Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

Fanfiction Romance Onew // Huba-Hubi Story Part 1

13 Komentar

Huba-hubi story

  • Title : Huba, Hubi Sweet Story
  • Author : Rasyifa|| https://rarastory.wordpress.com
  • Main Cast :
    – You as Kim ____ [ Hubi ]
    – Lee Jinki/ Onew SHINee as Lee Jinki/Onew [ Huba ]
  • Another Cast : Find By Your Self
  • Genre : Romantic, Comedy
  • Rating : General –Teen-
  • Length : TwoShoot

( Part 1 | Part 2 )

Huba, Hubi Story

Written by Rasyifa || https://rarastory.wordpress.com

* * *

Huba sedang makan.

Hubi bahkan belum sarapan.

Huba ingin belajar menjadi fisikawan.

Sementara Hubi i ingin sibuk pacaran.

Sigh~ Huba, Hubi…

“Kau sudah tidak waras?” Aku hanya memberikan delikan singkat pada Narim. Kemudian kembali pada kertas yang setengah bagiannya sudah dipenuhi oleh coretan-coretan tak penting.

“Lebih baik kau hubungi dia,” kali ini Narim mengambil pulpen yang ku genggam. “dan katakan kau butuh perhatian!” Lanjutnya sambil menarik tanganku, menyingsing lengan seragam-ku, dan memainkan pulpen—yang semula ia ambil dariku— diatas pergelangan tanganku.

Menghubungi dia..

Lalu, mengatakan aku butuh perhatian.

Sepertinya itu tak akan berhasil.

Mengingat dia itu orang yang tak pernah mempedulikan hal-hal berbau aneh seperti itu.

Sret..srett

“Wah..kau harus membayar mahal untuk ini.” Aku tak mempedulikan ucapan Narim. Aku pasrah, saat melihat dia berkreasi di atas pergelangan tanganku. Tapi Narim benar…

AKU BUTUH PERHATIAN!

TERUTAMA DARI ORANG ITU! KARENA ORANG ITU PACARKU.

Bahkan, karena itulah aku mau menjadi pacarnya. Aku ingin perhatiannya.

Tapi dia…

Sigh~

Sepertinya dia hanya menganggapku sebagai pelengkap. Agar dia bisa semakin populer.

Teng…Teng..Teng

“Sudah waktunya pulang! Ayo kita pulang!” Narim beranjak dari duduknya, kembali pada posisi dimana seharusnya ia duduk. Ku lihat ia mulai mengemas barang-barangnya. Baiklah, sebaiknya aku juga harus berkemas.

Ah.

Sial. Apa-apan yang Narim gambar di atas pergelangan tanganku?

Kuno sekali…

Sebuah bentuk jantung dengan dua nama di dalamnya.

Jika dibaca, mungkin akan berbunyi…

Onew cinta ____.

Pertanyaannya…..

Apa benar, Onew mencintai ____ ?

* * *

“Bagaimana sekolahmu, menyenangkan?” Menendang kerikil-kerikil kecil di sepanjang jalan. Sengaja menundukkan wajah, memandang pada aspal.

Aspal memang kalah tampan dari Onew oppa, tapi setidaknya aspal itu tidak bisa membuat topik pembicaraan yang tidak aku sukai.

Seperti halnya, Aku tidak suka dengan topik pembicaraan Onew oppa.

Maksudku, dia tidak lupakan.

Aku tidak suka dengan sekolah. Setiap hari, harus mengerjakan tugas. Menghadapi guru-guru yang menyebalkan. Dan harus berpindah-pindah memasukki kelas yang berbeda sesuai dengan pelajaran yang kami ikuti.

Hanya satu bagian yang aku sukai saat di sekolah, itu saat…

Aku berhasil mengerjai teman-teman perempuanku.

Mengangkat rok seragam mereka, hingga celana dalam mereka terlihat.

Syukur-syukur celana dalam mereka tidak robek. Jika robek, mungkin mereka akan kehilangan urat malu mereka seumur hidup.

“Aa..pasti sangat menyenangkan ya? Bukankah kau memiliki banyak teman?” Aku hanya mengangguk kecil.

