Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

SHINee Fanfiction Romance Fantasy // I Need a Kiss – Part 6

128 Komentar

I Need a Kiss Cover Fanfiction2

  • Title : , I Need a Kiss – Part 6
  • Author : Rasyifa || https://rarastory.wordpress.com
  • Genre : Romance, Fantasy, Little bit of Comedy—maybe–.
  • Main Cast :– [YOU] Kim Gweeboon
    – Onew  SHINee – Lee  Jinki
    – Minho SHINee – Choi Minho
  • Other Cast :– Find by your self.
  • Length : Chaptered
  • Rating : Teen-General.
  • Summary :

Seorang gadis yang terpaksa harus menikahi seorang lelaki kaya raya, yang bisa berubah menjadi wanita. Awesome!

– —
(!) Ditulis dengan kemampuan diksi dan humor yang rendah.
Di publish untuk memperbanyak arcive.

Happy reading~

– —

, I Need a Kiss

Written by Rasyifa | https://rarastory.wordpress.com

– – –

Tidur Gweboon terganggu pagi ini.

Keningnya berkerut saat merasakan terpaan sinar matahari mengenai wajahnya. Sebenarnya bukan hal itu yang menjadi penyebab Gweboon terbangun dari tidur nyenyaknya pagi ini. Gweboon justru terbangun karena mendengar suara tangis perempuan yang sangat mengganggu

Hik…hik..hik

Suara tangisan itu terasa sangat dekat dengan Gweboon. Dengan kedua mata yang masih belum sempurna bekerja, Gweboon dapat melihat punggung seorang perempuan yang membelakanginya. Perempuan itu nampak duduk di atas sofa yang diletakkan di ujung tempat tidur Gweboon.

“Ada apa? ” tanya Gweboon pada sosok yang ia yakini adalah Jinki yang telah menjadi perempuan itu

Dan bukannya menjawab pertanyaan Gweboon. Sosok itu justru semakin sesegukkan dalam tangisnya. Benar-benar tidak terlihat seperti seorang lelaki yang dikutuk menjadi perempuan! Apa benar itu Jinki?

“Apa kau kelaparan? Apa ini caramu menyiksaku? Aku bahkan baru bangun dan kau sudah ingin menghukumku,” sahut Gweboon yang sepertinya salah paham. Gweboon menduga Jinki sedang berulah.

Yang Gweboon pikirkan adalah…

Jinki yang menangis untuk membangunkan Gweboon dari tidurnya sekaligus menakut-nakuti Gweboon. Kemudian menyuruh Gweboon untuk mengerjakan semua pekerjaan, layaknya seorang budak kerja paksa.

“Hentikanlah! Aku sudah bangun. Baik-baik aku juga akan membuat sarapan.” Kali ini Gwebon mendumel sambil bangkit dari tempat tidurnya. Berdiri dengan sompoyangan dan dengan gontai melangkah menuju pintu keluar kamarnya.

“Anak gadis Kim Kibum,” ucap Jinki yang menghentikan langkah Gweboon.

Ok, apa yang sebenarnya bapak tua ini inginkan darinya? Bukankah Gweboon sudah bilang dia akan membuat sarapan! Lalu, apa lagi sekarang?

Dengan sebal Gweboonpun memalingkan tubuhnya, menghadap Jinki yang juga sudah mengubah posisinya, dari yang semula membelakangi Gweboon kini menghadap ke arah Gweboon. Meski Gweboon tidak dapat melihat wajah Jinki dengan jelas, karena Jinki menundukkan sebagian wajahnya.

Apa ada yang tidak beres pada Jinki? Tapi Jinki memang tidak pernah beres, sebelumnya.

“Ada apa lagi? Kalau kau hanya ingin menyuruhku bersih-bersih. Baik, Aku akan melakukannya!”

Jinki terdiam.

Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Gweboon. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana cara Jinki menyampaikan, sementara Gweboon terus saja berkoar dengan mulutnya yang lebar itu.

“Pagi-pagi seperti ini kau sudah aneh. Aku tak tahu apa aku akan tahan menghadapimu seharian penuh ini. Bagaimanapun juga, aku ini bukan wonder woman. Kalau kau bersikap seperti ini, dan selalu menyuruh-nyuruhku. Bukankah itu sangat mempersulit? Sebenarnya apasih yang kau inginkan. Aku bahkan tidak dibayar untuk melayanimu. Kau sangat pelit dan keterlaluan,” ucap Gweboon yang kesal karena belum bisa mendapatkan uang dari Jinki. Ditambah dengan sikap Jinki yang dinilai Gweboon tidak wajar.

“Tolong aku, Gweboon….” Suara Jinki yang bergetar dan nadanya yang aneh saaat menyahut, seketika membuat Gweboon mematung. Dan sepertinya ia baru saja menyadari, bahwa benar-benar ada yang tidak beres dengan bapak tua bernama lengkap Lee Jinki itu.

Apa perusahaan Jinki bangkrut?

“Ada apa?” Gweboon memberanikan diri bertanya. Sementara Jinki mulai mengangkat wajahnya perlahan, untuk menatap Gweboon.

“…….”

“Hey, katakan padaku! Ada apa?” Gweboon mendesak Jinki. Sementara wajah Jinki semakin tidak karuan, bahkan matanya terlihat dipenuhi air. Jinki benar-benar menangis?

“…….”

“Bapak Tua!” Kali ini Gweboon melangkah mendekati Jinki, menatap tajam seolah mengancam Jinki untuk memberitahukan yang sebenarnya terjadi. Jinki tidak bisa berkutik.

“AKU ADA KANKER!”

