Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

SHINee Fanfic Romance comedy // Husband, Jealous Please ! [ Mission 4 ]

43 Komentar

–          Imaginary as Myunri  Lee [Choi Myunri ]

–          Minho Choi [ Choi Minho ]

–          Jinki Lee [ Lee Jinki ]

  • Another Cast :  *Find By Your Self*
  • Genre : Fanfiction, Romance, Little Comedy *diragukan*, Marriage Life.
  • Rating : PG + 15 ↑↑
  • Length : Sequel
  • Imagination : Korean Drama Naughty Kiss  a.k.a  Playful Kiss [kebetulan dapat idenya waktu nonton drama ini, drama manis yang kelewatan bikin aku kelepek-kelepek sendiri. Ha ha ha ]
  • A/N : Bukan untuk konsumsi BASHING, SILENT READER, DAN COPYCAT / PLAGIATOR. >:)

FF ini dibuat dengan kemampuan diksi dan humor yang rendah, dipublish dengan tujuan mempertambah koleksi FF. kekurangan penulisan serta  pengetikan atau pemilihan kata merupakan unsur ketidak sengajaan, as usual… no body is perfect.

— story© Rara Putriey—

Eunghh

Tubuhku rasanya seperti ditindih dan ah..persendianku benar-benar terasa kaku dan sakit.

Eunghh..

Seperti nya nasibku semakin menderita, saat merasakan helaan nafasku yang panas.

Apa mungkin aku jatuh sakit-ya?

Tidak.  Tidak. Aku tidak sakit! Seorang Myunri mana mungkin bisa sakit.

Plukk

Yah, akhirnya aku memilih untuk bangun dari tidurku yang tidak terlalu nyenyak. Dan sekarang Mataku juga mendadak perih. Eumm.. jincha, perutku tiba-tiba melilit!

Ahh…aku tidak tahan.

Dengan kaki yang seluruh sendinya terasa kaku, aku memutuskan untuk berlari ke toilet. Menuntaskan masalah pada perutku yang merengek. Tadi saat berlari, aku sempat menengok ke arah jam dinding. Eronis, sekarang bahkan baru jam 2 pagi, tapi aku sudah menemukan kesulitan.

* * *

Treaak..

Satu Langkah..

Dua Langkah..

Tiga Langkah..

Duuuuuuddtt

Brakk

Sial.

Sial.

Sial.

Aku baru tiga langkah keluar dari toilet dan perutku kembali melilit sakit. Jincha, ini sudah yang kelima kalinya. Aku bahkan hampir pinsan.

* * *

Treaak

APA ITU?

Reflek aku memundurkan langkahku, saat tiba-tiba aku melihat sosok perempuan dengan rambut kusut bak singa —belum lagi kantung hitam matanya yang benar-benar mengerikan—, wanita itu menatapku tadi saat aku bercermin, sehabis keluar dari toilet. Apa tadi itu hantu?

TUNGGU!!

Bercermin? Aku bercermin ? aku melihatnya saat bercermin? Jangan-jangan itu…

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!~” aku berteriak saat melihat sosok itu kembali ada di cermin saat aku juga sedang bercemin. Demi Tuhan, setelah perutku sakit sekarang aku bahkan melihat sosok hantu pengambil bayangan(?). Dan dia sudah mengambil bayanganku. Umma Ottokhe?

Treaakk

Aku segera menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Itu Minho, yang nampak kusut keluar dari kamarnya—dia terlihat sibuk mengusap-usap wajahnya–. Minho, tolong aku..disini ada hantu!

“Hey Bodoh, kenapa kau teriak sepagi ini?” dasar! Di saat seperti ini dia bahkan masih bisa mengataiku bodoh. Tapi, ah..baiklah, kali ini aku tak akan mempermasalahkannya.

“Mi—miin—ho!” dia menoleh saat mendengar aku memanggil namanya. Baiklah itu wajar, yang tidak wajar jika aku memanggilnya ‘Monyet’ dan dia menoleh. Hey, apa kali ini leluconku lucu?

