Rara Story

Mejor opción es ser tu mismo

SHINee Fanfiction Romance Comedy // I Need a Kiss – Part 10

145 Komentar

I Need a Kiss By Rasyifa

https://rarastory.wordpress.com

I Need a Kiss Cover Fanfiction2

.         Title : I Need a Kiss-Part 10
·         Author : Rasyifa || https://rarastory.wordpress.com
·         Genre : Romance, Fantasy, Little bit of Comedy—maybe–.
·         Main Cast :
o   [YOU/OC] Kim Gweeboon
o   – Onew  SHINee – Lee  Jinki
o   – Minho SHINee – Choi Minho
·         Other Cast :
o   Find by your self.
·         Length : Chaptered
·         Rating : PG -15
·         Summary : Ini bukan akhir cerita. Ini hanya awal untuk menemukan kejujuran. Kejujuran yang membuat semuanya lebih baik.
Jinki dan Gweboon, biarkan saja mereka berpisah.Lalu mereka akan hidup bahagia selamanya……….

//PART 10\\

Kim Jonghyun suka drama. Dan dia ingin membuat ‘satu’ yang spektakuler.

 

Drama yang menganggumkan yang diingat sepanjang sejarah.

 

Yang membuat pemainnya benar-benar masuk ke dalam cerita.

 

Genre romantis fantasy sepertinya menjanjikan.

 

Baiklah, ambil genre itu saja!

* * *

Seorang diri Jinki yang malang itu duduk di pinggir jalan.

Bergelut dengan pemikirannya sendiri, tanpa memperdulikan orang-orang yang hilir mudik di depannya.

Kenapa Jinki tidak berubah?

Jinki bahkan sudah mencium Gweboon.

Jinki juga menciumnya dengan dalam dan penuh penghayatan.

Dan seingat Jinki lidahnya juga sempat bermain…sedikit.

Atau mungkin banyak?

Aghhrrr….

Jinki frustasi dan mengacak-acak wajahnya sendiri, membuat beberapa orang menatapnya prihatin tapi sebagian besar malah mengacuhkannya.

Jinki benar-benar tak bisa memastikannya! Apa lidahnya bermain sedikit atau banyak?

Dan apa lagi ini, sebenarnya bukan ini yang membuat Jinki frustasi. Jinki bahkan bingung dengan dirinya.

Dia merasa marah, merasa sedih, bingung, bimbang, gundah, gugup disaat yang bersamaan, dan ini hanya karena Gweboon yang tidak penting itu! Yang benar saja!

Kenapa bisa seperti ini?

Apa hebatnya Gweboon?

Apa yang sudah Gweboon lakukan pada Jinki? Jenis sihir macam apa ini?

Bahkan buang air besar gadis itu saja tidak teratur, masakannya juga tidak enak, dan kerjaannya hanya bisa mengeluh meminta uang!

Jinki kembali mengacak wajahnya frustasi. Gweboon tak pantas digilai seperti ini. Tak pantas mendapatkan hati Jinki yang seputih salju. Jinki bisa mendapatkan sepuluh gadis yang bahkan jauh lebih baik dari Gweboon jika ia mau. Jadi kenapa harus Gweboon?

Bahkan seorang lelaki yang sedari tadi memperhatikan Jinki dibuat merasa iba. Apa sedalam itu perasaan Jinki untuk Gweboon?

“Kau sepertinya lupa syaratnya,” ucap lelaki itu sambil mendudukkan diri di samping Jinki.

Jinki menoleh dan shock saat melihat wajah lelaki itu, ”Kau!!”

“Ya, aku Kim Jonghyun. Yang kau katai ’kakek sihir jahat yang iri padamu dan mengutukmu menjadi perempuan’.”

Jinki terperangah, setelah terlantung-lantung dengan nasibnya yang tak jelas jenis kelaminnya selama berbulan-bulan karena seorang dukun yang juga tak jelas identitasnya.

Sekarang Kim Jonghyun, dukun itu akhirnya muncul di hadapan Jinki, lengkap dengan stelan jas hitam yang membuatnya terlihat tampan, meski tak setampan Jinki.

Dan sekarang dia juga tersenyum pada Jinki, meski senyumnya tak semanis senyum Jinki.

“Kau!! kalau begitu ubah aku lagi. Aku ingin kembali!” Jinki berseru, tak mempedulikan orang-orang yang menganggapnya aneh karena tengah berbicara….seorang diri.

