Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

SHINee Fanfic Fantasy // Sorry I am Vampire Part 1

29 Komentar

  • Title : Sorry I am Vampire
  • Author : Rasyifa on https://rarastory.wordpress.com
  • Main Cast :
    – Imaginary cast as Park Jinyeon
    – Onew SHINee as Lee Jinki
    – KEY SHINee as Kim Kibum
  • Another Cast : *find by your self*
  • Genre : Sad, Fantasy, Romance, Angst.
  • Rating : Teen –General-
  • Length : Twoshoot
  • Imagination : film twilight

Sorry, I am Vampire

2012_Rasyifa_Storyline

91 tahun, aku lalui dengan kehidupan yang menyesakkan untukku. Menunggu akhir dunia ternyata tak semenarik yang dulu aku bayangkan. Jika waktu bisa diulang, mungkin aku akan membiarkan diriku mati di detik itu. Setidaknya mati disaat itu akan lebih baik daripada aku harus terjebak sampai akhir zaman seperti saat ini.

Abadi. Aku terjebak dalam perangkap itu. Percayalah padaku, kata abadi tak semenarik kedengarannya. Justru saat kau bisa hidup dengan lama, disaat kau bisa abadi. Kau akan semakin merasa tak ada gunanya kau ada di dunia.. karena kau hanya bisa menjadi manusia yang sia-sia. Dan mungkin itulah aku, manusia yang menyia-nyiakan hidupnya sendiri hingga akhir dunia.

* * *

Saat itu langit telah mendung. Hujan gerimis semakin membuat udara semakin terasa lembab. Dan disaat inilah aku bisa bernafas lega. Sebab kulitku tidak akan terasa terbakar oleh sinar matahari. Percayalah..terbakar bagiku disini, bukan terbakar bagi kalian. Maksudku..kulitku akan benar-benar terbakar. Seperti tersulut bara api dan tentu saja itu sangat menyakitkan.

“treaaakk”

Suara pintu terbuka. Membuat semua mata (termasuk aku) yang ada di ruangan ini menoleh. Sosok kepala seorang gadis menyembul di balik setengah pintu yang terbuka. Gadis berambut pendek dengan kulit putih kepucatan itu mengarahkan pandangan ke seluruh ruangan ini dan dengan perlahan membuka pintu lebih lebar lagi, hingga pada akhirnya ia bisa masuk.

TAP

TAP

TAP

Srrrrr

Angin berdesir…

Hemm…Harum sekali.

Tunggu..ah shit. Aroma apa ini?.

“Perkenalkan dia adalah mahasiswa baru disini. Dia Park Jinyeon, pindahan dari Busan. Semoga kalian bisa menjalin hubungan baik dengannya!” gadis yang dikenalkan sebagai mahasiswa baru itu membungkuk sedikit, saat dosen kami mengenalkan namanya.

Namun..ketika dia menegapkan kembali tubuhnya…dan saat kedua mata bulat itu menatapku..

Degh…

Dia…bagaimana bisa?

Sudah 91 tahun. Dan dia kembali?

* * *

Dugaanku salah. Langit memang sedang mendung dan aku tak lega (setidaknya tidak semenjak gadis bernama Park Jinyeon itu datang). Kenapa aku bisa merasa serisih ini? Aku..aku juga hampir tak bisa bernafas.

Sembilan puluh satu tahun..

Ku pikir menunggu kedatangannya kembali hanyalah menyisakan kata percuma. Bahkan aku mulai tak mempercayai  lagi kemungkinan itu, kemungkinan… aku dapat bertemu dengannya untuk yang kedua kalinya. Tapi kini, dia bahkan ada di sampingku. Aku dapat melihatnya dengan sangat jelas.

Kulit putih kepucatan itu…

Aroma tubuh yang khas…

Dan rona mata yang bersinar…

Apa ini benar-benar dia? Oh. Mungkin tidak. Tapi bisa jadi gadis ini adalah renkarnasinya..