“KYAAAAAAAA!~” aku terpaku saat mendengar Minho berteriak. yang benar dia berteriak? Itu moment yang sangat langka. Bisakah dia mengulang teriakannya dan membiarkan aku merekamnya?

* * *

Minho memandangku dengan kesal. Sesekali ku dengar ia mendengus berat. Menatapku tak percaya, seolah sedang melihat kucing bisa terbang. Heh, ku pikir batu yang bisa berteriak jauh lebih mengherankan.

“YA! Apa lihat-lihat, apa kau tak pernah melihat orang yang sedang sakit!” kesal karena sedari tadi dia menjadikanku bahan tontonan. Huh, ya aku sakit. Si batu yang bilang begitu. Badanku panas, dan dia bilang aku tambah aneh.

“Untung aku tadi belum sempat melemparmu dengan vas!” gumamnya sambil menjauhkan diri dariku.

Heh, kau tau hal konyol apa yang sebelumnya terjadi. Yang ku bilang hantu pengambil bayangan adalah sosok bayanganku sendiri. Dan yang lebih konyolnya, saat itu…

“KYAAAAAAAAAA!” Minho berteriak, dan meski aku sempat kagum melihat si batu berteriak. Aku juga tiba-tiba ikut berteriak. Yang ada dipikiranku. Jika sesuatu itu saja bisa membuat si batu berteriak saat melihatnya, mustahil jika aku—yang bukan batu— tidak ikut berteriak saat melihatnya. Jadi agar tidak kelihatan terlalu bodoh, akupun ikut berteriak. Cukup masuk akalkan alasanku?

“HANTU!!”

Degh..

dia bilang hantu?  Hantu apa, Dimana hantunya? Jangan-jangan hantu itu sedang menempel di belakangku.

“KYAAAAAAAAAA!” aku kembali berteriak.

“MANA HANTUNYA MINHO??”

Dan semua hal konyol itu berakhir, saat aku berlari—dengan niat menghindari hantu—dan ternyata justru menabrak dinding  sehingga mengakibatkan dahiku benjol. Sementara sekarang aku terbaring di atas ranjang dengan Minho yang terus menatapku. Apa dia tidak tahu kalau aku risih ditatap seperti itu.

“Sakit~~!” rintihku sambil memejamkan mata. Batu, tidak adakah belas kasihan untukku. Aku sedang sakit. Setidaknya, berikan aku sesuatu yang bisa mengurangi rasa sakit.

“A—pa perlu aku ambilkan o— bat?” tercengang, dan segera membelalakan mataku lebar. Nadanya memang kikuk, bahkan tubuhnya bergerak-gerak tak karuan saat mengucapkan hal itu. Dari tingkahnya saja, terlihat jelas kalau dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Myunri, sepertinya kau orang pertama yang membuat seperti ini.

“Itu jika tak merepotkanmu!” gumamku dengan nada yang dibuat-buat sedang menahan sakit.

* * *

Tubuhku semakin terasa panas dan aku mulai sering batuk. Sepertinya aku benar-benar sakit.

“Temanmu tadi datang, tapi aku bilang kau tak ke kampus hari ini!” Minho dengan handuk di kepalanya tiba-tiba memasuki kamarku. Tunggu, berapa kata yang sebelumnya ia ucapkan. Temanmu- tadi- datang- tapi- aku- bilang-kau-tak- ke- kampus- hari- ini. dua belas? Itu cukup banyak daripada yang selama ini aku dengar darinya.

“Siapa?” tanyaku seolah-olah tak tahu. Paling-paling itu Jiyeon.

“Temanmu yang berbadan mungil itu. Ji—Ji siapa?” aku hanya mengangguk sambil membenarkan posisiku saat berbaring di ranjang.

“Mungkin maksudmu Jiyeon. Huh..ku pikir itu Jinki o—ppa!” bingo. Sepertinya setelah dahiku terbentur di dinding, otakku bertambah pintar. Aku jadi bisa memanfaatkan situasi ini. andai sebelumnya aku tahu, aku pasti akan membenturkan kepalaku lebih awal.

“Ji—Jinki o—ppa?” iya. Kenapa? Kau cemburukan. Jinki oppa, bukan Minho oppa.