Nyiuutt~

Pekikan itu akhirnya membuat keheningan diantara Jinki dan Gweboon. Bahkan kedua pundak Gweboon terasa melemas. Kanker? Jinki?

“Apa kau bilang tadi, kanker?” Gweboon seolah tidak percaya. Dan menyuruh Jinki mengulang kalimatnya barusan.

“Tolong aku Gweboon, Aku tidak ingin mati!” Tidak akan mengulang kalimat menyakitkan itu untuk kedua kali, Jinki justru histeris menitikkan airmatanya dan tidak memenuhi permintaan Gweboon. Tapi ucapan Jinki barusan sudah cukup berhasil membuat Gweboon yakin dengan apa yang barusan ia dengar.

Jinki memiliki kanker.

“Apa yang harus kita lakukan?” Gweboon bergumam pelan. Tidak menyangka akan seperti ini.

Kanker.

Jinki.

Gweboon yang menyandang status janda.

Sama sekali tidak ada yang bagus!

* * *

Jinki berdarah. Dan Gweboon mendumel frustasi. Hendak mencekik Jinki, andai saja dia bisa.

KANKER?

Cih, yang benar saja!

Itu siklus bulanan seorang wanita. Jinki yang menjadi perempuan, tentu saja mengalaminya sekarang. Jinki yang terlewat bodoh, bahkan tidak tahu apa itu siklus bulanan.

Melihat darah keluar dari tubuhnya. Dengan begitu saja, menganggap itu pertanda kanker. Untung Gweboon gadis yang cerdas, dengan gaya seolah dia dokter. Dia menanyakan kondisi Jinki, dan betapa marahnya Gweboon saat tahu itu hanya…siklus menstruasi.

<flashback>

“Sekitar jam lima pagi…aku kesakitan, rasanya benar benar ‘BOOH’ dan udaranya juga terasa ‘BAAH’, perutku melilit dan aku justru merasa ‘GAAH’ ‘. Aku bahkan juga merasa ‘WAAH’ dan sempat pingsan, saat aku sadar aku merasa ‘DOOH’, lalu aku pergi ke toilet dan menemukan…bagaian bawahku berdarah,” tutur Jinki menceritakan kondisinya, sambil menatap Gweboon dengan tatapan minta dikasihani.

 

“Kau bilang bagian bawahmu?”

 

“Ya, bagian bawahku berdarah.” Jinki mengangguk dengan wajah sedikit pucat. Jinki yakin, ini penyakit berbahaya!

 

“Bukannya mengeluarkan darah dari hidungmu, seperti mimisan yang sering dialami penderita kanker kebanyakan. Kau justru berdarah di bagaian bawahmu?”

 

“Aku juga bingung. Mungkin ini kanker ganas.” jawab Jinki yang wajahnya semakin pucat.

 

Tak cukupkah dengan dikutuk menjadi wanita?

Dan sekarang Jinki harus menjadi penderita kanker ganas. Baik, itu bukan kutukan itu hanya.. Ah, yang jelas karena semua ini, Jinki ingin menangis…..

 

“Apa kau mengalaminya setelah menjadi wanita, dan apa kau berdarah di…sini?” Terlihat ragu Gweboon mulai menunjuk bagian sensitivenya. Karena Gweboon tak bisa mempercayai Jinki begitu saja. Dan alangkah terkejutnya saat mendapati sahutan dari Jinki.

 

“Tepat! Bagaimana bisa kau tahu persis seperti itu?”

 

Bisakah sekarang Gweboon mencakar wajah Jinki sampai tak berbentuk?

Mengganggu tidur Gweboon yang nyenyak, menangis dan membuat Gweboon terkejut. Sekarang dengan wajah bodoh, Jinki bahkan tak menyadari apa yang telah ia perbuat.

 

<flashback off>

“Kenapa menjadi wanita sangat menyulitkan?” Jinki merebahkan tubuhnya di atas sofa. Sesekali meringis menekan perutnya, efek dari siklus bulanan. Sementara Gweboon yang sedang sibuk melap meja, hanya bisa memasang wajah kesal saat mendengar ucapan Jinki barusan.

Jinki bahkan memakai pembalut Gweboon. Terlebih, tanpa membayarnya! Padahal itu stok terakhir yang Gweboon miliki. Sungguh, Jinki keterlaluan sekali. Tidakkah dia tahu, di dunia ini…tidak ada yang gratis! Apalagi satu pembalut Gweboon terbuang sia-sia, karena Jinki salah pakai. Bagaimana bisa menempelkan perekat pembalut di bagian atas yang tersentuh kulit? Hanya Jinki yang bisa melakukannya. Karena Jinki terlewat bodoh.

“Gweboon, aku bosan di rumah. Bagaimana kalau kita jalan-jalan?” Jinki kembali bersuara, memecahkan keheningan yang menyelimuti rumah besar yang sekarang ia tinggali berdua bersama Gweboon.

Jalan jalan? Itu menarik.

Tapi tidak untuk Gweboon. Karena dia tahu dengan baik, apa itu ’jalan-jalan’ bagi Jinki.

Sambil menghela nafasnya Gweboon menjawab sarkatis, “Jika yang kau maksud dengan jalan-jalan, adalah berjalan kaki mengelilingi perkomplekan. Aku tidak mau!”

Great, Jinki sukses dibuat kesal.

YA! Memangnya kenapa kalau jalan-jalan mengelilingi perkomplekan? Itu dapat membuat kaki sehat dan tentu saja tidak mengeluarkan uang. Itu sungguh bagus sekali! Tidak seperti Gweboon, yang tidak ada bagusnya!