“Apa ada masalah?” aku terdiam di tempatku, saat gadis itu menangkap basah diriku yang sedang melihat ke arahnya.

“Ti…dak, Ah sial!”

BRAKK

Aku tak tahan jika berada lebih lama di dekatnya..mungkin aneh saat aku tiba-tiba menggerbak mejaku sendiri dan mendorongnya seperti tadi.

Tapi sungguh..aroma tubuhnya itu benar-benar membiusku..

“Anda ingin pergi kemana tuan Lee?” ku acuhkan saja apa yang barusan dosen tua itu ucapkan padaku. Lagipula, aku juga tak tahu kemana aku akan pergi. Aku hanya tidak ingin berada di dekat gadis itu lebih lama lagi.

* * *

“Sepertinya aku menemukannya Kibum!” ucapku pada Kibum, manusia dengan jenis yang sama sepertiku, yang sudah ku anggap seperti saudaraku sendiri. dan sudah 90 tahun kami hidup bersama sebagai keluarga, kami menjalani hari-hari menunggu akhir dunia. Melewati perubahan zaman bersama, dan juga mencari mangsa bersama.

“Menemukannya?”

“Hemm,” jawabku tanpa berniat menjelaskan ucapanku sebelumnya. Kibum mendelik tajam ke arahku kemudian menggeleng pelan.

“Kalau kau ingin bicara, yang jelas! Kalau begini..sekalian saja kau tak usah bicara!” aku tertawa kecil melihatnya yang nampak menggerutu. Jika sedang bersikap seperti ini dia nampak lucu. Tapi, jika sedang marah dia begitu mengerikan. Aku ingat terakhir kali ia marah dan itu saat….

“Kau tak berniat menjelaskan ucapanmu?” aku menoleh kembali pada Kibum yang duduk di lantai kamarku. Sementara aku duduk di atas ranjang dan mulai sibuk menerawang. Mengingat saat terakhir dia marah, mungkin sekitar sembilan puluh tahun lalu?

“Baca saja pikiranku! Aku sedang malas bercerita.”

“Cih! Lagi-lagi kau ingin pamer! Aku tahu kau bisa membaca pikiran, dan kau ingin sombong akan hal itu! Mentang-mentang aku tak bisa sepertimu!”

“Tapi setidaknya kau bisa berkamuflase-kan. Merubah wajahmu menjadi wajah orang lain. Itu sangat cool Kibum!” sahutku sambil merebahkan tubuhku.

“Ya..ya..ya aku memang cool!” aku tak menyahut jika Kibum sudah mulai beraksi seperti itu. Jika ku ladeni lagi, mungkin urusannya akan menjadi lebih panjang. Dan dia tak henti-hentinya menunjukkan kehebatannya itu.

“YA! Kau…pura-pura tidur! Kau bahkan belum menjelaskan kau menemukan apa? AISHH kau ini!” aku hanya berusaha menahan tawa dengan kedua mata terpejam, saat mendengar Kibum menggerutu untuk yang kedua kalinya.

“……”

“HEY VAMPIRE TIDAK BISA TIDUR TUAN LEE!”

“…..”

“SHIT!”

Dan ku dengar Kibum keluar dari kamarku. Hem..mungkin dia pergi untuk mencari mangsa. Biasanya dia suka berburu disaat malam seperti ini. Sementara aku…aku hanya berburu tiga hari sekali.

* * *

Namaku Lee Jinki. Meski sedikit terlambat untuk memperkenalkan diriku. Ku rasa semua itu bukan masalah besar.

Lalu apa yang membuat cerita hidupku menarik.

Yang jelas, aku bukanlah seorang pemuda tampan yang sakit sekarat dan sedang mencari cinta sejati di akhir hidupnya.

Aku bahkan terlalu tua untuk disebut pemuda, meski sebenarnya tampangku memang masih pemuda. Tapi..percayakah kalian jika ku bilang usiaku bahkan sudah mencapai 109 tahun?