“Iya, dia sunbae di kampusmu. Dia mahasiswa kedokteran semester empat. Apa kau tidak mengenalnya. Ku rasa dia orang yang popular. Bagaimanapun dia memiliki wajah yang lumayan dan dia cukup ramah dan menyenangkan untuk diajak bicara!” tidak sepertimu yang bahkan untuk diajak bicara saja susah, lanjutku di dalam hati.

“Ooh. Begitu. Kalau begitu aku akan ambilkan bubur dulu untukmu!” Minho berlalu tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Huh, apa dia tak cemburu. Apa sedikitpun dia tak merasa kesal. Bagiamanapun, istrinya sudah memuji lelaki lain selain suaminya. Bahkan suaminya tak pernah dia puji-kan. Seharusnya dia kesal. Dasar batu!

* * *

“Makanlah dan jika kau ingin tambah. Tinggal panggil aku!” aku memandang Minho takjub beserta semangkuk bubur yang dihias asap mengepul di atasnya. Dia yang memasak ini?

“Memang kau tidak kuliah?” tanyaku saat ia beranjak keluar kamar. Dia menoleh sesaat namun tak berapa lama kemudian ia mengalihkan pandangan.

“Mana mungkin aku kuliah saat kau sakit seperti itu!”

Degh

Boleh aku tersenyum. Boleh aku tertawa dan memukul pundaknya. Barusan dia bilang apa. Berarti itu artinya dia peduli padaku-kan. Apa dia menyukaiku. Batu, benarkah itu..kau menyukaiku?

* * *

Aku merasa bosan. Seharian hanya berada di dalam kamar. Tubuhku terlalu lemas untuk diajak berjalan. Sementara si’batu justru asyik dengan kehidupannya sendiri. Beberapa kali aku mendengarnya memekikkan kata  ‘Goal’ atau ‘Yaaah’. Sepertinya alasannya tidak kuliah bukan karena aku sakit, melainkan ada sesuatu hal yang tidak bisa ia lewatkan. Misalnya menonton pertandingan sepak bola. Ck..dasar!

“Ehem..ehem!” berdehem saat merasakan kerongkonganku terasa kering. Aku menghela nafas saat melihat gelasku kosong.

“Min——!” tidak jadi, aku tidak jadi memanggil nama Minho saat menyadari nyala lampu selfonku yang tergeletak disamping gelasku. Sepertinya ada yang menghubungiku. Atu mengirimkan pesan padaku. Entahlah, kenapa harus menebak jika aku bisa mengetahuinya dengan mengeceknya.

_________

From : r4j44yam01@yahoo.com
Ini aku Lee Jinki oppa. Aku mendapatkan emailmu dari temanmu. Ku dengar kau sakit, apa sekarang kau sudah baikkan?

_________

Sebenarnya aku sempat mengernyit saat membaca nama akun pengirim email tersebut. Aneh dan sedikit berlebihan. Tapi setelah mengetahui siapa pengirim email yang sebenarnya, aku tak heran lagi.

________

To : r4j44yam@yahoo.com

Aku baik-baik saja. Hanya saja aku sedikit merasa lemas.

________

Tak lama setelah itu ponselku kembali bergetar. Satu email kembali masuk. Hebat, dia membalasnya dengan cepat.

________

From : r4j44yam@yahoo.com

Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Aku harap apa yang kau ucapkan itu benar. Bagaimana jika aku menjengukmu??

_________

Mwo?

Menjenguk dia bilang? Bagaimana bisa aku membiarkannya menjengukku. Yang ada tamatlah riwayatku nanti .

_______

To :  r4j44yam@yahoo.com

Tidak usah, aku tak ingin merepotkan oppa!

_______

Aku menunggu beberapa saat hingga emailku terkirim kemudian menunggu untuk menerima email balasan lagi . Dan bingo dia lagi-lagi ia membalasnya dengan cepat.

_______

From : r4j44yam@yahoo.com

Kau tidak mau aku jenguk? Kalau begitu berkencanlah denganku. Ingat kau masih punya banyak hutang denganku (mengantarmu ke kampus, mengambilkan buku di perpustakaan, dan hal lain yang mungkin tak ada lagi) semua itu tidak gratis.