“Bagaimana dengan oppa?” Kali ini aku menengadah, menatap wajahnya. Dia tersenyum ke arahku. Tubuhnya yang lebih tinggi membuatku harus kesusahan berjingkit. Hah..kenapa aku bertubuh pendek.

Oppa? Biasa saja. Tidak ada yang spesial! Jumlah teman Oppa-kan tidak sebanyak temanmu. Jadi ya, tidak semenyenangkan harimu _____!” Lagi-lagi aku mengangguk kecil.

Aku tahu satu hal.

Dia berbohong.

Maksudku, dia memiliki banyak teman. Tapi dia saja yang tak menganggap orang-orang itu dengan teman. Malang sekali orang-orang itu!

Oh iya…

Orang yang sekarang disampingku ini, adalah pacarku.

Sekaligus seorang senior populer di sekolahku. Namanya Lee Jinki atau Onew. Tapi khusus untukku, aku memanggilnya..Huba.

Huba..nama itu terdengar sangat lucu di telingaku. Dan akankah lebih lucu lagi, jika dia mau memanggilku dengan panggilan Hubi.

Tapi, saat aku memintanya untuk memanggilku dengan panggilan itu. Dengan terus terang, dia mengatakan…

“Kaukan punya nama. Namamu _____. Untuk apa aku memanggilmu Hubi. Itu terdengar sangat aneh!”

Dan aku hanya bisa memasang wajah memelas. Aku benar-benar ingin dipanggil Hubi olehnya. Tapi disaat dia melihat wajahku, dia justru berucap “Kau sakit perut? Kalau begitu kita akan berhenti di perempatan. Disana ada toilet umum!”

Itu benar-benar membuatku kesal!!

“Sudah sampai ____! Cepat masuk. Dan jangan keluyuran di malam hari ya?” Aku tersadar, saat mendengar suara pagar rumahku yang barusan dibuka oleh Onew oppa. Sementara onew oppa telah menggerakkan kepalanya berulang kali, menyuruhku untuk masuk ke dalam.

Pak..Pak..Pak

Seperti isyaratnya itu.. Aku masuk ke dalam. Sementara dia sendiri masih berdiri di samping pagar. Dan tak lama kemudian dia menutup pagar rumahku.

“Sampai jumpa besok!” Kembali berjalan, dengan wajah dihias senyum. Terlihat ringan melangkahkan kedua kakinya. Berjalan menyusuri jalan gang rumahku. Tidak berniat menoleh kembali ke belakang. Dimana aku dengan mirisnya, menengoknya disela-sela pagar besi rumahku.

Dia akan pulang ke rumahnya bukan?

Hah..cepat sekali rasanya.

Dan kami harus berpisah lagi.

* * *

Hubungan kami ini aneh.

Maksudku, gaya pacaranku dengan onew oppa sangat berbeda dengan pasangan lain.

Dia tak pernah menjemputku untuk berangkat sekolah. Jika aku yang memintanya, selalu ada saja alasannya.

“Aku sedang sakit perut!”

“Aku sudah di sekolah!”

“Aku sedang sarapan!”

“Aku akan mengantar adik sepupuku ke sekolah!”

“Tiga langkah lagi, aku akan masuk ke gerbang sekolah!”

Dan masih banyak lagi, alasan-alasannya yang lain. Hingga aku menjadi bosan sendiri, dan akhirnya tidak memintanya lagi untuk menjemputku.

Dia juga tak pernah menemuiku untuk menjemputku pulang sekolah. Bisanya, kami hanya akan pulang bersama jika bertemu di gerbang sekolah. Hah..sungguh aneh bukan?

Dan mungkin, kami juga tidak pernah berkencan.

Karena aku tak yakin, apa yang selama ini aku lakukan bersamanya bisa disebut dengan berkencan.

Terkadang kami hanya pergi ke Toko Buku. Dia akan menyelesaikan membaca beberapa buku selama berjam-jam dan aku hanya bisa duduk manis di sampingnya sambil berpura-pura sibuk membaca. Atau dia akan berkunjung ke rumahku. Kemudian berlama-lama mengobrol dengan oppa kandungku. Sementara aku terkadang hanya muncul untuk mengantarkan minuman atau cemilan.

