasan yang jelas.

Tap..tap..tap

Aku mencari-cari ruangan kosong di sekolahku. Aku ingin menyendiri, aku ingin merutuki kebodohanku sendiri. aku terlalu mudah percaya dengan seorang lelaki.

‘Ruangan Biologi’

Kosong..tapi sepertinya pintunya terkunci.

Krek

Wah..terbuka..

Sepi…

Tak ada orang. Syukurlah. Berarti aku bisa memakai tempat ini.

“hiks..hikss..hikss”

Entah apa yang menyebabkanku bisa secengeng ini. tapi ku rasa dengan menangis, aku bisa menumpahkan segalanya.

Kebodohanku..

Keangkuhanku..

Tidak…

Ku rasa yang benar itu….

kebodohan mantan pacarku..

Keangkuhan mantan pacarku..

Dialah yang harus disalahkan, bukan aku!.

Krek

“Jangan menangis!! Jadilah kekasihku! Aku tak akan mengecewakanmu!”

Saat suara pintu terbuka. Sosok itu tiba-tiba masuk, dan merangkulku sebelum aku sempat berteriak ‘orang gila’.

Bodoh! Aku baru saja putus dengan pacarku! Dan sekarang aku justru berada di pelukan pria gila yang entah datang darimana.

Tapi tunggu…dia bilang apa tadi? ‘Menjadi pacarku’? Menjadi pacarnya..maksudnya?

Aku baru menyadarinya sekarang, saat itu..saat dimana kita berjumpa. Aku bagai telah menemukan sosok malaikat pelindung. Meski nyatanya, malaikat yang satu ini tidak memiliki sepasang sayap.

* * *

“Kenapa?”

“Aku tidak dibolehkan jalan malam!”

“Nanti biar aku yang meminta izin pada om dan tante!”

“Kau pikir semudah itu mereka mengizinkannya?”

Pergi saat malam. Atau jalan-jalan saat malam. Aku tak pernah melakukan hal itu, bahkan karena hal itulah hubungan dengan pacar pertamaku berakhir.

“Kalau memang setelah meminta izin tidak dibolehkan. Ya sudah, kita tidak jadi pergi! Tapi kalau nanti dibolehkan dan diberi izin. Kau harus mengikuti apa kataku!”

Baiklah. Aku setuju. Lagipula…sepertinya orang tuaku tidak akan pernah mengizinkan permintaan itu.

* * *

Aku yang sedang bermimpi. Atau mungkin…orang tuaku yang sedang bermimpi. Mereka mengizinkanku pergi di malam hari, bersama lelaki yang sedang mengenderai motor yang aku tumpangi ini.

Apa yang membuat orangtuaku mempercayai lelaki ini?.

Apa karena saat dia meminta izin… dia sedang tersenyum manis?
apa karena saat ia bicara..mata teduhnya itu… terlihat berbinar dan menyimpan harapan.

Ah..Persetan dengan alasan kedua orangtua yang tiba-tiba mengizinkan aku pergi bersamanya! Yang mestinya ada dipikiranku sekarang adalah… kemana sebenarnya lelaki ini akan membawaku.

“Pegangan!”

Tangan kiri yang seharusnya berada pada stang motor itu, tiba-tiba menarik sebelah tanganku dan meletakknya di samping perutnya —. Dan entah karena apa, tangan kananku yang bebas, justru mengikuti langkah tangan kiriku yang sebelumnya sudah terlebih dahulu merangkul pinggang ringkih itu.

“Terimakasih!”

Gumaman di sela angin malam yang berhembus kencang, di tengah bisingan suara mesin motor. Telingaku..hampir tak mendengarnya.

Tapi.. untuk apa dia berterimakasih?

* * *

Aku berjalan menyusuri lantai berubin putih yang membentuk jalan menyerupai lorong. Disini rupanya kau! Setelah seminggu tidak menelponku, tidak mengirimkan email atau short message padaku! Dan membuatku merutuk ‘AKU MERINDUKANNYA’. dia justru bersantai di tempat ini! kurang ajar!

Tapi…

Ketika sebuah pintu menghadang langkahku. Aku terhenti…

Nyaliku..yang ingin memarahinya..mendumel padanya…tiba-tiba hilang entah kemana.

Krekk

Pintunya terbuka begitu saja. seolah mempersilahkanku masuk. Ah tidak, ternyata di balik pintu itu ada sosok wanita dengan tatapan sayu..dia memandangku.