_______

Tercengang saat membaca email itu. Kepalaku yang semula pening tiba-tiba terasa ringan dan nafasku yang panas terasa normal kembali. Aku bahagia? Sepertinya iya. Berbahagia karena aku akhirnya bisa kencan untuk membuat si batu cemburu dan dengan tidak mengikut sertakan si tukang ojeck.

* * *

Keadaanku sudah membaik saat mendapatkan kabar bahwa Jinki oppa mengajakku berkencan. Dan sekarang aku sudah duduk di atas sofa, di ruang tengah rumah kami —Minho dan aku— sambil menonton televisi. Entahlah, bahkan aku sama sekali tak memperhatikan saluran apa yang sedang kami berdua tonton.

Sementara Minho –si batu yang tinggal satu atap denganku itu–, nampak asyik duduk di sudut sofa lainnya. Ya, kami berdua duduk saling berjauhan, di masing-masing sudut sofa tepatnya. Sehingga , membuat bagian tengah sofa yang kosong menjadi jarak pemisah yang cukup panjang untuk kami. Aku tidak terlalu mengusik Minho begitupun sebaliknya, sedari tadi aku hanya sibuk berkutat dengan selfonku. Aku berusaha menghubungi Jiyeon untuk meminta pendapatnya tentang tawaran Jinki oppa. Tapi, sedari tadi nomer sim card Jiyeon tidak aktif.

“Hah,”  memilih menyerah dan mengambil nafas berat kemudian menyanderkan bagian punggungku pada sandaran sofa. Jiyeon, kenapa kau susah sekali di hubungi! Sahabat macam apa kau ini. Heh. Baiklah, sepertinya aku akan menghubinginmu  lagi nanti.

Satu menit..

Dua menit..

Tiga menit..

Aku mulai bosan lagi, dari tadi aku hanya bermain game di selfonku, yang akhirnya pasti berakhir dengan tulisan  ‘game over’. Karena tak tahan lagi. Aku mencoba  melirikkan ujung mataku pada Minho.

Aigoo..

Minho… sedang apa kau? Apa aku tak salah lihat,  minho si batu yang terlihat perfect sedang…sedang… mengupil?

Satu detik.

Dua detik..

Tiga detik..

Myunri, apa yang kau lakukan. Ini momen langka!

* * *

Klik

Blitzz

Jepret.

Aigo..

Ottokhe?

Aku tadi memotret Minho dengan selfonku—mencoba mengabadikan moment langka—. Tapi aku lupa mematikan kilatan lampu dan suara kamera selfonku. Sehingga kini Minho sudah menatapku dengan garang, karena menyadari aku sudah memotretnya. Tuhan, apa yang akan terjadi sesaat lagi. Aku mohon, lindungi aku!!

“Neo?”

Glek

Hanya bisa menelan air ludahku sendiri, saat melihat jari telunjuk Minho mengarah padaku, tapi aku merasa sedikit beruntung  karena, dia tak menunjukku dengan jari kelingking yang sebelumnya ia pakai untuk menjalankan aksi mengupilnya. Sementara matanya yang bulat besar itu, terlihat sedang berapi-api seolah ingin membakarku hidup-hidup. Minho..!

Tpak

Tpak

Minho menggeser duduknya mendekatiku. Dan aku rasa jika ia menggeser satu kali lagi maka ia tepat di hadapanku —tanpa jarak—.

Degh..

Degh..

Degh..

Tpak..

bingo! Matilah aku, Minho kembali menggeser duduknya.

Dan…

YA!! Tuhan, apa yang akan Minho lakukan. Dia melayangkan kepalan tangannya ke arahku. Apa dia berniat memukulku? Minho, meskipun aku ini aneh tapi aku ini sudah menjadi istrimu. Ku mohon jangan lakukan kekerasan dalam rumah tangga kita.

Blam

Chuuu~

Degh..

Degh..

Degh..

Serrrrrr….