Amazing. Mungkin kedengarannya begitu. Tapi…tidakkah kalian berpikir ini cukup mengerikan? Well. Bukan wajahku atau penampilanku yang mengerikan. Karena aku cukup tampan dan keren. Tapi tetap saja, ada sesuatu yang mengerikan dibalik keadaanku ini.

Maksudku begini. Secara sederhana, tak ada asap jika tak ada api bukan. Begitupula dengan keadaanku. Umurku sudah 109  tahun, dan manusia normal tentu tak bisa hidup selama itu. Aku special? Tidak seperti itu juga. Semula aku sama seperti manusia normal lainnya. Dan bahkan, saat itu aku hampir mati muda di saat usiaku masih delapan belas tahun. Lalu apa yang membuatku bisa hidup hingga beratus-ratus tahun lamanya.

Menukarkan jiwaku pada iblis? Itukah yang ada di pikiran kalian? Imajinasi yang terlalu berlebihan, tapi aku tak sepenuhnya menyalahkan jawaban itu.

Aku lahir di tahun 1903, disaat dunia mulai berubah. Dan pada saat usiaku delapan belas tahun ( 1921) , aku menderita sebuah penyakit tanpa nama yang aneh. Semua orang menjauhiku, mereka takut. Mereka menganggap aku dikutuk Dewa, dan ada pula yang beranggapan aku anak iblis.

Tubuhku kurus sekali. Kulitku kadang terkoyak dengan sendirinya dan menempel dimana mana. Dan aku sering mengeluarkan darah dari hidung. Karena keadaanku yang dianggap mengerikan, aku diasingkan di sebuah hutan. Hemm…bisakah ku hentikan sebentar ceritaku ini? aku merasa tak punya cukup keberanian untuk melanjutkannya.

* * *

Sudah seminggu aku tidak pergi ke kampus. Karena seminggu belakangan cuaca terlihat sangat cerah dengan sinar matahari yang menyilaukan. Seperti yang ku sampaikan di awal cerita ini, kulitku akan terbakar saat terkena cahaya matahari secara langsung. Oleh sebab itu aku tidak akan pergi ke kampus disaat cuaca sedang cerah. Aku hanya akan pergi saat cuaca terlihat mendung, dan sebenarnya aku lebih suka lagi kalau hujan.

“Boleh aku duduk disini?” aku menolehkan kepalaku, dan ku dapati sosok gadis berambut pendek itu sedang menatapku. Buru-buru ku alihkan pandangan darinya.

“Aku merasa nyaman untuk duduk sendiri!”

“Tapi tak ada tempat kosong lagi, selain di sampingmu!”

Ku tarik nafasku pelan. Rilex, aku harus bisa mengendalikan pikiranku. Aku tak ingin aku terlihat aneh di matanya. Setelah merasa sedikit tenang, aku menggeser dudukku. Membiarkan kursi yang semula aku tempati menjadi kosong, sehingga gadis itu bisa duduk disana. Selain aroma tubuhnya yang membiusku, aku juga tak dapat membaca apa yang ada di pikirannya. Ini aneh.

“Aku tidak tahu kenapa. Tapi aku merasa kau tak nyaman dengan keberadaanku. Apa ada masalah?”

“Ku rasa tak ada masalah, selama kau menutup mulutmu dan tak mengeluarkan sepatah kata apapun!” dia nampak terhenyak mendengar jawabanku.

“Emm.. baiklah jika itu membuatmu merasa nyaman!”

Sepertinya itu kalimat terakhir yang ia ucapkan hari ini. Karena setelah itu dia benar-benar membungkam mulutnya. Manis, ia terlihat sangat penurut. Tunggu, apa tadi aku bilang manis? Ooh..sepertinya ada yang salah denganku.

* * *

Aku duduk di sudut cafe universitasku, sambil meminum air mineral yang baru saja ku beli. Banyak mata yang menatapku aneh. Sebagian dari mereka berpikir “Aku tampan” dan sebagian lagi “Aku aneh”. Tak masalah, pemikiran mereka kali ini memang tepat. Aku tampan sekaligus aneh.