TING NONG~

“Hey anak Kim Kibum, bukakan pintunya!”menyuruh Gweboon yang sedang sibuk melap meja untuk membukakan pintu, adalah bentuk pembalasan Jinki pada Gweboon.

Gweboon yang tidak bisa berbuat banyak. Hanya dapat menurut, dan melakukan apa yang Jinki suruh.

Gweboon menghentikan kegiatannya melap meja, lalu Gweboon berjalan gontai, membukakan pintu untuk sang tamu. Persis, seperti yang Jinki suruh.

Kenapa dia harus melakukan semua ini?

Jinki bahkan tidak membayarnya!

Treaaakk

Annyeonghaseo…”

Seorang gadis manis membungkuk sesaat Gweboon membuka pintu, bahkan gadis itu memberikan senyum cantik yang membuat Gweboon terpana melihatnya. Jika Gweboon yang seorang perempuan saja bisa terpana seperti itu, bagaimana dengan para lelaki?

“Bisa saya bantu?” gadis itu melebarkan senyumnya di depan Gweboon, terlebih saat mendengar apa yang barusan Gweboon ucapkan padanya.

“Kau pasti Gweboon. Kau tampak berbeda dari terakhir kali aku melihatmu. Ahya, Aku Luna, sekretaris pribadi Presiden Lee  di kantor. Aku ingin bertemu dengannya!”

Luna.

Gweboon langsung menghafalkan nama itu di dalam kepalanya. Terlebih saat mendengar Luna adalah sekretaris pribadi Jinki.

“Anak Kim Kibum, sia…pa?” Jinki yang penasaran dengan siapa tamunya, menyusul Gweboon dan bahkan ikut berdiri di belakang tubuh Gweboon.

Gweboon tak menjawab pertanyaan barusan, karena sepertinya Jinki bahkan sudah tahu jawabannya saat melihat seorang gadis yang berdiri di depan meraka.

Gadis itulah tamunya!

Dan Gweboon merasa sedikit tidak suka pada tamunya ini. Mungkin karena telah mengganggu pekerjaan Gweboon saat melap meja, atau bisa juga karena…mengganggu Gweboon yang sedang berduaan dengan Jinki.

Berduaan dalam arti…yang berbeda, tentu saja!

* * *

Gweboon bukan pembantu.

Gweboon memiliki hak untuk duduk di sofa dan ikut mendengarkan apa yang Jinki dan Luna bicarakan. Bukankah Jinki dipanggil Presiden Lee? Kalau begitu Gweboon bisa dipanggil dengan sebutan istri presiden Lee.

Tapi pada kenyataannya, Gweboon hanya dapat menyajikan minuman lalu dengan manisnya, Jinki menyuruh Gweboon untuk menjauh.

Gweboon seperti seorang pelayan.

Sebenarnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Jinki dan Luna mungkin hanya akan membahas soal bisnis. Lagipula, Jinki dalam bentuk perempuan sekarang. Dan Luna tidak tahu bahwa itu Jinki. Luna hanya tahu kalau sosok perempuan Jinki bernama Jinri, dan untuk sementara waktu diminta mengurusi segala hal menyangkut bisnis yang dijalankan Jinki.

Hanya Gweboon seorang yang tahu Jinki dikutuk menjadi perempuan.

Bukankah itu membuat Gweboon  lebih spesial dari yang lain?

Gweboon spesial.

Menyadari hal itu Gweboon tersenyum-senyum dari tempatnya menguping. Well, meski itu pembicaraan yang tidak sedikitpun Gweboon mengerti, tapi untuk status siaga. Menguping bukanlah hal buruk.

“Ada investor asing yang berminat menginvestasikan dana  ke salah satu resort kita yang ada di pulau Jeju. Rencananya mereka akan terjun langsung ke lokasi, untuk mensurvei resort kita,” ucap Luna menyerahkan beberapa buah map  di depan Jinki.

Jinki yang sebenarnya sedari tadi hanya melihat ke arah Gweboon yang sedang menguping. Hanya bisa mengangguk-angguk setuju saja.

Apa yang dilakukan Gweboon? Berdiri di samping buffet, yang bahkan tingginya hanya 5/8 dari tinggi  badan Gweboon. Membuat Jinki dengan leluasa melihat punggung Gweboon yang sedang berdiri seperti patung.

Ah, fokus Jinki!

Sekarang waktunya bekerja, acuhkan saja anak kim kibum yang sedang aneh itu.

“Untuk itu kami perlu kehadiran presiden. Bagaimanapun pertemuan dengan investor asing kali ini bukanlah pertemuan dengan investor sembarangan. Mereka bahkan merupakan bagian dari orang-orang yang berpengaruh dalam perekonomian dunia,” Luna melanjutkan sambil menyerahkan map lagi yang kali ini ia ambil dari dalam tasnya.

“Apa kau bilang, aku harus datang?”  Jinki merespon, setelah cukup lama mendiamkan Luna yang sedari terus saja mengoceh sambil menyerahkan map yang terus bertambah di depannya.

“Bukan anda. Tapi Presiden perusahaan, Presiden Lee ,” jawab Luna membuat Jinki tertohok.

Ya, benar. Bukan Jinki dalam wujud perempuan yang harus datang. Tapi Jinki dalam sosok lelaki tampan lah, yang harus datang ke pertemuan itu.

“Aku akan mewakilinya!”

“Maaf, tapi apa yang akan dipikirkan para investor, jika hal seperti ini dilakukan oleh seorang perwakilan, walaupun anda ditunjuk langsung oleh presiden Lee. Dalam dunia investasi, terutama investasi besar. Perwakilan, adalah hal yang akan membuat kontroversi. Perusahaan serta presiden Lee sendiri yang akan akan mendapat anggapan yang tidak baik.” ucapan Luna membuat Jinki terdiam, itu benar…perwakilan bukanlah jawaban yang tepat untuk pertemuan ini.