Sementara Kim Jonghyun hanya  menggeleng pelan dan berkata, “Tidak bisa, kecuali ada yang mencintaimu dan memberikanmu ciuman yang tulus.”

* * *

Kim Gweboon yang berharap menjadi Choi Gweboon, dan ternyata justru menjadi Lee Gweboon, hanya dapat mengayunkan kakinya tanpa arah, setelah ditinggal Jinki di gang kecil itu.

Dan tanpa sadar saat ia berhenti melangkah, ia sudah ada di depan rumahnya.

Bukan!

Itu rumah keluarga Jinki lebih tepatnya.

Rumah besar yang bahkan terlihat seperti pasar swalayan, dengan puluhan pelayan yang memenuhi rumah.

Ibu mertua Gweboon pulang hari ini, tentu semuanya menjadi sangat sibuk.

Seharusnya Gweboon membantu untuk membuat pesta perayaan, dan bukannya berkeliaran berjalan kaki sampai selarut ini.

“Kau sudah pulang?”

Gweboon tak menjawab, hanya menatap dengan pandangan datar pada Jinki yang ia temui sedang duduk santai di sofa ruang tamu.

Sekarang pukul tujuh malam, dan Jinki sudah berubah menjadi lelaki normal karena matahari sudah terbenam. Itu bagus untuknya.

Tapi bagaimana dengan ciuman tadi sore? Apa ada pengaruhnya?

Gweboon ingin bertanya tapi tak jadi, terlalu takut. Dasar pengecut!

“Eomma sudah pulang sejam yang lalu dan sekarang dia beristirahat di kamarnya. Dia marah dan benar-benar tak habis pikir, kenapa kita berdua tak menyambutnya dan justru para pelayan lah yang menyambutnya dan mengadakan pesta. Kita benar-benar anak kurang ajar,” ucap Jinki sambil memberikan senyum sinis.

Untuk yang kedua kalinya, Gweboon merasa Jinki sangat berbeda.

“Mungkin ada pengecualian untukku. Aku tak mungkin menemuinya dalam wujud yang kau tahu….aku akan dianggap gila jika mengatakannya. Tapi bagaimana denganmu?”

Jinki memberikan tatapan tajam yang menusuk.

Gweboon mencoba menenangkan dirinya, terlebih karena Jinki sudah berjalan mendekat ke arahnya.

Jinki tak akan mulai lagikan?

Disini ada banyak pelayan yang mungkin sedang memperhatikan mereka. Jinki tentu tak akan melakukan apa-apa kan.

Gweboon masih mempercayai.

Jinki…lelaki yang baik. Dia berbeda.

“Sayang.. kenapa kau sekarang terlihat begitu kotor di mataku? Apa tidak sebaiknya kau mandi, dan bersihkan tubuhmu itu dulu. Nanti kita akan makan malam bersama eomma,” bisik Jinki yang kali ini bahkan berani mengeluskan tangannya pada pipi Gweboon.

Gweboon menegang. Antara takut dan juga gugup. Kenapa Jinki bersikap seperti ini lagi? Kemana bapak-bapak tua yang manis itu pergi?

Dan sampai kapan akan terus seperti ini?

“Kenapa kau masih tetap berdiri? Apa kau ingin aku membantumu membersihkan diri?”

Jinki menyeramkan, dan Gweboon tak tahan lagi. Meski takut, gadis itu mencoba melepaskan tangan Jinki yang menempel di wajahnya. Kemudian dengan kasar dia berlalu meninggalkan Jinki.

Meski Gweboon berdiam diri bukan berarti dia tidak mengerti.

Gweboon mengerti!!

Benar-benar mengerti perasaan Jinki. Lelaki itu tengah frustasi, karena tak kunjung dapat berubah ke wujud normalnya.

Tapi, bukan berarti Gweboon bisa diperlakukan seperti ini. Bahkan kucing jantanpun akan menunggu si betina birahi dulu baru akan mengawininya.

Kenapa Jinki yang bukan kucing jantan, memperlakukan Gweboon jauh lebih buruk dari binatang. Dan membuat Gweboon merasa dia seorang perempuan murahan.

* * *

Persis seperti adegan di drama, Gweboon yang sedang mandi mengguyur seluruh tubuhnya dengan air shower. Sementara di luar, Jinki duduk di sisi ranjang sambil mengatur detak jantungnya.