Hah, terkadang bisa membaca pikiran seseorang seperti ini. Membuat kepalaku pusing sendiri. Bagaimana tidak, terkadang aku harus mengontrol emosiku dengan sangat keras saat salah satu dari orang-orang itu mulai berpikiran yang tidak-tidak tentangku ( misalnya aku manusia homo yang suka mengibiri binatang). Saat itu aku benar-benar ingin memukul wajah orang itu, tapi jelas itu tak mungkin.

“Kau sudah lama menunggu?”aku menggeleng pelan ke arah kibum. Inilah salah satu penyebab kenapa mereka beranggapan aku manusia homo. Karena aku selalu berduaan dengan Kibum. Well, sepertinya aku ingin meralat. Emm bagaimana kalau aku mengganti kata berduaan dengan kata bergaul. Sepertinya itu terdengar lebih baik.

“Apa mereka mengataimu lagi?”

“Yah..kau tahu persis. Manusia homo yang suka mengibiri bintang!” ucapku sambil meneguk kembali air mineralku sementara Kibum nampak membenarkan posisi duduknya.

“Hahah, ku dengar mereka berpikiran seperti itu karena melihatmu begitu semangat membelah kodok saat praktikum biologi! Mereka kira kau…”

“Aku tak habis pikir. Apa hubungannya membelah perut kodok dengan mengibiri bintang!” ucapku memotong, kibum mengangkat kedua bahunya. Menandakan ia tak bisa berkomentar apa-apa.

Kami akhirnya terdiam cukup lama. Tidak memiliki topik  yang bisa di bicarakan. Sampai akhirnya Kibum memecahkan keadaan ini.

“Hey..jadi apa yang sudah kau temukan kemarin!?” aku menatap Kibum setengah malas, kemudian mengubah posisi dudukku dengan menaikkan sebelah kakiku ke atas kakiku yang lain.

“Bukan apa-apa. Nanti akan ku ceritakan di rumah saja. Oh iya, apa kau ada kelas setelah ini?”

“Ya aku ada kelas Komputer. Kau pulang saja duluan! Lagipula..aku ingin berburu setelah ini!”

“Berburu dengan gaya mahasiswa seperti itu dan di waktu siang?” tanyaku tak percaya. Kibum menyeringai ke arahku kemudian tertawa pelan.

“Tidak ada larangannya kan?” oh..dia benar. Memang tak ada larangannya berburu dengan pakaian seperti itu dan di waktu siang. Hanya saja bagiku itu sedikit aneh , mengingat kibum biasanya suka berburu saat malam dengan pakaian khusus. Tapi yasudah, terserah dia saja.

* * *

Aku melangkah menuju parkiran mobilku. Dan saat aku ingin membuka pintu mobilku, aku melihat ada seekor burung dara putih yang nampak sedang terluka, ia bertengger di atas kap mobilku. Dan darahnya tercecer dimana-mana.

Hemm…

Aku ingat, sudah tiga hari aku tidak berburu. Aku belum mengisap darah apapun dan darah burung dara ini cukup menggiurkan untukku. Tapi aku tak bisa melakukannya disini, disini terlalu ramai. Dan tentu saja masalah besar jika mereka melihatku mengisap darah burung ini.

Akhirnya ku putuskan untuk menangkap burung itu dengan tanganku kemudian membawanya ke taman belakang kampus. Tempat yang sangat sepi, berhubung taman belakang kampus tidak terawat.

Ku edarkan pandanganku sekali lagi. Untuk memastikan benar-benar tidak ada orang di sekitarku. Aku tak mau dipergoki sedang meminum darah binatang. Satu..dua.. tiga ku gigit leher burung dara tersebut menggunakan gigi taringku.

“Hpppssssst” kemudian ku isap darah burung  itu dengan pelan. Rasanya manis, tapi sayang terlalu sedikit dan aku…

BRAKK

“Apa yang kau lakukan pada burung itu?”