Berikan Jinki waktu untuk berpikir.

Jinki melihat tumpukan map di depannya. Mengambil beberapa dan membukanya.

Kosong.

 

Kosong.

 

Kosong.

Kenapa semua map yang Jinki ambil kosong? Jinki mendongak melihat ke arah Luna, meminta penjelasan kenapa semua mapnya kosong. Luna hanya tersenyum lebar, “Apa anda tertarik dengan sample mapnya? perusahaan kita berencana merintis usaha di bidang pembuatan map dari bahan organik. Ini usul langsung dari Ibu Presiden, Nyonya Lee Eunsook!”

Jinki hanya menghela nafasnya, sambil menatap Luna tak percaya.

Dan Luna menanggapinya dengan memberikan setumpuk map lain yang entah dia dapatkan darimana.

* * *

Serius! Jinki bosan jika waktunya yang sangat berharga hanya dihabiskan duduk di atas sofa dan menonton televisi. Jinki ingin melakukan sesuatu…

Ahya, Luna sudah pergi dari dua jam yang lalu. Di rumah itu kini Jinki dan Gweboon kembali berduaan.

“Ayo kita jalan-jalan Gweboon!” ucap Jinki sambil memainkan tangannya di udara. sementara tubuhnya dengan santai berbaring di atas sofa. Gweboon yang tengah sibuk mengepel lantai hanya dapat mendengus dan mendiamkan Jinki begitu saja, bahkan Gweboon melewati Jinki. Seolah Gweboon tidak melihat keberadaaan Jinki.

Jinki yang melihat dirinya diperlakukan seperti itu, merutuk tak percaya.

Apa salah Jinki?

Bahkan Jinki mengajak anak Kim Kibum itu untuk jalan-jalan. Itu perbuatan yang sangat terpuji, tapi kenapa  anak ingusan itu justru membalasnya dengan seperti itu.

Baiklah, kalau tidak mau pergi. Ya bilang saja. Jinki bisa pergi sendiri kalau begitu. Lagipula mengajak anak Kim Kibum itu hanya membuat Jinki mengeluarkan uang tambahan untuk membeli Tiket.

* * *

“Aku membuang ini di atas meja, Aku pergi dulu!” Jinki berlalu meninggalkan Gweboon yang sekarang tengah sibuk mencuci piring. Gweboon hanya melirik sejenak ke atas meja, kemudian mengedikkan kedua bahunya tak peduli.

Sementara Jinki sudah berlalu dan keluar dari rumahnya. Dan dengan susah payah lelaki  yang sekarang bersosok wanita itu, menyembunyikan senyumnya. Sepertinya Jinki bahagia berhasil membuang sesuatu di tempat yang tepat.

Sudah setengah jam sejak kepergian Jinki dari rumah. Sekarang di rumah itu hanya ada Gweboon sendirian, rumah yang memang berukuran besar itu semakin terasa besar. Gweboon bahkan seperti berada di dalam perut raksasa, sekarang.

Ini semua karena tidak ada suara cempreng  yang membuatnya mendengus.

Tidak ada ’perempuan’ yang memekik kesakitan karena siklus bulanan.

Tidak ada juga orang yang akan menyuruhnya ini-itu hanya dengan jari telunjuknya.

Seharusnya ini sempurna, tapi untuk Gweboon justru merasa ini sedikit…aneh!

Apa yang aneh? ini seharusnya sangat bagus bahkan Gweboon sekarang bisa beristirahat di atas sofa —yang sebelumnya Jinki tempati—. Membersihkan rumah sebesar rumah Jinki, tidaklah mudah. Bahkan akan bertambah sulit saat Gweboon sadar dia tidak dibayar untuk melakukan semua ini.

Beberapa detik berlalu dan akhirnya kedua alis gadis itu bertaut, saat melihat selembar kertas—yang mungkin Jinki buang setengah jam yang lalu— kini tergeletak di atas meja.

Sebuah tiket taman hiburan.

Senyum Gweboon mengembang. Apa tiket ini diberikan untuknya?

“Aku membuang ini di atas meja, Aku pergi dulu.”

Ucapan Jinki setengah jam yang lalu terngiang kembali di ingatan Gweboon.

Jinki membuangnya? kalau begitu, biarkan Gweboon yang akan memungutnya. Lagipula sudah lama Gweboon tidak bersenang-senang ke taman hiburan. Terakhir kalinya, kapan itu? Gweboon bahkan tidak dapat mengingatnya.

Gweboon bahkan lupa dengan rasa lelahnya, seusai membersihkan rumah. Dengan langkah lebar dan penuh semangat, Gweboon berjalan menuju kamarnya.

Apa yang harus ia pakai untuk menemui Jinki? Haruskah ia memakai sesuatu berwarna biru, seperti yang Jinki kenakan saat pergi tadi. Sepertinya…itu tentu bukan ide yang buruk!

* * *

Lelaki muda itu duduk menatap ikan kecil di dalam akuarium. Seketika tersenyum miris saat ikan-ikan itu beramai-ramai memakan umpan yang baru saja ia tabur ke dalam akuarium, sebelum ia memutuskan untuk duduk dan mengamatinya dari jarak dua meter.