Mengangguk dan akhirnya melangkahkan kaki memasukki tempat itu.

“Sudah seminggu! Belum ada kemajuan!”

Apakah parah?

Kini sosok lelaki yang terbaring di atas tempat tidur itulah yang menjadi pusat perhatianku.

“Maaf jika terlambat memberitahukanmu. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya menghubungimu! Dia melarangku!”

Ya. Aku bahkan tahu dia ‘bersantai’ disini dari seorang adik kecil yang tiba-tiba menghampiriku saat jam sekolahku berakhir.

“tapi..dia tak melarang adiknya! Jadi adiknyalah yang menyampaikannya padamu!”

Aku terdiam.. kenapa dia tega! Kenapa dia berpikir aku tak boleh tahu keadaanya! Jahat! Jahat!.

“Aku tinggal sebentar!” ku dengar wanita itu terisak. Dia mulai melangkah menjauhiku dan sosok lelaki jahat ini.

Krekk

“Tante tenang saja. dia pasti akan sembuh.”

Aku tak yakin wanita itu mendengarnya atau tidak. Ucapanku tadi ,bahkan setangahnya aku tujukan pada diriku sendiri. ya..dia akan sembuh. Anak kecil itu bilang, hanya maag kan.

“Ternyata..mata teduhmu itu, kau dapatkan dari ibumu !” siapa yang aku ajak bicara. Siapa lagi selain lelaki jahat yang sedang tertidur di depanku ini.

“Payah! Aku mendapatkannya dari Tuhan!”

Aku tersentak…tiba-tiba, mata teduh itu terbuka..menatapku dengan tatapan sayu. Wajah putihnya..terlihat pucat. Seminggu tak melihatnya, kenapa dia menjadi seperti ini.

“Oasti kegantenganku berkurang! Ch..sudah kubilang jangan memberitahumu,” dia meraba wajahnya sendiri. sambil berdumel. Masih bisa bersikap seperti ini, di saat kondisi seperti ini? Kau yang payah!! Kau benar-benar payah!.

“Iya! Kau tambah jelek! Menyesal aku menengokmu!”

Air itu jatuh dari sudut mataku..

Tadi itu aku sedang memarahinya bukan? Tapi kenapa aku yang menangis. marah-marah  sambil menangis, hebat!

“Jadi kau ingin pulang sekarang?”

Nafas ini…tiba-tiba menjadi sesak.

Dan..kenapa tubuh ini bergetar? Apa aku sakit juga.

“…..”

“Jangan pulang. Aku merindukanmu! Seminggu…itu waktu yang panjang!”

Aku tak bergeming, saat tanganku dia rengkuh ke dalam dekapannya. Dia.. ini!

“Kau pikir aku tak merindukanmu!! Kau …!” mencubit perutnya pelan, hingga ia meringis.

Tapi setelah itu, aku melihat lukisan indah itu di wajahnya. Kedua sudut bibirnya melengkung sempurna. Tampan..kekasihku…ya! kekasihku tampan.

“Ahya..aku lapar. Bisakah kau menyuapiku bubur?”

“20 ribu won belum termasuk pajak!”

“Hah?”

Aku tertawa. Melihatnya nampak menganganga. Sebegitu terkejutnya kah?

“Seminggu tak bertemu..kau mempunyai kebiasaan baru yang sepertinya akan merepotkanku!”

Aku mendengarnya berceletuk, sementara aku sibuk menyiapkan semangkuk bubur yang ia minta.

“Kau benar! Sekarang..jika kau ingin memegangku kau harus bayar 10 ribu won per-menit, kalau ingin menjemputku 50 ribu won, dan kalau ingin aku merangkulmu 100 ribu won per lima menitnya!”

“Aku akan bangkrut!”

Hanya terkekeh pelan. Sambil menyodorkan sesendok bubur di depannya.

Saat mulut itu terbuka…saat sesendok bubur yang aku pegangi masuk ke dalam mulutnya.. gugup! Aku tiba-tiba menjadi gugup.

* * *

Aku bahkan ikut merasakan penderitannya. Aku menangis dan menjerit.

Lelaki itu memuntahkan semua bubur yang baru aku suapkan padanya.

Beberapa saat lalu…..

“hueekkk!”

Aku terkejut, saat lelaki itu memuntahkan bubur yang dimakannya.

“Hik..hik..hik, maaf ..hik..aku mengotori pakaianmu..hik..hik menjauhlah!”