Tepat di hadapanku kini seorang gadis berdiri. Menatapku penuh tanda tanya. Sementara aku melepaskan gigitanku dari burung dara yang sepertinya sudah mati.

“Kau mengisap darahnya?”

Belum sempat aku mengucapkan sebuah kalimat untuk menjawab gadis itu. Dia berlari begitu saja. Oh SHIT..kenapa harus gadis itu? kenapa harus dia yang mempergokiku? Park Jinyeon?  Dan bagaimana bisa aku sampai ketahuan seperti ini. Bukankah tadi itu aku sudah mengeceknya. Bahkan aku mengeceknya berulang kali. Aku yakin tidak ada orang tadi.

DAMN

Bodoh, apa yang aku lakukan. Tidak seharusnya aku berdiam seperti ini.. seharusnya aku mengejarnya, setidaknya aku bisa memberikan sedikit penjelasan. Entah dia percaya atau tidak, setidaknya aku harus mencobanya.

Aku segera berlari menyusulnya. Kami ( manusia sejenisku ) memiliki kecepatan yang sangat cepat, apalagi dalam hal berlari. Dengan kecepatan yang ku miliki aku dapat dengan mudah menyusulnya dan beruntungnya lagi, saking cepatnya.. saat aku berlari, aku bisa menjadi tak terlihat. Maksudku, saat aku berlari hanya seperti segumpalan angin aneh yang muncul tiba-tiba.

Akhirnya ku temukan dia nampak sedang berlari di area lorong  kampus. Dengan cepat ku raih tangannya.

“Mau kemana Jinyeon-ssi?”

“Kk.au? ba—bagaimana mungkin?” dia berucap seolah-olah tak mempercayai apa yang sedang ia alami sekarang. lucu sekali, dia terlihat seperti di kejar hantu.

“Mengejarmu? Mudah saja, karena kau terlalu lambat!” ucapku menyeringai. Gadis di depanku memundurkan langkahnya, seolah takut berdekatan denganku.

“Se—sebanarnya apa yang mau kau lakukan?” dia sedikit terbata. Mungkin efek dari rasa ketakutannya. Ah..aku semakin merasa ini lucu.

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa yang mau kau lakukan di taman belakang?” sedikit memberikan seringaian dengan alis yang bertaut. Mungkin sekarang aku terlihat sangat mengerikan di matanya.

“Kau yang membunuh burung itu!”

“Kau penguntit!”

“Aku hanya kebetulan lewat!”

“Burung itu terluka, dan dia mati sendiri!”

“Kau bohong!”

“Kau lebih parah. Kau penguntit dan kau juga pembohong!”

“…..”

Sepertinya dia tak bisa membantah lagi. Aku tersenyum penuh kemenangan.

“Ku beri tahu…yang kau lihat tadi bukan apa-apa! Jadi kau tak perlu memikirkannya! Karena itu hanya akan membuatmu pusing!”

* * *

“Apa yang membuat seorang Lee Jinki tersenyum aneh seperti itu?” Kibum mendudukkan dirinya  di sampingku. Ku lihat ada noda merah di sudut bibirnya. Dasar Kibum!

“Kebiasaan! Kau selalu membiarkan noda mangsamu tertinggal. Itu berbahaya Kibum!” Kibum mengangkat kedua alisnya, dan kemudian menjilat noda merah yang tidak lain adalah darah itu dengan ujung lidahnya. Aku meringis melihatnya. Dia terlihat begitu menyeramkan.

“Hemm.. kau sendiri. Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu?”

“Aku tadi ketahuan saat menghabisi mangsaku!”

“HAH?”

“Tenanglah..!”ucapku dengan nada santai.

“Kau gila! Bagaimana mungkin kau bisa tenang dan bahkan tersenyum aneh disaat ada manusia mengetahui identitasmu!”

“Dia tidak tahu. Dia hanya mempergokiku yang sedang berburu mangsa!”