“Hanya menjaganya, tidak boleh mencintainya. Sukailah sebagaimana rasa suka terhadap seorang adik kandung. Lelaki itu sungguh keterlaluan. Apakah dia tidak pernah memikirkan perasaan anaknya sendiri? Lagipula untuk apa aku menjaga seorang gadis yang tidak bisa aku miliki,” ucapnya sambil menatap lurus kedepan —menghadap akuarium kecil yang terletak di tengah kamarnya—.

Dia adalah Minho. Lelaki muda yang sekarang tengah duduk dan mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Gweboon. Pertemuan yang terjadi beberapa tahun yang lalu, yang membuat hidup Minho berubah.

“Lihat anak kecil itu Minho! Namanya Kim Gweboon,”  ucap Choi Siwon sambil menunjuk ke arah Gweboon kecil yang tengah berjongkok di depan sebuah makam. Dan gadis kecil itu sepertinya sedang menangis sendirian disana.

“Mulai sekarang, dia akan menjadi adikmu. Kau harus menjaganya dengan baik! Jangan membiarkan dia menangis lagi. Cha~ sekarang hibur dia… ingat pesan appa. Perlakukan dan sayangi gadis kecil itu seperti adik kandungmu sendiri!”  lanjut Choi Siwon, yang kali ini menyerahkan sebuah payung pada Minho.

Minho yang waktu itu  masih terlalu polos untuk mengerti keadaan hanya dapat menurut  saat didorong begitu saja oleh ayahnya sendiri. Dengan langkah kecilnya ia memberanikan diri mendekati gadis kecil yang bahkan baru ia tahu namanya beberapa detik lalu.

Kim Gweboon.

Minho harus menjaganya.

Memperlakukan dengan baik, seperti adik kandungnya.

“Jangan menangis, Gweboon!” ucap Minho ragu-ragu,saat itu. Sambil mencoba memayungi Gweboon yang masih menangis di depan makam ibunya.

Tidak cukup menangis sendirian…hujan deras juga mengguyur seluruh tubuh gadis kecil tersebut. Dan tubuh gadis kecil yang basah kuyup itu membuat Minho menatap dengan miris. Apa yang sebenarnya gadis kecil ini pikirkan. Menangis di depan kuburan sendirian, dan membiarkan tubuhnya kehujanan. Apa dia tidak takut, jika tiba-tiba ada monster kuburan yang nantinya akan menculiknya.

“Jangan menangis, Gweboon!” ucap Minho untuk kedua kalinya, dan kali ini gadis kecil itu menoleh dengan mata sembabnya.

Sesuatu mencolos dari dalam tubuh Minho. Detak jantungnya terasa dipercepat, saat Gweboon melihat ke arahnya dan mengucapkan kalimat pertama yang tidak akan pernah ia upakan disepanjang hidupnya..

“Kau siapa?” itulah yang diucap Gweboon pada Minho. Ucapan yang berisi pertanyaan pertama Gweboon untuk Minho, dan Minho tidak memiliki jawaban dari pertanyaan itu.

Kau siapa ?

 

Kau siapa ?

 

Kau siapa ?

Mungkin hanya Minho, yang sepuluh tahun lalu tidak menjawab pertanyaan itu tapi dengan hangat justru memeluk Gweboon. Minho memberikan kekuatan dengan sesekali menepuk lembut belakang Gweboon, dan kembali mengucapkan kalimat pertamanya untuk ketiga kalinya,“Jangan menangis, Gweboon!”

Tidak ada alasan jelas, kenapa mengulang kalimat yang sama untuk yang ketiga kalinya.

Karena saat itu Minho benar-benar tidak tahu apa yang harus ia ucapkan pada gadis itu. Hanya, dia tidak ingin melihat gadis itu menangis.

Untuk merealisasikan ucapannnya, Minho telah banyak bertindak. Dia bahkan rela bertingkah seperti Spidermonyet untuk Gweboon dihadapan banyak orang. Dia juga rela memecah celengan kodok kesayangannya untuk membelikan Gweboon ice cream. Dia selalu berusaha membuat Gweboon tertawa saat bersamanya, dan setiap mendengar Gweboon tertawa. Minho merasa dirinya…bahagia.

Jadi… “Jangan menangis Gweboon!”

* * *

Dengan perjuangan yang luar biasa. Gweboon berhasil mengumpulkan koin untuk biaya naik bus. Jinki keterlaluan, hanya sebuah tiket yang ia buang. Seharusnya Jinki juga membuang beberapa lembar uang untuk Gweboon naik taksi.

“Kau sangat terlambat. Apa yang sebenarnya kau rencanakan?”Jinki langsung menyemprot Gweboon yang baru saja datang. Wajah Jinki mengekspresikan perasaan yang Gweboon tidak bisa terjemahkan dengan baik. Apa Jinki marah karena Gweboon terlambat?

Tapi itu karena Gweboon harus menyelesaikan pekerjaannya di rumah, lalu dia harus berusaha mengumpulkan koin untuk naik bus. Semua yang ia lakukan hingga dapat berdiri di depan Jinki, bukanlah sesuatu yang mudah. Ini sebuah perjuangan!

Gweboon berusaha mengelak dan berkilah tapi sebelum sempat mengatakan apa-apa, Jinki sudah lebih dahulu menariknya memasuki taman hiburan.

Jinki tak ingin membuang waktu lagi. Sekarang ia ingin bersenang-senang dengan Gweboon sepuasnya. Masalah Gweboon terlambat? untuk itu dia akan memberikan maafnya.

Diam-diam Gweboon sendiri menyembunyikan senyumnya, melihat tangan Jinki yang sedang menggenggam tangannya dengan erat, membuat Gweboon menyadari jantungnya berdetak sangat keras. Apa tiba-tiba Gweboon terkena serangan jantung?