Aku menurutinya…

Bukan karena aku takut pakaianku kembali terkotori oleh bubur yang dimuntahkan lelaki itu. Tapi..karena melihatnya terisak kesakitan.

Maag

Maag, macam apa yangsebenarnya  ia derita?

Pertanyaan itulah yang kini menghias kepalaku.

Sementara… sosok lelaki yang kesakitan itu kini telah ditangani seorang dokter yang datang bersama wanita bertatapan sayu.

* * *

“Kau sakit apa?” ucapku saat keadaannya sudah baikkan.

Tersenyum canggung padaku, matanya yang teduh terlihat sedang menatapku sayu. Dia terlihat sangat kelelahan.

“Maag!”

“….”

“Maag akut. Dalam lambungku ada luka yang dalam, karena luka itu aku banyak kehilangan darah. Tiga bulan sekali harus tranfusi darah. Tapi sudah sekitar enam bulan ini aku tidak melakukannya.!”

Enam bulan…

itu setara dengan waktu kebersamaan kami.

“Pasti kau jijik sekarang-kan. Makanya kau hanya diam! Bagaimanapun tadi aku telah mengotori pakaianmu!”

“Tidak..aku tidak jijik! Anggap saja itu tidak pernah terjadi!”

Hening. Kebisuaan muncul diantara kami. Aku mulai tidak suka dengan suasana ini, tapi saat aku mendongak menatapnya…ku temukan matanya yang terpejam damai.

Rupanya..Lelaki nakal sedang tertidur.

Kalau begitu..saatnya aku pulang. Akupun harus beristirahat, dan aku mulai merasa tak nyaman dengan wanita yang berstatus ibu lelaki ini. sedari tadi beliau berada di luar —agar keberadaanya tidak mengganggu kami berdua—. Lagipula, sepertinya…di luar hujan akan turun. Aku sempat mendengar beberapa kali suara gemuruh yang menggelegar.

Eh?

Saat aku bangkit, aku menyadari satu hal.

Lelaki nakal ini merangkul tanganku di dalam dekapannya. Akhirnya dengan pelan, aku terpaksa melepaskannya.

Andai aku tahu isyarat ini…mungkin aku tidak akan pulang malam itu. Aku tidak akan membiarkan airhujan di malam itu menyapu bekas rangkulan ini. tapi..karena aku terlalu bodoh untuk menyadari arti isyarat itu…aku..aku…aku kehilanganmu.

* * *

Kakiku serasa membatu, tapi entah kekuatan super macama apa yang bisa mengantarku hingga ke sampai ke tempat ini hanya dengan berlari menggunakan kedua kakiku.

Dini hari..saat hujan deras tadi malam berangsur-angsur mereda, menyisakan gerimis kecil yang menggelitik. Dan hawa dingin yang damai..

Tak mempedulikan, alas kaki yang berbeda sebelah. Tak mempedulikan rambut acak-acakkan. Dan tak menghiraukan pandangan aneh yang ditujukan orang-orang terhadapku. Aku terus berlari, menuju tempat itu.

Aku harap..aku sedang mendapatkan sebuah lelocon. Meskipun aku dipermainkan, aku tak akan memarahi siapapun.

Tapi…

Saat pintu –yang siang tadi sempat menghentikan langkahku—, kembali menghadangku. Dan hebatnya..pintu itu kembali menghentikan langkahku kali ini. padahal pintu itu sedang terbuka lebar…

Sosok wanita yang sedang terduduk lemas bersama seorang pria, membuatku menoleh ke sisi lain di dalam ruangan itu.

Di atas tempat tidur..yang dipakai oleh lelaki jahat…ada sesuatu yang nampak ditutupi kain putih.

Degh

Tuhan..aku takut membencimu jika firasat ini benar.

Air itu berjatuhan..membasahi pipi dan mengaburi penglihatanku. Persetan AKHHH! Aku mengusapnya kasar, kakiku semakin berat untuk diajak melangkah.

Dan …

Saat kain putih itu terbuka…

Sosok berwajah pucat pasi itu nampak tersenyum damai. Di sudut bibirnya, masih terlihat noda bercak darah yang terlihat masih segar.

Andai aku tahu isyarat ini…mungkin aku tidak akan pulang malam itu. Aku tidak akan membiarkan airhujan di malam itu menyapu bekas rangkulan ini. tapi..karena aku terlalu bodoh untuk menyadari arti isyarat itu…aku..aku…aku kehilanganmu.