Jinki juga tak habis pikir.

Kenapa bisa sikapnya menjadi kasar pada Gweboon. Apa dia terlalu berlebihan?

Tapi Jinki tak bisa menyembunyikan kekesalannya juga, hanya dengan melihat Gweboon saja dia merasa terluka. Tapi jika dia tak melihat Gweboon dia juga akan semakin terluka.

Benar-benar perasaan yang aneh!

Klek

Pintu kamar mandi terbuka.

Jinki melihat Gweboon yang keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang di-lilit di sebagian tubuhnya. Jinki mencoba untuk bersikap biasa, sementara Gweboon merasa menyesal telah menyelesaikan mandinya dan keluar dengan keadaan seperti itu.

Oke, sepertinya ini pertanda yang kurang bagus saat Jinki menatap Gweboon dalam waktu yang relatif lama.

“Aku sudah lelah Gweboon.” ucap Jinki akhirnya bersuara.

Gweboon memberanikan berjalan mendekati Jinki, dan duduk berdampingan, ”Kenapa?”

“Ku pikir kita membuat semua ini menjadi rumit.”

“Apa yang sedang kau bicarakan?” tanya gadis itu tak mengerti.

Kali ini apalagi yang ada di pikiran bapak-bapak tua bermarga Lee itu? Kenapa Gweboon merasakan firasat yang buruk.

Di lain sisi, Jinki menoleh ke arah Gweboon, tapi di detik kedua lelaki itu justru berdiri dan menyerahkan sebuah map pada Gweboon.

“Kita bercerai saja. Kau tak perlu terlibat lebih jauh lagi dalam kehidupanku. Karena tak ada satupun dari teman-temanmu yang mengetahui kau sudah bersuami, dan karena suamimu tak pernah menyentuhmu. Ku pikir tak ada masalah.”

Jinki memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam. Tidak sesulit yang ia bayangkan. Ternyata cukup mudah untuk mengatakan semua itu, sekarang dia hanya perlu memikirkan bagaimana ke depannya nanti.

“Kau tidak bisa seperti ini.” Gweboon memberanikan diri mengambil suara. Membuat Jinki tersenyum tipis di tempatnya berdiri.

“Kenapa?”

“Pertama-tama kita harus membebaskan kutukanmu itu dulu, lalu mungkin kita bisa mempertimbangkannya,”

Jinki terkekeh. Apa yang baru saja anak gadis Kim Kibum itu ucapkan? Itu terdengar seperti Gweboon akan membantu Jinki saja. Padahal nyatanya selama ini, justru anak itu lah yang mempersulit Jinki.

“Aku bisa melakukan semua itu sendiri. Jadi tak masalah kalau kita bercerai. Lagipula prosesnya mudah, kau hanya tinggal tanda tangani dokumen dalam map itu. Dan besok, kau sudah bisa angkat kaki dari rumahku.”

Perkataan Jinki barusan benar-benar membuat Gweboon tertohok. Angkat kaki dari rumah ini? Berpisah dari Jinki?

“Oh ya, hanya ingin mengingatkan. Itu bukan kutukan. Aku sendiri yang menginginkan menjadi seperti ini. Jadi ku pikir kau perlu hati-hati kalau bicara.”

Gweboon semakin terhenyak. Sifat Jinki yang seperti ini membuat Gweboon kesulitan untuk mengambil nafas.

Meremas handuk yang membungkus tubuhnya, ataupun menggigiti bibir bawahnya sama sekali bukan hal yang berguna.

“Apa benar semudah itu? Bukankah dalam perceraian kita perlu melakukan sidang dulu.”

“Tahu apa kau ini. Sudah ku bilang tinggal tanda tangan saja, lagipula kita tak perlu melakukan sidang. Aku tak akan membagikan sepeserpun hartaku padamu. Maaf saja ya, kau tahu. Seperti yang kau bilang. Aku ini bapak-bapak tua yang pelit. Lagipula kita sudah sepakat untuk bercerai dari awal.”

Gweboon menggigit bibirnya lebih kuat, gugup. Kenapa pembicaraan ini harus ada.Gweboon benar-benar tak suka saat-saat ini.

“Sebenarnya apa yang kau ingin bicarakan. Maksudku, kenapa kita harus membicarakan perceraian disaat seperti ini.”