Dugh..dugh…dugh

Jinki dalam sosok wanita sekarang, meski memakai pakaian laki-laki. Tidak seharusnya Gweboon merasa gugup berdekatan dengan Jinki.

“Aku tidak terbiasa antri, jadi kau yang antri ya! Aku mau naik ini!”  Jinki mendorong Gweboon masuk ke dalam sebuah antrian tiket wahana hiburan, kemudian Jinki berjalan menjauh sambil tersenyum lebar ke arah Gweboon yang ia tinggalkan. Gweboon ingin berteriak dan marah sebenarnya. Kenapa harus Gweboon yang antri? Gweboon juga tidak terbiasa antri. Tapi melihat senyum Jinki, dia tidak bisa berbuat banyak.

Menurut saja kali ini Gweboon, lagipula…bukankah senyum Jinki, terlihat sangat manis?

Apa kau tega senyum itu hilang hanya karena…harus mengantri tiket?

* * *

“Kau sudah dapatkan tiketnya. Tidak buruk, kau boleh juga! Berikutnya kau saja yang antri untuk tikat yang lain!” ucap Jinki sambil mengambil tiket dari tangan Gweboon. Sebagai gantinya Jinki menyerahkan satu cup Americano pada Gweboon. Gweboon menatap heran pada Jinki yang sudah  asyik berjalan di depannya.

Bagaimana Jinki tahu bahwa Gweboon suka…Americano?

Lalu apakah Gweboon sendiri lupa pernah memesan minuman itu di cafe, saat bertemu dengan Jinki untuk yang kedua kalinya? Lagipula Gweboon sendiri sepertinya belum membayar tagihan yang dulu Jinki limpahkan padanya. Dan Jinki sendiri sepertinya juga sudah lupa, atau mungkin pura-pura lupa.

“Aku ingin kita naik cangkir yang bergambar beruang itu!” Gweboon hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil saat melihat Jinki dengan antusias menunjuk cangkir raksasa yang sedang berputar-putar.

Jinki…entah kenapa sangat manis hari ini.

* * *

Cangkir putar raksasa, roller coster, dan berbagai wahana lainnya sudah dicoba oleh mereka berdua. Gweboon dan bahkan Jinki tidak leluasa menyembunyikan senyum mereka lagi, bahkan mereka tak sungkan saling tertawa dan berteriak satu sama lain. Menikmati waktu yang terasa benar-benar berharga untuk sekarang.

“Kyaa~ ini lucu sekali, coba kau kenakan!” Gweboon mengenakan bandu telinga kelinci pada Jinki. Membuat Jinki terdiam saat melihat wajah puas Gweboon yang sedang menertawainya.

Sebegitu lucukah saat Jinki mengenakan sebuah bandu telinga kelinci? Dan kenapa wajah Gweboon yang sedang tertawa terlihat sangat imut.

“Aku memang terlihat menggemaskan! Ayo ambil foto!” Tanpa merasa malu, dan mengecohkan pandangan aneh dari orang lain yang sedang menatap mereka. Jinki mengeluarkan handphonenya, membuka aplikasi kamera dan mengambil sebuah foto dengan kamera depan ponselnya.

 

Jpret~

Sebuah foto.. dimana Jinki dan Gweboon sedang saling tersenyum sambil mengucapkan kata, “Kimchi!” bersamaan, kini telah menjadi wallpaper handphone Jinki.

Jauh di dalam lubuk hati Jinki, sebenarnya ia merasa bersalah pada Gweboon hari ini. Karenanya sedari tadi banyak orang yang  menatap mereka dengan aneh.

Mungkin orang-orang itu berpikir, mereka berdua —-Jinki dan Gweboon— adalah sepasang kekasih yang tidak normal. Rumus ringkasnya, perempuan x perempuan.

Meski Jinki sudah berusaha terlihat seperti lelaki dengan berpakaian laki-laki. Tetap saja wajah wanita hasil kutukan seseorang bernama Kim Jonghyun itu tidak bisa ditutupi.

Bicara mengenai Kim Jonghyun, Lelaki yang sudah cukup lama tak terlihat itu. Tiba-tiba muncul di antara Gweboon dan Jinki. Lelaki itu tengah santai duduk di atas sebuah permainan anak-anak dengan wajah tersenyum dan beberapa kali mengangguk ke arah Jinki dan Gweboon.

Seolah menyetujui atau bahkan memberikan restu pada mereka berdua.

Benar-benar tak mengerti, sebenarnya siapa Kim Jonghyun itu?

* * *

Minho mencoba menelpon Gweboon, tapi telponnya tidak aktif. Tinggal beberapa hari lagi menjelang keberangkatan Minho ke gunung. Sementara Gweboon belum menjawab permintaannya tempo hari.

Gweboon juga semakin sulit untuk dihubungi, di sekolah Gweboon terkesan menghindari Minho. Apa yang sebenarnya gadis itu sembunyikan darinya?

Apa Gweboon benar-benar sudah menemukan pangerannya?

Tidak, pangeran Gweboon yang sebenarnya adalah Minho.

* * *

“Apa kau ingin puppy, Gwe?”Gweboo menghentikan langkahnya, menatap Jinki heran.

Jinki tersenyum manis, “Aku akan memberikanmu satu puppy untuk dibawa pulang!”

“Benarkah?”

“Ayo kesana. Dan ambil satu puppy untuk dibawa pulang oleh Gweboon!” Jinki menarik  Gweboon menuju sebuah box, yang berisi banyak boneka dengan beberapa pengait yang digantung di atasnya.

“Pilih, kau mau yang mana?”