“Sama saja. bukankah dengan begitu dia hanya tinggal mencari tahu!” Kibum berucap dengan nada frustasi. Aku mengerutkan keningku, mulai berpikir apa yang diucapkan kibum. Yah, Kibum sepertinya benar. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu.

“Sekarang kita hidup di zaman canggih Jinki. Bukan di tahun 1903, dimana telpon seluler pun belum ditemukan. Kita hidup di abad 20 dimana semuanya hampir bisa dilakukan. Kau tahu mesin pencari google? Kita bisa mendapatkan informasi apapun disana. Termasuk informasi tentang makhluk seperti kita!”

“Emm…aku tak berpikir sejauh itu!” jawabku jujur yang disambut garukan kepala Kibum yang beringas.

“Itu karena kau bodoh! Lagipula bagaimana jika laki-laki itu melapor?”

“Dia itu perempuan!” jawabku masih dengan nada santai sementara Kibum mulai nampak kesetanan. Oh come on, yang identitasnya ketahuan itu aku, bukan dia! Jadi sepertinya dia tak perlu bersikap seaneh itu.

* * *

Keberuntungan berpihak pada makhluk sepertiku. Cuaca pagi ini cukup bagus ( tentunya bagiku) karena bagi manusia normal cuaca  pagi ini justru terasa sangat buruk. Bagimana tidak, kemarin malam dan bahkan sampai sekarang hujan yang sudah berwujud badai tidak juga berhenti.

“Apa kau yakin semua akan baik-baik saja?” ucap ayahku sambil memandangku dengan raut kecemasan. Dia tahu tentang masalahku –ada manusia yang mempergokiku saat aku sedang melahap mangsa (dia tahu hal ini dari Kibum)— . sebenarnya sedikit memalukan, mengingat aku ketahuan saat melahap mangsa, dimana mangsaku hanyalah seekor burung dara kecil yang bahkan memang hampir mati.

“Ya..tidak apa-apa. Aku sudah bisa mengatasinya!”

“Jika kau butuh bantuan, kau hubungi saja aku! Aku akan membantumu!” aku hanya tersenyum sekilas padanya. Dan kemudian berjalan menuju garasi—tempatku meletakkan mobilku—.

Ayahku. Seorang lelaki bernama Lee Seung Gi, sehari-hari dia bekerja sebagai dokter untuk menutupi identitas aslinya. Dialah yang membuatku dan kibum hingga akhirnya menjadi seperti ini.

Dialah yang memberikan sesuatu mengalir dalam darahku. Sesuatu yang tak memiliki nama, tapi dapat mengubah alur hidupku. Sederhana saja, dulu di tahun 1903  aku terlahir sebagai manusia normal. Delapan belas tahun kemudian, lelaki bernama Lee Sunggi itu mengubahku menjadi sosok lain.

Darah hitam, berkulit putih pucat seperti mayat, tidak perlu memakan makanan manusia, memiliki kecepatan yang luar biasa dan abadi,… itulah aku. Si darah hitam, atau…perlu ku sebut dengan Vampire.

* * *

Semua mata nampak sedang memperhatikanku, seolah mencari tahu apa yang sedang aku lakukan. Berusaha tak mempedulikan tatapan-tatapan itu, aku mempercepat langkahku saat berjalan menyusuri lorong universitasku. Ck..dimana gadis itu? kenapa sesulit ini untuk menemukannya.

“Kau sepertinya jatuh cinta padanya!” aku tercekat di tempatku berdiri, saat tiba-tiba sebuah telapak tangan mendarat di atas pundakku.

“Kibum. Kau mengagetkanku!” Kibum meringis lebar sambil mengangkat kedua tangannya setinggi dada.

“Kau tak akan mati semudah itu saudaraku, um..karena serangan jantung maksudku!” aku hanya menggeleng, tak tau mesti membalas dengan sikap seperti apa lagi.

“Kau mencari gadis yang mempergokimu itu?”

“Hum!”