* * *

Pagi hari bersama sentuhan hawa dingin yang menggigil. Aku berdiri disini…

Menatap dengan cara pandangan kosong, terhadap sebuah peti mati yang kaku.

Kau bahkan jauh lebih jahat dari mantan pacar pertamaku.

Jika dia hanya meninggalkanku karena aku tak bisa pergi malam hari dengannya, denganmu…kau bahkan meninggalkanku disaat malam berhujan itu datang menghampiriku.

“Tertawalah!”

“Apa maksudmu?”

“Ck. Tertawa saja!”

“Kau aneh!”

“Ku bilang, tertawa!”

“Tidak mau!”

“Kalau begitu, kau akan kucium?”

Kenangan itu…..masih terekam dengan jelas di otakku..

“Buatkan puisi cinta untukku dong!”

“Tidak mau!”

“Kenapa?”

“Tidak pantas!”

Aku tidak bisa melupakannya dalam waktu cepat..

“Pegangan!”

Tangan kiri yang seharusnya berada pada stang motor itu, tiba-tiba menarik sebelah tanganku dan meletakknya di samping perutnya —. Dan entah karena apa, tangan kananku yang bebas, justru mengikuti langkah tangan kiriku yang sebelumnya sudah terlebih dahulu merangkul pinggang ringkih itu.

“Terimakasih!”

Gumaman di sela angin malam yang berhembus kencang, di tengah bisingan suara mesin motor. Telingaku..hampir tak mendengarnya.

Semua..tentang kita.  Begitu indah…

Dan saat peti mati, berisi tubuhmu itu dimasukkan kedalam lubang tanah.

Tubuhku menggigil kedinginan…debaran jantungku terasa tak karuan.

Aku sakit..aku sakit..aku sakit!

Krek

“Jangan menangis!! Jadilah kekasihku! Aku tak akan mengecewakanmu!”

Saat suara pintu terbuka. Sosok itu tiba-tiba masuk, dan merangkulku sebelum aku sempat berteriak ‘orang gila’.

Teringat pertemuan kita…teringat dekapan itu. Teringat mata teduhmu..

Aku bertambah sakit!!

Lee Jinki, sang pemilik peti mati yang kini telah terkubur dalam gundukan tanah itu. Tahukah kau..sekarang, aku sedang menangis!

“ Malam itu…gelap bukan?
 Tapi di saat kau ada disisiku.
 Sepertinya tidak! Semuanya terang!
KAU!!  Seperti lampu listrik!
menyinariku dari gelap.
tanpamu…tidak terang!”

Dan bahkan..puisimu itu…membuatku merasa tercekik dalam ruang hampa udara.

Tolong! Tolong aku Lee Jinki.
saat tubuhku semakin menggigil kedinginan, dan saat wajahmulah yang terbayang dalam pemikiranku.

Tidakkah ini terlalu kejam untukku?

* * *

Untuk seseorang disana..

Terimakasih karena telah menjadi bagian dalam hidupku.

-END-

Interest read another fanfic? visit Fanfiction Library

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

54 thoughts on “Fanfic Sad Romance SHINee // About Us

  1. Nyesek banget thor, ceritanya daebak
    Keep writing

    Suka

  2. Ceritanya emang sedih. Genrenya sad, tp sedihnya kurang ngena. Selain itu terlalu banyak percakapan. Seharusnya.percakapan tidak dibuat terlalu panjang. Sedikit saja trus ditambah narasinya.

    Suka

  3. sedih maksimaaal duhileh nggak kurang apa-apa lagi kak buat ngeluarin air mata ini ahahha ;___;

    Suka

  4. nyesek
    Jinkiii kau jahat 😦

    Suka

  5. Sakitnya tuh disini…hukshukshuks

    Suka

  6. Sumpah ini nyesek banget.

    Suka

  7. menurutku ff ini bagus kok 😉 hanya saja saat banyak dialog yang tidak disertai keterangan seperti : “Tertawalah!” teriak Jinki atau ” Tidak mau” Tolakku secepatnya .

    Soalnya nanti readers sedikit bingung menggambarkan siapa yang mengatakannya.
    Hehe maaf ya aku sedikit mengkritik,aku juga author yang baru belajar kok.

    Suka

  8. huaaaaaa sad ending 😥 gabisa ngomong apa apa ini sedih banget :’ daebak thor

    Suka

Feedback. . .♥