Sigh~

Pacaran?

Ku pikir itu sama sekali tak layak disebut dengan pacaran.

Yang membuatku bingung, kenapa aku masih bertahan menjadi pacarnya. Terlebih aku sudah bertahan selama satu tahun lebih. Apa aku bodoh? Ya..sepertinya aku bodoh sekali.

Drettt..

Ku lihat dekstop handphoneku yang tiba-tiba menyala. Ada satu pesan masuk ke dalam nomor sim cardku.

From : Huba

Selamat tidur. Semoga tidur nyenyak dan jangan bangun kesiangan.

Sigh~

Tak bisakah dia mengirimkan sebuah pesan yang terdengar lebih romantis. Baiklah, sepertinya aku yang harus memberikan contoh membuat pesan romantis kepadanya.

To : Huba

Selamat tidur juga oppa. Semoga tidur nyenyak dan mimpi indah. Jangan lupa memimpikan aku :p

Tapi bisa ditebak olehku, dia tak akan membalas pesanku dengan kalimat apapun. Atau setelah dia mengirimkan pesan untukku dia akan langsung pergi tidur. Tanpa mempedulikan apapun balasan dariku.

Terkadang, aku berpikir…

Apa yang membuatnya bersifat seperti ini?

Apa dia tak menyukaiku lagi?

Tapi sejak awal kami pacaran. Dia memang selalu bersikap seperti ini padaku.

Atau sebenarnya dia memiliki kekasih selain aku?

Sayangnya..aku tak pernah melihatnya dekat dengan seorang perempuan.

Atau justru …

Jangan-jangan dia menyukai oppa kandungku. Dan dia mendekatiku agar dapat berdekatan dengan oppa kandungku. He? Mengerikan…

Lebih baik, aku tidur saja sekarang.

* * *

Aku mengenalnya semenjak memasukki senior high school. Dia begitu terkenal, sebagai sunbae tampan yang cerdas. Selalu menduduki posisi sebagai siswa teladan dan juara umum disetiap semester. Selalu menjadi bahan pembicaraan yang tak habis-habisnya diperbincangkan. Tapi meskipun aku tahu hal itu, aku tak pernah bermimpi dapat menjadi kekasihnya.

Semua ini berawal dari kejadian konyol.

Aku sedang duduk di sekitar kolam yang berada di tanah kosong,belakang sekolahku. Sambil melemparkan batu ke kolam, aku sibuk menyanyi dan berbicara konyol seorang diri. Semula ku pikir tak ada seorangpun yang menyaksikan apa yang ku lakukan. Tapi ternyata aku salah. Karena nyatanya, ada seseorang yang duduk di atas ranting pohon dan sedari tadi orang itu menyaksikan semua yang ku lakukan saat itu.

“Kenapa oppa lebih memilih pacarnya daripada saudaranya sendiri! Apa dia tak memiliki rasa kasihan. Aku harus berjalan kaki untuk pulang. Bagaimana mungkin dia melakukan itu terhadapku! Bagaimana jika saat di perjalanan aku diculik dan diperkosa! Oh..mengerikan!” Waktu itu, aku yang sedang kesal karena oppa kandungku tak bisa menjemputku, dengan ganas melempar beberapa batu kecil ke kolam sekaligus. Hingga membuat suara air kolam memberiak.

“Kau takut pulang sendirian? Kita bisa pulang bersama!” Lalu saat itu terdengar suara onew oppa. Saat ku cari sumbernya, ternyata dia berada di atas ranting pohon sambil memegang sebuah buku. Dia terlihat ingin turun dari ranting pohon saat aku melihat ke arahnya. Semula ku pikir dia akan melompat satu kali ke bawah untuk turun, dan aku yakin dia akan terlihat sangat keren saat melakukan hal itu.

Tapi..siapa yang dapat menduga.

“Bisa kau ambilkan tangga atau tali? Atau mungkin sesuatu yang bisa membantuku untuk turun.”

He?

Aku menatapnya tak percaya. Maksudku, seorang lelaki tampan turun dari pohon yang tak terlalu tinggi harus menggunakan tangga? Sama sekali tidak terdengar jantan.