Apa yang  sebenarnya sedang terjadi? Minho memukulku atau menciumku. Tadi aku melihat dengan sangat jelas kalau dia melayangkan tinjunya ke arahku. Tapi kenapa tiba-tiba justru bibir tebalnyalah yang mendarat di atas bibirku. Singkatnya..kami sekarang sedang berciuman?

Degh..

Degh..

Degh..

Minho terus mengecup bibirku. Apa ada yang ingin bertanya bagaimana rasanya? Rasanya..Hangat tapi juga sedikit geli. Apalagi saat tangan Minho mencoba merengkuh kedua pipiku. Itu membuat badanku seketika merasa disetrum dan membatu.

Terhanyut dalam ciuman ini, sepertinya itu yang aku rasakan. Dan akupun mulai tidak mempedulikan nafasku sendiri  yang mungkin sebentar lagi akan habis. Aku justru reflek menutup kedua mataku. Sudah ku bilang bahwa aku terhanyut dalam ciuman ini bukan? dan itu artinya.. aku sudah memutuskan untuk menikmatinya.

Aku mulai tak peduli, apa yang akan terjadi selanjutnya. Ku serahkan semua pada Minho. Karena aku percaya padanya sepenuhnya.

Tapi ada satu kekhawatiran yang menghantuiku. Tentang semua ini. Aku takut jika ini hanya sekedar halusinasi atau mimpiku saja. Aku takut, jika kenyataannya..aku memang sudah dipukul oleh Minho dan sekarang aku pinsan karena pukulan itu.

Minho..apakah ini mimpi?

 

~To Be Continued~

READ MORE “HUSBAND JEALOUS PLEASE”

Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 [ END ] | Side Story >> Minho Pov

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

43 thoughts on “SHINee Fanfic Romance comedy // Husband, Jealous Please ! [ Mission 4 ]

  1. Hwaaaaaa …. Minho ngupil .. Jorok bgt …

    Btw, minho kan kuliah fakultas kedokteran,, masak istrinya sakit pake tanya “perlu obat” ??? Wkwkwk and ntu Unname-a Jingki alay bgt .. Gokil ff’a …

    Suka

  2. wkwwkk XD
    itu ciusan merka kissue-an kn thor?
    lucuunya ini pasangan, aigooo
    Dan moment pas pagi” buta itu kocak sumpah! Ngapain Myunri ikutan teriak? astagaaaaaa –”
    IQ kmu brpa sih neng? ckck

    Suka

  3. Oh ya tuhan, kenapa uname e-mail jinki harus seperti itu? Apa yang terjadi dengan author?

    Suka

  4. r4j44yam01@yahoo.com PLIS KENAPA UNAME JINKI KAYA GINI NGAKAK SUMPAH APA YANG DIPIKIRKAN OLEHMU THOR?
    ngebayangin aku jadi Myunri huah dikisseu minho hah/pingsan/

    Suka

  5. pertama yang bikin aku tercengang baca ff kaka, unamenya si yong gam-nim (raja ayam 01)? Whuttt?
    kedua, si Choi Minho? Flamming charisma Choi Minho? ngupil di sini? Tuhan, tadi aku niatnya gak mau lanjutin baca. Gak tau kenapa, malu mungkin?
    Kak, aku nyerah. Aku udah abis kata-kata ka…
    Selanjutnya aku serahkan pada kaka

    Suka

  6. r4j44y4m..gilaaaakkk alay maksimal. hahahahahhahahakkkkk duuh sakit perut~~~

    aahhhh plis plis jangan mimpi dong kisseunya

    Suka

  7. “Kyaaaaa!”
    Mwahahaahahahahaa
    Pasangan pabo, hahahahaha
    Aigooo~ ini minho jadi perhatian bgt ama myunri gegara myunri sakit ampe minho gx kuliah. Tp lagi-lagi statement itu ditolak gegara si minho nonton bola
    Wkwkwkwk
    Mana pake ngupil segala lg, lama2 hancur jg image si batu nih..
    Trus mreka jadi kisseu gx sih? Atau si myunri mimpi?

    Suka

  8. hwaa,, itu mimpi atau kenyataam minho cium myunri,,? trus lucu pas myunri foto minho lgi ngupil ya ampun hahahaha

    Suka

Feedback. . .♥