“……………”

“Jinki aku mengerti perasaanmu, tapi bukan berarti kau harus menyerah,” Gweboon menyingkirkan map yang ada di hadapannya, dan mencoba membujuk Jinki.

Jinki terdiam, lagi-lagi memasang wajah sinis yang tidak sesuai dengan dirinya.

Menyerah? Punya hak apa anak gadis Kim Kibum bicara seperti itu?

“Tolong aku Gweboon, biarkan aku mengakhiri semua ini seperti ini. Apa kau tak bisa diam dan menjauh? Kenapa kau terus memaksa masuk setiap kali pintunya ingin ku tutup. Kenapa kau terus memaksaku untuk melakukan hal yang aku benci, kau tahu ini sulit untukku? Lalu kau masih ingin egois?”

Jinki menyerah.

Baiklah, dia sebenarnya juga tak ingin cerai dengan Gweboon.

Tapi bukan berarti dia mau terus seperti ini.

Menjadi suami yang tak dianggap? Yang dengan bodoh membiarkan istrinya bersama pria lain begitu? Apa bagusnya itu!

Seperti sekarang, Jinki bahkan tak bisa melakukan apa-apa pada Gweboon. Padahal jelas kalau Jinki sedang ’menginginkan’ Gweboon, terlebih saat melihat Gweboon hanya berpakaian dengan handuk seperti itu. Meskipun Lee Jinki anak lelaki baik-baik, tapi tentu saja ada yang disebut BATASAN.

Dan Gweboon tak bisa menghargai itu. Gweboon seolah menganggap tak ada batasan bagi Jinki.

Jinki lelaki baik-baik, yang polos yang tak akan berbuat apa-apa pada Gweboon. Karena Jinki menyukai Gweboon. Gweboon terlalu egois untuk terus mempercayai hal itu.

Kuno!

Jinki bahkan tak bisa menjadi seperti itu.

Jinki juga lelaki, dia ingin kehidupan yang normal. Bertemu dengan seorang yang bisa dijadikan istri.

Benar-benar seorang istri yang akan merawat Jinki, menemani Jinki bereproduksi dan  menghabiskan waktu bersama sampai mereka tua.

Gweboon tak bisakan menjadi ’benar-benar istri’ bagi Jinki? Kalau begitu ya sudah, lepaskan Jinki sebelum terjadi apa-apa. Itu maksud Jinki, tapi Gweboon bodoh dan egois. Tak berusaha memahami dan terus berkoar kalau ’ia mengerti’.

Kalau Gweboon benar-benar mengerti kenapa tak mencintai Jinki saja mulai sekarang?

Kenapa tak memeluk Jinki dan katakan kalau Gweboon menyukai Jinki. Akan lebih baik lagi, kalau mengatakan Gweboon mencintai Jinki.

Itu mudah.

Tapi lagi-lagi Gweboon membuatnya sulit karena tak mengatakan apa-apa.

“Apa kau pernah mendengar tentang dongeng ’Bell and the beast’? Pangeran tampan yang dikutuk menjadi si buruk rupa karena kesombongannya. Dan Aku baru tahu kalau akhir dongeng itu ternyata palsu.” Jinki membalikkan tubuhnya, agar berhadapan dengan Gweboon.

Gweboon hanya terdiam mendengarkan.

“…………..”

“Yang sebenarnya. Si buruk rupa tak pernah kembali ke wujudnya semula sebagai pangeran tampan. Karena Si cantik, Bell yang dipercayai si buruk rupa ternyata berkhianat. Saat Bell diijinkan pulang ke rumah untuk menjenguk ayahnya yang sakit, dia justru menggunakan kesempatan itu untuk menceritakan semuanya pada penduduk. Mengatakan ada monster mengerikan yang tinggal di dalam hutan, mengatakan dia hampir dimangsa oleh monster itu. Penduduk yang marah memutuskan untuk membunuh monster yang tidak lain adalah si buruk rupa. Si buruk rupa mencoba melarikan diri dari amukan penduduk, dan keajaiban terjadi. Meski terluka parah, si buruk rupa masih bertahan. Di sisa hidupnya si buruk rupa tak ingin cerita yang terlalu menyedihkan, diapun mengarang semuanya. Mengarang cerita bahwa Bell datang padanya, memberikan ciuman yang memusnahkan kutukan dan bahkan menambahkan kalimat ’mereka hidup bahagia selamanya’. Menyedihkan, padahal sebenarnya sampai akhir hidupnya, Bell tak pernah menemuinya. Karena Bell justru  sudah hidup bahagia bersama pria lain.”