“Kenapa tidak meloncat?”

“Itu berbahaya!”

Dan dari kejadian itulah kami mulai dekat.

Sebenarnya tidak ada kalimat ‘kita pacaran’ dari mulutnya atau kalimat semacam ‘mau kah kau menjadi pacarku?’. Jadi aku tak tahu, sejak kapan kami pacaran. Semuanya berlangsung secara alami.

Pertama kali dia mengaku bahwa aku adalah pacarnya…

Disaat dia mengajakku untuk berkumpul dengan teman-temannya dalam sebuah acara party. Lalu teman-temannya menanyakan tentang siapa aku padanya.

“Apa adik kecil ini, pacarmu Jinki?” Dan lelaki itu mengangguk sambil tersenyum pada teman-temannya sebagai pengganti dari jawaban. Membiarkan aku yang seorang diri kebingungan dengan jawabannya.

Lalu disaat aku menanyakan hal itu..

“Kenapa oppa mengangguk saat mereka bertanya apakah aku pacar oppa?” Ucapku sambil menatapnya. Dia tersenyum, sambil memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana. Saat itu kami dalam perjalanan pulang ke rumahku.

“Apa kau keberatan menjadi pacarku _____?” Dia tak menjawab pertanyaanku dan justru menanyakan sebuah pertanyaan baru. Pertanyaan yang sama sekali tak terduga untukku.

“Eh..ti..dak. aku..aku.. maksudku, bukan karena keberatan oppa. Hanya saja, kitakan tidak .. ah, maksudku oppa-kan tidak pernah mengatakan padaku, kalau kita pacaran?” Aku menjawab dengan canggung. Sepertinya nampak bodoh dan gugup.

“Kalau kau tidak keberatan. Aku mau, kau jadi pacarku!”

Degh..

Dia menghentikan langkahnya. Menundukkan tubuhnya, menatapku yang memiliki tubuh jauh lebih pendek darinya. Heh, kenapa aku terlahir bertubuh pendek?

“Em..baiklah!”

Hanya seperti itu. Hubungan kami dimulai. Dan aku sadar, ternyata..memang tak ada kalimat semacam “Aku mencintai kamu, maukah kamu menjadi pacarku?” dari mulutnya.

Hanya semacam kalimat sederhana. “Kalau kau tidak keberatan. Aku mau kau jadi pacarku!”

Tapi cukup dengan kalimat sesederhana itu saja. Sudah membuatku senang.

Meski tidak ada kata suka…

Tidak ada kata cinta..

Tapi aku berharap, dapat merasakannya setelah kami berdua menjalaninya bersama.

* * *

“Kau ada acara malam ini?” Narim mengambil segelas lemon tea di depanku dan tanpa permisi langsung menyeruputnya begitu saja.

“Tidak tau. Mungkin aku akan menemani onew oppa ke toko buku langganannya dan menghabiskan tiga jam untuk membaca semua buku disana!” Ku raih gelas lemon tea-ku kembali sesaat Narim berhenti menyeruputnya.

“Malam inikan malam minggu. Kau habiskan tiga jam-mu hanya untuk membaca buku-buku bau di toko buku? Itu mengenaskan!” Narim mencibir ke arahku dan kembali ingin mengambil segelas lemon tea yang sudah berada di depanku. Dengan segera aku menjitak tangannya. Apa dia tak memiliki uang untuk membeli segelas lemon tea baru?

“Sekali-kali kau ajak dia menonton film! Pasti sangat mengasyikkan untuk kalian!” Kali ini gadis bertubuh jenjang itu beranjak dari duduknya dan berjalan pelan menuju stan kantin yang ada di depanku.

Eonni! Lemon tea-nya satu ya!,”ucap Narim sambil sedikit memikik “perbanyak gulanya eonni!” lanjutnya kali ini, dan kemudian kembali duduk di hadapanku.

“Hey lihat, siapa yang datang ____?!” Aku segera menoleh ke arah mata Narim tertuju. Disana aku melihat Onew oppa yang berjalan dengan santai, sementara disisinya nampak seorang gadis mengikutinya. Gadis itu berjalan menghimpit ke arah Onew oppa. Siapa sebenarnya gadis itu?