“Untuk apa?”

“Memastikan keadaannya!” jawabku yang kali ini mulai memperhatikan sekitar. Ku rasa tadi aku melihat bayangan gadis itu.

“Demi apa kau melakukannya!”

“…..” ku acuhkan Kibum saat aku merasa benar-benar telah menemukan gadis itu. sepertinya gadis itu berusaha menghindariku. Tapi sayang, kau bukanlah tandinganku gadis lemah.

* * *

“Aku seorang Vampire!” ucapku sambil mendudukkan tubuhku di sampingnya (gadis bernama Park Jinyeon). Dia tercekat dan memundurkan tubuhnya dariku. Sangat jelas, dia ketakutan.

“Kau takut?” lanjutku. Aku bisa mengutarakan identitasku saat ini, karena di tempat ini tak ada orang lain selain kami berdua. Sudah ku bilang taman belakang universitasku tidak terawat, itu membuat para mahasiswa enggan menginjakkan kaki mereka kemari.

“Sebaiknya kau mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum mengajak seseorang bicara!” aku terdiam beberapa saat, mencerna apa yang barusan ia ucapkan. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Yang dia ucapkan justru seperti memerintahku.

“Kalau begitu hai!” ku lambaikan tanganku ke arahnya sambil mencoba tersenyum.

“Kau terlihat konyol. Berapa usiamu?”

“Kita kan seumuran. Delapan belas tahun!”

“Kau pikir aku akan mempercayainya?”

“….Eum, apa kau lebih percaya  jika ku katakan umurku sudah 109  tahun?”

“Akan lebih percaya jika kau mengatakan satu miliar tahun!”

“YA! APA AKU TERLIHAT SETUA ITU!” ucapku sambil menjitak kepalanya. Dia tidak tertawa. Wajahnya datar dan tanpa ekspressi. Baiklah, aku sadar…tadi itu aku memang tidak melucu. Jadi, tak ada yang salah jika dia sama sekali tak tertawa.

“Apa kulitmu akan menjadi berlian saat terkena matahari?” aku mengerutkan keningku. Aku tak mengerti apa yang barusan diucapkan gadis ini. Kulit berlian? Apa maksudnya.

“Edward Cullen.. tubuhnya seperti berlian yang berkilauan saat terkena sinar matahari?”

“Siapa Edward Cullen?”

“Eum.. dia vamphire vegetarian sepertimu!”

“Vamphire vegetarian?”

“Hanya meminum darah binatang!” aku semakin mengerutkan keningku. Aku tak mengerti istilah yang ia gunakan. Edward Cullen, siapa itu? Apa pacarnya? Dan..vamphire vegetarian. Istilah apalagi itu.

“Kau hanya meminum darah bintang kan!?” kali ini ia menatapku dengan pandangan horror, rambut pendek hitamnya sesekali di tiup angin. Membuat aroma tubuhnya yang harum itu menusuk indra penciumanku.

“Tidak.. aku meminum segala jenis darah kecuali darah nyamuk!” jawabku sedikit dengan gurauan. Tapi bukannya tertawa yang ada aku membuatnya tersentak.

“Tapi..di twilight!”

“Twilight?”

“Sebuah film tentang bangsamu. Edward Cullen menjadi vempire disana. Dia hanya meminum darah binatang, mereka menyebut diri mereka vampire vegetarian!” aku terkekeh sejenak. Di balik tampangnya yang unik itu, ternyata dia tak lebih dari seorang gadis pemimpi. Bisa-bisanya dia mempercayai hal berbau imajinasi tingkat tinggi seperti itu.

“Kau terlalu mempercayai kebohongan Jinyeon~ssi. Kau tak bisa membedakan yang mana yang nyata dan fiksi. Bukankah itu hanya sebuah film, dan aku ini nyata! Tentu tak sama.”

“Jadi kau….!?”