Jinki menatap Gweboon dan memberikan senyuman tipis, “Apa kau ingin aku seperti itu? Mencintaimu sampai akhir hidup?”

“……………”

“Aku tentu akan melakukannya. Asal kau bisa berjanji tidak akan menjadi Bell di cerita yang sebenarnya. Jadi Bell yang selama ini orang-orang tahu saja, Bell yang tetap datang pada si Buruk rupa dan memberikan ciuman tulusnya. Apa kau akan janji?”

“Bapak tua…”

“Aku juga tak suka panggilan itu, aku merasa sangat diremehkan.”

“Lee Jinki.”

“Yang ini terdengar sangat tidak sopan.”

“……………opp…”

“Jangan memaksa untuk memanggilku seperti itu,”

“…………………..”

“Dan aku lebih benci kalau kau diam seperti ini. Jadi…kita cerai saja ya,” ucap Jinki yang kali ini berjalan tanpa menunggu Gweboon membalas ucapannya.

Gamblang sekali……tapi tak seperti itu kenyataannya yang sebenarnya.

Bahkan sebenarnya Jinki benar-benar merasa terpukul.

Karena….

Sampai akhir.

Bahkan benar-benar sampai akhir. Gweboon tetap tak mengatakan apa-apa.

Ini bukti yang cukup kuat untuk Jinki.

Kalau Gweboon tak pernah menyukai Jinki, jangankan suka. Menoleh ke arah Jinki pun sepertinya…Gweboon enggan.

Apa Jinki seburuk itu?

* * *

Eunsook akan pingsan.

Bagaimana mungkin?

Yang benar saja!

Ini mustahil!

Mereka tak sedang bercanda kan?

Atau ini lelucon?

Dia baru pulang dari Thailand, sehabis membeli beras dan ketika pulang dia sama sekali tak disambut anak atau menantunya. Itu sudah cukup membuatnya marah.

Tapi belum sampai disana.

Lalu saat dipertemukan di acara makan malam. Dia justru mendapatkan pengunguman dari anaknya.

Jinki dan Gweboon akan bercerai? Anak dan menantunya akan berpisah.

Mereka bahkan belum satu tahun menikah. Apa yang ada di pikiran keduanya.

“Apa kalian bertengkar? Jinki kau lebih dewasa, jadi pikirkan baik-baik. Jika ini hanya pertengkaran kecil, kalian tak perlu sampai sejauh ini,” Eunsook mencoba menengahi. Jinki yang sedang menyantap makan malam bersikap tenang, kentara dengan Gweboon yang justru terlihat tegang.

“Aku sudah memikirkannya. Gweboon masih terlalu muda, dia juga masih bersekolah, masih banyak hal yang harus ia lakukan. Menjadi seorang istri di usianya tentu hal yang tak mudah.”

“Aku juga menikah muda dengan ayahmu, dan semuanya baik-baik saja. Bahkan kami memilikimu.” Eunsook berseru, membuat Jinki menatap ibu kandungnya itu dengan pandangan menyesal.

“Itu karena eomma hebat. Tapi Gweboon, kita tak bisa membandingkannya dengan eomma.”

“Kenapa tidak bisa? Kenapa kalian harus bercerai? Masalah apa yang sebenarnya kalian miliki.”

Eunsook terlihat frustasi dan bahkan terlihat ingin menangis.

Berharap Jinki iba padanya dan menarik ucapan tentang perceraian-nya barusan.

Tapi Jinki bahkan tak tergerak sedikitpun.

“Eomma, aku mengerti perasaan eomma. Tapi banyak hal yang tidak bisa dipaksakan. Aku dan Gweboon sudah memutuskan untuk berpisah. Dan kami tak bisa memaksakan untuk terus bersama. Besok, Gweboon akan keluar dari rumah ini………Aku selesai.” Jinki menggeser kursinya ke belakang lalu beranjak. Membuat Eunsook dan bahkan Gweboon terdiam di meja makan.

“Sebenarnya ada apa dengan kalian, apa kalian pikir pernikahan itu main-main? Kalian tidur bersama saat belum menikah. Dan sekarang ingin bercerai sebelum memiliki anak?” Eunsook tak bisa menahannya, dia benar-benar tak mengerti jalan pikiran kedua anak muda itu.