“Siapa gadis itu, ____?” Aku mengedikkan kedua bahuku tanpa memandang ke arah Narim. Kurasa ia tahu arti kedikan kedua bahuku ini. Maksudku, aku juga tak tahu siapa gadis yang ada disisi Onew oppa.

Onew oppa!” Onew oppa menatapku saat menyadari aku memanggilnya. Sambil tersenyum dia melambaikan tangannya ke arahku dan sedikit mengangguk pelan. Ku kira, dia akan mendekatiku dan duduk di sisiku—setidaknya menemani kekasihnya menghabiskan waktu istirahat—. Tapi ternyata, dia justru mendudukkan dirinya pada meja yang dikelilingi oleh teman-temannya. Seolah-olah panggilanku tadi tidak berarti sama sekali untuknya. Seolah-olah aku hanya memanggilnya untuk mendapatkan senyuman beserta lambayan dan anggukannya itu.

Menjengkelkan sekali.

* * *

“Kami akan pergi selama tiga jam hyung. Aku akan mengantarnya pulang jam sembilan tepat. Kami pergi untuk membaca buku ke toko buku di dekat perempatan jalan raya. Jika hyung perlu sesuatu dengannya hyung bisa menghubungi _____ kapan saja.” Aku hanya menundukkan kepalaku, disaat Onew oppa sibuk meminta izin untuk membawaku ke toko buku kepada oppa kandungku.

Sementara oppaku, hanya mengangguk-angguk beberapa kali sambil menyembunyikan tawa. Tentu saja, mungkin dia merasa kalau Onew oppa terlalu berlebihan. Melihat sikap Onew oppa yang seperti ini. Dugaan kalau Onew oppa menyukai oppa kandungku semakin menguat. Heh? Mengerikan.

“Bawa saja _____ kemana saja yang kau mau. Asal kau menjaganya, aku akan mengizinkan!” Onew oppa memberikan senyum kepada oppaku. Mau tak mau, oppaku membalasnya dengan terpaksa. Ya, ampun adegan ini sudah sering terjadi. Tapi Onew oppa selalu bersikap seperti ini.

* * *

30 menit..

Sudah tiga puluh menit berlalu. Onew oppa masih asyik dengan buku pertama yang menjadi pilihannya untuk dibaca disini. Sementara aku sudah menyelesaikan membaca sebuah majalah.

Ku lihat raut wajah Onew oppa yang nampak serius. Sebenarnya aku ingin sekali menanyakan tentang gadis yang bersamanya siang tadi. Tapi karena raut wajahnya itu, aku tak berani mengganggunya.

Aku mengedarkan pandangan pada rak-rak buku yang berjejer. Melihat koleksi komik romantis yang sepertinya menggiurkan untuk dibaca. Tapi sayang, aku tidak bisa membaca komik. Kau tahu, aku benar-benar kesulitan menentukan darimana aku harus memulai membaca komik? Maksudku tidak ada nomer, sebagai urutan dialognya. Itu membuatku pusing.

“Di pojok kanan, dekat rak buku kedokteran ada kumpulan novel fiksi. Mungkin kau tertarik untuk membacanya.” Ucap Onew oppa tanpa mengalihkan perhatian dari buku yang sedang ia baca.

Tap..tap..tap

Aku melangkah menuju rak yang dimaksud Onew oppa. Memilih beberapa novel dengan judul yang terlihat menarik.

Meskipun kami sering menghabiskan waktu membaca bersama seperti ini.

Tapi Onew oppa tak pernah mau bercerita tentang buku apa saja yang pernah ia baca, atau hal apa yang membuatnya tertarik untuk membaca buku itu. Dia hanya akan membacanya untuk dirinya sendiri. Dan dia juga tak menanyakan padaku buku apa yang aku baca. Sebenarnya aku ingin menceritakan tentang buku yang aku baca padanya. Tapi mengingat bacaanku itu sangat aneh. Ku urungkan niatku itu.