Gweboon kembali menatap Jinki heran. Kemudian dengan mata berbinar Gweboon menunjuk sebuah boneka berbentuk kodok. Jinki mengangguk yakin dan memainkan sebuah tombol, dan secara otomatis salah satu pengait yang menggantung diatas langit-langit box itu bergerak.

.

.

.

Dan sudah koin ke dua puluh, tapi Jinki tidak berhasil menangkap satupun boneka dari dalam box itu.

Gweboon yang semula semangat berdiri di samping Jinki, kini bahkan sudah terduduk lemas di samping Jinki.

Jika Jinki tidak bisa melakukannya dengan benar. Seharusnya menyerah saja. Lagipula benar-benar membuang waktu menunggu Jinki seperti ini.

“Sudahlah, menyerah saja.”

“Sedikit lagi Anak Kim Kibum, aku yakin kali ini aku bisa mendapatkannya!”

Gweboon yang sudah malas, akhirnya bangkit dan berjalan meninggalkan Jinki. Sepertinya ia harus ke kamar kecil.

“GWEBOON!” Teriakan histeris itu membuat Gweboon menoleh dengan malas ke arah Jinki. Ayolah, dia hanya ingin pergi ke kamar kecil. Apakah Jinki berniat menahannya? Gweboon hampir membuka mulutnya untuk balas meneriaki Jinki yang telah membuatnya malu di hadapan orang banyak, itu jika saja Jinki tidak kembali memekik untuk yang kedua kalinya.

“Lihat aku berhasil!” Gweboon tersenyum senang dan berjalan dengan wajah takjub ke arah Jinki.

Ada sebuah boneka di tangan Jinki. Dengan wajah tersenyum Jinki menyerahkannya pada Gweboon yang kini berdiri di hadapannya, “Ini puppy untuk di bawa pulang Gwe!”

Blushh

Wajah Gweboon seketika memanas saat Jinki mengucapkan panggilan berbeda padanya. Apa tadi itu dia memanggil Gweboon, dengan panggilan ’Gwe’?

Gweboon suka panggilan itu. Panggil Gweboon lagi, please!

* * *

“Kenapa ayam? Akukan ingin yang kodok,”

Jinki memasang wajah tak percaya. Bukannya senang, berterimakasih, lalu memeluk Jinki yang telah berhasil mendapatkan boneka itu. Gweboon justru protes dengan boneka yang ia dapatkan. Tidak tahu malu!

“Ayam itu jauh lebih bagus dari kodok, Gweboon. Seharusnya kau bersyukur!”

“Tapi suara kodok itu bagus, berat dan berkharakter. Dia bahkan bisa meminta hujan dengan nyanyiannya,” ucap Gweboon sambil tersenyum aneh.

“Apanya yang bagus dari ’korek-korek’ yang bahkan sangat mengganggu. Setiap pagi Ayam-lah yang membangunkan manusia dengan ’kukuruyuk’nya. Ayam Gweboon, A-Y-A-M. Bukan kodok! Bahkan telur ayam juga bisa dikonsumsi manusia!”

“Tapi kodok juga bisa bertelur,” sahut Gweboon mencoba membuat kodok menang di pandangan Jinki.

“Apa kau sudi makan telur kodok?”

“…………”

Melihat Gweboon terdiam, Jinki tersenyum puas. Tapi masih belum cukup puas jika belum sempat  sedikit mengerjai anak Kim Kibum, yang menurutnya hari ini sangat imut. Lupakan kalimat terakhir tadi, Jinki pikir ia khilaf berpikir seperti itu.

“Ya sudah. Kalau kau memang tidak suka dengan ayam. Sini berikan padaku saja!” Jinki mencoba merebut boneka berbentuk ayam yang sedang Gweboon pegang.

Gweboon tentu saja tidak memberikannya, “Ya! Kenapa kau ingin mengambilnya lagi? Kau sudah memberikannya untukku!”

“Memberikannya untukmu? Kapan itu? Aku tidak ingat pernah mengatakannya! Kau sendiri saja yang langsung mengambilnya saat aku berhasil mendapatkannya!”

Gweboon terdiam menatap Jinki. Benarkah?

Em ya, jika diingat-ingat lagi sepertinya memang begitu. Saat melihat Jinki berhasil mendapatkan boneka itu, Gweboon langsung berlari dan memeluk boneka itu.

Padahal akan lebih baik jika Gweboon juga memeluk orang yang berhasil mendapatkannya. Yang sebenarnya karena berharap dapat dipeluklah, rela bersusah payah mendapatkan boneka itu.

Jinki yang melihat Gweboon yang sedang terdiam, hanya bisa menghela nafas pendek. Dan kemudian dengan angkuh berjalan mendahului Gweboon.

“Tapi dipikir-pikir aku memang ingin membuangnya. Jadi kalau kau ingin, pungut saja!”

Tanpa menoleh ke arah Gweboon, tanpa melihat bagaimana wajah Gweboon saat mendengar ucapannya, Jinki terus melangkah dengan santai di depan Gweboon. Sambil terus berusaha menyembunyikan senyum.

Jika dia suka, seharusnya ia mengatakannya saja!

Bukannya membuat Jinki kesal dan bahkan dengan bodoh membandingkan kodok dan ayam.

Tentu saja, ayam-lah yang terbaik. Always!

* * *

Jinki dan Gweboon duduk berdampingan di sebuah bangku taman, Gweboon dengan tingkah kekanak-kanakkan memain-mainkan boneka ayam di depannya. Sementara Jinki, dengan gaya angkuh asyik menggaruk leher dan bahkan ketiaknya. Tentu saja, apa yang dilakukan Jinki membuat orang-orang memandangnya aneh. Terutama Jinki melakukannya dalam sosok perempuan. Otomatis, orang beranggapan dia adalah seorang perempuan yang tidak tahu tatakrama.