Dengan kesal, Eunsook beranjak dari tempatnya. Membiarkan Gweboon tertinggal sendirian di ruang makan.

Harapannya memiliki seorang cucu dari Jinki harus ditunda lagi.

Sementara itu Gweboon hanya dapat tertunduk dan membiarkan beberapa tetes air matanya keluar.

Benar, kali ini sepertinya Gweboon memiliki alasan untuk menangis. Dia telah memiliki alasan untuk melakukannya.

Dia telah menemukannya, alasan itu.

* * *

Gweboon tak pernah membayangkan adanya hari dimana dia memasuki rumah sebesar swalayan ini sebagai seorang istri dari Lee Jinki,

dan Gweboon juga tak pernah membayangkan adanya hari ini.

Hari dimana Gweboon melangkahkan kaki keluar dari rumah itu sambil menyeret sebuah koper, sebagai mantan istri dari Lee Jinki.

“Aku akan mengantarmu,” ucap Jinki sambil membantu Gweboon menyeret kopernya.

“Tak perlu, aku bisa sendiri.”

“Aku akan mengantarmu dan bicara pada ayah,” kali ini Gweboon menghentikan langkahnya yang membuat Jinki juga menghentikan langkah kakinya.

“Aku sudah memanggil taksi, jadi tak perlu.”

Gweboon benar-benar tak mengerti, kenapa Jinki masih bersikap seperti ini.

Mereka bercerai-kan? Lalu sikap seperti ini?

Lebih baik Jinki bersikap seperti kemarin malam saja, wajah sinis dengan kata-kata dingin. Itu lebih mudah bagi Gweboon.

“Kalau begitu aku akan mengikutimu dari belakang dengan mobil. Bagaimanapun aku harus memulangkanmu dengan sopan pada ayahmu.” ucap Jinki sambil melangkah di depan Gweboon.

Sopan? Memulangkan Gweboon dengan sopan?

Gweboon ingin mencakar wajah Jinki saat ini, andai saja ia bisa. Lelaki ini sepertinya sudah gila. Dan baru saja Gweboon juga tertular kegilaan itu.

Bugh

Gweboon tiba-tiba menendang pantat Jinki, membuat Jinki shock.

“YA! APA YANG KAU TENDANG!!” Jinki berteriak tak terima perlakuan yang barusan ia dapatkan.

Sementara Gweboon terlihat berani, memasang wajah menantang.

“Pantat, aku baru saja menendang pantatmu!”

“Kenapa kau menendangnya?”

“Karena itu terlihat menyebalkan. Pantatmu benar-benar seksi!”

Jinki semakin shock.

Ada apa dengan Gweboon? Kenapa sikapnya seperti ini?

Sementara Gweboon stay cool saat ditatap Jinki dengan pandangan shock itu. Gweboon sudah bilang-kan kalau dia barusaja tertular kegilaan Jinki. Setidaknya sekarang satu keinganan Gweboon sudah tercapai, menendang pantat Jinki.

“Apa kau akan terus berdiri seperti itu, kau bilang akan mengantarku pulang. Apa secepat itu kau berubah pikiran?”

Jinki menelan air liurnya di tempat. Gadis cantik tapi galak itu?

Gweboon yang pertama kali ia temui di pinggir jalan. Dia kembali?

“Tapi, apa kita akan naik mobil jalan mundur lagi?” tanya Gweboon dengan wajah yang terlihat imut di mata Jinki.

Dugh…

“Tidak, aku pakai supir.”

* * *

“Anggap saja selama enam bulan belakangan kau ku titipkan pada kerabat, dan sekarang sudah sewajarnya kau pulang kembali,” ucap Kibum sambil mengambil alih koper yang diseret Gweboon.

Kibum membukakan kamar Gweboon, meletakkan koper di sudut ruangan dan membiarkan Gweboon hanya berjalan mengikutinya di belakang .

Kamar Gweboon dulu. Tak ada yang berubah. Seprai, horden, meja tulis, lemari..semua sama.

Kamar yang bahkan Gweboon belum pernah menunjukkannnya pada Jinki.

“Appa…”

“Kau tak usah bicara dulu. Aku bahkan masih sangat bingung.”

Kibum hampir meninggalkan kamar Gweboon, andai saja anak gadisnya itu tak bersuara lagi.

“Maafkan aku appa,” ucap gadis itu berniat tulus.