“Tenang saja, aku tak meminum darah manusia saat ini. Maksudku, aku vampire. Aku memang meminum darah manusia, tapi…ada waktunya! Kau tahu…istilah hari spesial bukan. Misalnya hari perayaan kelulusan, upacara keagamaan atau apapun yang sejenis dengan itu. Yah, hanya di hari-hari tertentu aku meminum darah manusia. Istilahnya, jika kami meminum darah manusia, itu hanya di hari dimana kami merayakan sebuah pesta!”

“Kapan itu?”

“Biasanya saat malam bulan purnama, tapi tak setiap bulan purnama..hanya sekitar dua puluh lima tahun sekali. Tapi itupun tergantung, Kadang-kadang juga harus ada panggilan untuk meminum darah manusia!” jawabku yang membuatnya kembali terhenyak.

“..sekarang kau pasti akan menjauhiku,” lanjutku sambil bangkit dari posisi dudukku.

“Tidak. Aku merasa ini sangat keren. Bisakah kita berteman?!” dan well, kali ini dialah yang membuatku terhenyak.

“Kita tidak seharusnya berteman!”

“Edward Cullen juga mengatakan itu pada Bella!” aku memutar bola mataku. Gadis ini!

“Bisa kau hentikan menyebut nama Edward Cullen? Dan siapa itu Bella. Apa dia cantik?”

“Tentu saja dia cantik, tapi dia milik Edward Cullen!”

“Sudah ku bilang hentikan untuk menyebut nama Edward Cullen!”

* * * To Be Continued * * *

Read More  Fanfiction ‘Sorry I am Vamphire’

Part 1 Part 2 [END]

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

29 thoughts on “SHINee Fanfic Fantasy // Sorry I am Vampire Part 1

  1. Ceritanya bagus ^^ fantasy lagi. Salah satu genre favoritku 😀
    Jinyeonnya lucu XD
    Keep writing ya~

    Suka

  2. Rara~ aku baru baca dan aku suka! Jarang2 nemu ff vampire yg main cast nya Jinki ^^b hahaha

    aku ketawa tawa waktu Jinki nanya siapa Edward cullen? Apalagi pas di akhir nya xD.

    Aku lanjut next part ya, gak sabar Kkk~

    btw, Happy Anniversary 1st buat blog nya ya rara~ mian telat ^^v

    Suka

  3. nggak biasa banget endingnya 😆
    Edward Cullen yang bikin bertengkar. Typo nya kayanya udah di bahas di komen atas sih.
    Tapi ini cerita vampire paling menyenangkan yang pernah saya baca 😀

    Suka

  4. Onew onew keren….
    kalau dijadiin film twilight versi shinee keren gak ya?? daebak pokoknya….
    hehhee endingnya unyu

    Suka

  5. tadi liat liat library trus ada tag ‘Lee Seung Gi’ eh taunya nunjukin ke ff ini xD
    walopun ini udah telat brbulan bulan gapapa deh
    happy 1st anniv buat ‘rara story’ yaaa eonnn
    eheheh abis baru baca sihhh
    jadi lee seung gi nih vampire juga yaa? *coba menghayal xD
    btw, ceritanya keren eon! aku pikir bakal sedih gitu nih soalnya di judulnya ada kata ‘sorry’
    ternyata malah lucu begini~
    lanjut ah part 2nyaaa 😀

    Suka

  6. Onew cullun gak tau edward cullen…

    Tapi, yang kerren tetep Onew…

    jinki-ya… kamu keren di sini…
    nih, bakalan tragis, kagak?

    tuh, judul, ntar punya jiyeon lagi…
    dia yang bilang, “sorry, I am vampire…”

    bingo…

    Suka

  7. ngakaak abies~ membandingkan edward sama onew hoaa.. gak kebayang (sudah gak perlu dibandingkan) XD xixixiixixii~
    onew kereeng banget lho kalo digambarin jadi vampir (ngebayangin pas era RDD) wohoo baju serba item merah nya itu…. sering2 bkin ff tema vampire yah! wkwkwk #ngarep

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Miina Kim Batalkan balasan