Tapi Jinki tak peduli semua itu, dia hanya ingin tahu kenapa tubuhnya mendadak gatal seperti itu. Bahkan selain gatal juga terasa melepuh.

“Aishh, apa yang salah. Kenapa ini menjadi sangat gatal?”

“Mungkin ketiakmu ingin tumbuh bulu,” sahut Gweboon tanpa malu, yang membuat Jinki terdiam. Entahlah, bagi jinki ’bulu’ itu sedikit vulgar. Apa baik-baik saja jika Gweboon mengucapkan kalimat itu begitu saja?

“YA! tapi leherku juga gatal. Apa kau pikir leherku akan tumbuh bulu juga?”

Gweboon memandang ke arah Jinki  dengan kedua matanya yang tajam, lalu Gweboon menggeser duduknya mendekati Jinki. Kemudian mulai meraba leher dan ketiak Jinki.

Hey..hey, apa Gweboon berusaha menghancurkan keperjakaan Jinki?

Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Tapi Jinki sendiri tidak dapat menolak dan justru terlihat menikmati. Ini momen yang sangat langka.

“Sepertinya ini alergy. Apa kau memilki elergy?”

Jinki yang barusaja mendapat perlakuan seperti itu dari Gweboon mendadak membisu. Ia tidak tahu kenapa, tapi saat Gweboon menyentuh bagian tubuhnya seperti tadi…rasanya ia barusaja tersengat listrik 1000 volt. Jika itu benar, seharusnya Jinki sudah mati dengan tubuh gosong. Tapi karena itu bohong, Jinki bahkan rela disentuh oleh Gweboon lagi.

“Aisshh..kau membuatnya semakin parah. Sekarang seluruh tubuhku justru terasa gatal.” Kali ini Jinki kembali pada kewarasannya, dengan gaya angkuhnya ia memalingkan wajah dari Gweboon.

Berbeda dengan Gweboon yang tiba-tiba panik karena mendengar penuturan Jinki. Benarkah seluruh tubuh Jinki gatal?

Bagaimana jika ini penyakit yang berbahaya? Bagaimana jika lima belas detik dari sekarang Jinki tewas karena penyakit gatalannya.

Gweboon tidak ingin menjadi janda. Tidak, sebelum ia mendapatkan uang jajan bulanannya.

Gweboon kembali meraba tubuh Jinki, kali ini rabaannya justru lebih kuat. Haruskah ia menggaruk tubuh Jinki?

“Oh my father, mother!” Jinki meracau disela-sela rasa gatalnya.

“Apa disini juga gatal?” Gweboon meraba bagian rahang Jinki, Jinki hanya mendesah karena merasa Gweboon kembali mencoba menghancurkan keperjakaannya.

“Oh father, oh mother!”

“Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana Jika kita ke rumah sakit?”

BUGH

Adegan yang tidak terduga, disaat Gweboon panik karena Jinki dan  Jinki yang sibuk dengan rasa gatalnya yang menjadi-jadi, entah darimana seseorang tiba-tiba memainkan tinjunya di wajah Jinki.

Tinjuan yang sangat keras.  Bahkan menimbulkan efek kemerahaan di wajah putih Jinki.

Dan Jinki yang semula memasang wajah konyol, kini mulai memasang wajah geram.

Jinki tentu tidak terima, disaat dia tidak tahu apa-apa. Kenapa seseorang justru tiba-tiba saja meninju wajahnya?

Sementara sang ’tukang tinju’ justru tanpa takut seperti ingin meninju wajah Jinki untuk yang kedua kalinya. Pelaku itu tidak lain, adalah Choi Minho. Anak lelaki jangkung yang tampan.

Hey, apa yang sebenarnya spidermonyet Gweboon itu pikirkan?

—–To Be Continued——-

READ MORE FANFICTION ‘I Need a Kiss’

I Need a Kiss Season I (Sequel )
|| Teaser | Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 | Part 6 | Part 7 | Part 8 | Part 9 | Part 10 | Part 11 [END] ||

I Need a Kiss Season II (Sequel )
( Part 1 | Part 2 [END] )

A/N: Done, sesuai janji aku kemarin, 2 part seminggu. Tapi buat next partnya aku engga janji 2 part seminggu loh, seperti yang aku bilang di awal ‘tergantung respon/jumlah RCL (read, comment, like) kalian’. Dan biar engga PHP saat kalian kesini buat baca FF tapi engga nemu FF baru, aku mau kasih bocoran sdikit kalau aku publish FF rata2 hari Jum’at kk XD

Jangan lupa komennya ya ^^

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

128 thoughts on “SHINee Fanfiction Romance Fantasy // I Need a Kiss – Part 6

  1. Oh.. ya ampun! Ga bisa berhenti ketawa. Mereka makin kocak aja XD
    Jinki menduga kanker, yang ga taunya adalah haidh~ LOL.

    OH…. Minho sedihnya 😦
    Selama ini dia pasti kesusahan menjaga perasaannya u/ ga terlihata.

    Suka

  2. bhaahahaahaq~~
    anzeeerrr.. Jinki jinki XD bukan kanker oyyy~~ itu ha-id/? pfffttt

    Keep Writing

    Suka

  3. Siklus bulanan, ngebayangin jinki lg guling² megang perut bawahnya …
    Ahahaha

    Suka

  4. hhhaa… kanker apaan dah si jinki… itu menstruasi atulah abang sayang…. konyol bgt dah… hahahaa…

    Suka

Feedback. . .♥