Maksudku..Onew oppa sering sekali membaca sebuah buku tentang astronomi. Dia suka tentang hal berbau galaksi, bintang, dan sistem planet-planet. Sementara, aku lebih sering membaca tentang..model pakaian dalam terbaru di majalah. Atau mungkin tentang ramalan bintang.

“Sudah dapat bukunya?” aku mengangguk saat Onew oppa kembali bertanya. Kali ini aku sudah duduk di depannya lagi dengan sebuah novel percintaan yang ku temukan di rak pojok —yang sebelumnya Onew oppa katakan padaku—-.

“Selamat membaca!”

Ne.

1 jam 15 menit…

Krik..kirikk

Aku dan Onew oppa masih asyik membaca buku pilihan kami. Ternyata buku yang ku pilih menceritakan tentang percintaan gadis desa yang menderita tuna rungu dengan seorang lelaki kota angkuh. Cerita yang dibumbui dengan kesedihan. Dan parahnya, aku tak suka yang sedih-sedih seperti ini. Tapi tak ada pilihan lain selain membacanya.

2 jam …

Aku mulai letih dengan deretan huruf yang menjejer rapi disetiap halaman novel yang ku baca. Tanpa memberikan pembatas, sampai dimana aku membaca. Ku tutup buku novel itu dan menggeletakkannya begitu saja di atas meja.

Aku ingin pulang…

Aku bosan disini…

Onew oppa justru masih terlihat asyik dengan bukunya. Ya Tuhan, laki-laki ini apa dia tidak bosan? Atau apa dia tidak takut terkena wasir? Maksudku sudah dua jam dia duduk tenang seperti itu. Aku yang setiap tiga puluh menit berdiri saja rasanya pegal.

“Masih tersisa empat puluh menit. Kau bisa memilih satu buku untuk dibawa pulang!” aku mengangguk lemas dan kali ini aku tak punya tenaga lagi. Hingga tanpa berpikir panjang, aku menelungkupkan kepalaku ke atas meja.

Aku benar-benar mati rasa!

40 menit kemudian.

“Kau sudah dapatkan buku yang ingin dibawa pulang?” aku menggeleng lemah. Onew Oppa menatapku dengan penuh tanda tanya.

“Ku lihat kau belum menyelesaikan novel yang kau baca. Kau bisa memilih buku itu untuk dibawa pulang!” Aku benar-benar frustasi. Aku ingin sekali berteriak di wajahnya.

Aku tak ingin buku..

Aku tak ingin membawa satu buku-pun dari sini.

Yang ku inginkan saat ini hanyalah pulang.

PULANG!

Apa orang sejeniusmu tak dapat mengerti ekspressi wajahku?

* * *

“Terimakasih untuk bukunya oppa!” Dia tersenyum padaku sambil mengangguk. Ini yang membuat tak masalah bagi kami menghabiskan tiga jam untuk membaca buku disana. Karena Onew oppa tidak hanya sekedar membaca disana, dia juga akan membeli bukunya. Dan dia tak pernah membeli buku dengan jumlah sedikit. Minimal dia akan membeli 3 buku dan tidak termasuk buku-ku. Tentu saja sang pemilik buku senang.

Aku memang selalu mendapatkan sebuah buku setiap kali menemaninya membaca buku seperti ini. Di awal aku merasa senang, tapi lama kelamaan hal ini menjadi sedikit membosankan.

Oppa..bisakah kita menonton film bersama?” Entah apa yang membuatku nekat menanyakan hal ini. Tiba-tiba aku teringat dengan usul Narim. Dan ku pikir, usulnya sama sekali tidak buruk.

“Menonton film? Tapi kitakan sudah membaca buku. Lagipula aku sudah berjanji mengantarmu pulang pukul sembilan tepat!” Jawaban itu berarti tidak. Dan sebenarnya aku sudah tahu jawabannya akan seperti itu.

“Oh..ya sudah. Tidak apa-apa,” ucapku sambil berjalan di sampingnya. “Oh ya oppa..tadi siang aku melihat kau berjalan dengan seorang gadis. Siapa dia?”

“Maksudmu Hyemi? Dia teman sekelasku. Dia baru pindah dua minggu yang lalu. Ada apa dengannya?”

“Tidak. Sepertinya dia menyukaimu!”

“Ha? Benarkah?” Aku mengangguk sekilas. Sementara ku lihat Onew oppa nampak terkejut.

Apa dia benar-benar tak tahu hal itu?

Tapi sekarang diakan sudah tahu, lalu apa yang akan ia lakukan? Apa jangan-jangan dia juga menyukai gadis itu?

To Be Continued

Link Huba-Hubi Story: ( Part 1 | Part 2 )

* * *

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

13 thoughts on “Fanfiction Romance Onew // Huba-Hubi Story Part 1

  1. aaah suka bangettt ffnya bagus bangeettt sampe gatau pengen komen apa #jediarr. btw itu covernya bagus banget. gambar rumah(?) yang ada dibelakang onew itu namanya apa sih? kamu biasanya carinya dimana? thanks before 😆

    Suka

  2. Bawa.annya pingin ngegasak (?) si Onew paket skuter matic *ehh*
    itu orang dingin, kelewat dingin atua minta dilempar pake sepatu sih TT.TT
    Tapi unyu loh HUBA dan HUBI *ihihihi* 😀

    Unn, itu gambarnya yang di belakang kalau mau cari di google keyword nya apa ya.-.
    Terus boleh tau font nya Huba hubi?

    Suka

  3. karakter onew oppa dingin banget sih, ga ada romantis2nya. Tp aku suka kok ceritanya, ceritanya menarik

    Suka

  4. Kyaaa onew, pengen ngejembelin pipinya ampe tirus(?),kesel gereget gemes.,
    gak ngerti perasaan pacarnya,, kasian si ____…
    Sabar ya ____ , nant jg si jenius akan brubah(?)

    tp menurutku pacaran sprti itu seru jg,coz jarang kan.. Nambah ilmu krn bc bku trus,drpd yg buang” wakt ma uang dan g brguna. *malahcurcol

    next chap ah…he
    like it

    Suka

  5. Like your story so much !!!! >_<
    Lanjutkan yaaa 😀
    Onew oppa parah banget disini. hahaha.

    Suka

  6. Ngiiikkk !!! Aduh kebayang keselnya jadi Hubi yaa,Onew Oppa kelewat luruuuusss wkwkkwkw but nice ff 🙂 Good job 😀

    Suka

  7. agak susah juga ngebayangin Onew serius terus mukanya, abisnya mukanya Onew lawak banget, tapi untung aja aku dapet feel-nya.
    Hyemi? Si yeojanya cemburu ya sama Hyemi? jiee…
    daebakk, Syifa^^

    Suka

  8. Aduh…. kalo Jinkinya kayak gini, aku juga bakalan bingung….

    Demi semut2 yg berbaris di dinding….

    Hubi udah kalangkabut hampir nyerah dengan sikap Jinki
    yang… terlalu serius….

    walau aku yakin dia sangat bertanggungjawab dengan Hubi,
    tiap kali dia minta izin kpd oppa hubi, dan mencoba
    untuk memberi hal2 positif di tiap hubungannya kepada Hubi…
    bukan negatif… yang berarti, dia sangat ingin menjaga hubi
    karena dia sayang…

    walaupun juga, hal2 ini pun tak lepas dari sikap Jinki,
    yang memang sedikit kaku, dan gak romantis…
    tapi kita kan lom tau gimana sebenernya perasaan Jinki…

    Mungkin kalo kita tau sudut pandang Jinki, kita gak
    akan misuniverse sama dia…. ????!!!!#^%/>;:’!

    Perasaan ada yang salah, deh,….

    aah,,, maksud eon, gak akan misunderstand… salah paham…
    sama Jinki…. kekekeeee…..

    sok2 pakek Bhs. Inggris, jadi keseleo…
    tapi sbenernya, eon lumayan jago, lho, Bhs lnggris…
    Kan diajarin jinki…

    eon ke Part 2, deh….

    Suka

  9. Lucu XD

    Suka

  10. Ih, si onew itu dingin banget sih sama ____
    Tapi hebat jg hubungaNnya masih bertahan stlah 1th
    #heran
    Kasian hubi’nya

    Suka

Feedback. . .♥