Membuat Kibum menghela nafas berat. Dia benar-benar tak habis pikir.

“Kalau kau minta maaf, berarti kau yang salah. Kalau kau yang salah, aku akan memarahimu. Tapi kau tahu, aku tak akan bisa memarahimu lagi setelah apa yang terjadi di masa lalu. Jadi anggap saja kali ini Lee Jinki-lah yang bersalah. ”

Gweboon hanya terdiam, dan tiga detik kemudian tangisnya pecah.

“Appa aku minta maaf. Aku bersalah, semua ini karena aku. Aku sudah membuatmu malu.”

Kibum membalikkan badannya menatap Gweboon. Melihat Gweboon yang sedang menangis membuat orang tua tunggal itu semakin frustasi.

Kenapa menangis?

Bukankah semua ini karena ulahnya?

Sudah tahu api itu panas, lalu kenapa menyentuhnya? dan menangis sesudahnya.

Kibum sudah memperingatkan pada Gweboon tentang semuanya. Tapi anak gadisnya yang ia kira tak gadis lagi, sepertinya tidak mendengarkannya.

“Jika kau tahu kau sudah membuatku malu, lalu kenapa masih berani pulang?”

Degh…

Gweboon terhenyak.

Meski Gweboon memang bersalah. Pantaskah Kibum berucap seperti itu pada satu-satunya anak yang ia miliki?

“…kau membuatku malu sejak awal. Saat kecil kau masih bisa bermain di hari pemakaman ibumu sendiri, saat SD kau bahkan sering bolos dan pura-pura sakit, lebih parah saat SMP kau sering membuatku pergi ke sekolah untuk bertemu wali kelasmu, karena kau sering membuat anak lain menangis, lalu lebih lebih parah lagi. Saat SMA ini kau tidur dengan pria tak dikenal. Aku sudah cukup bersyukur selama enam bulan ini kau menikah dengan pria sebaik Jinki, kau terjamin bersamanya. Tapi sekarang, kau jaaauuuuuh membuat ku lebih lebih lebih lebih malu dari sebelumnya. Perceraian ? Itu sebenarnya wajar jika lelaki itu melakukannya padamu. Bagaimanapun tak akan ada lelaki yang bisa membiarkan istrinya disentuh pria lain.” lanjut Kibum yang kali bahkan berdiri hadapan Gweboon yang membatu.

Plak

’Maaf karena aku menamparmu’ seharusnya itu yang aku katakan. Tapi aku merasa kau pantas ditampar, kau harus sadar Gweboon. Apa yang akan kau dapatkan, setelah melepas semua ini? ’Dan apa kau bahagia’ tanyakan itu pada dirimu sendiri setelah semuanya menjadi seperti ini. Jika ’ya, aku bahagia’ jawabannya, maka aku akan menerima semua ini dan mendukungmu. Tapi jika ’Apa yang ku lakukan? Aku menyesal’ maka jangan harap aku ada di pihakmu.”

Berlalu begitu saja, membiarkan Gweboon sekarang roboh dengan pelan dari posisinya.

Kibum tahu dia ayah yang buruk. Tapi dia juga tak dapat berdiam diri terus. Dia ingin anaknya itu dewasa. Jika memahami diri sendiri saja tak bisa, bagaimana anak itu akan tumbuh menjadi dewasa.

Gadis itu sekarang terduduk dengan air mata yang mengalir.

Dan rentetan peristiwa yang semula ia lupakan tiba-tiba teringat dengan sangat jelas di otaknya.

“Eomma….”

/Sementara itu\

Minho mendapatkan tamparan yang serupa di wajahnya.

Choi Siwon menatap geram pada putranya, “Kau sudah gila!”

“Aku benar-benar menyukainya,” ucap Minho dengan suara pelan. Choi Siwon tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia hampir menampar anak itu lagi jika saja istrinya tak menahannya.

’Aku menyukainya’ lalu kau pikir setelah berkata seperti itu kau akan baik-baik saja?”

Minho hanya terdiam. Ini bukan yang pertama kalinya ia mendapatkan tamparan ini. Jadi tak masalah baginya.

Dia menyukai Gweboon. Dan selama ini untuk memendam perasaan itu dia telah banyak berkorban. Tak salahnya menjalin hubungan beberapa bulan saja, selama itu membuatnya bahagia.

Minho tak ingin menjadi pihak yang satu-satunya terluka.

Dia tahu ini sedikit egois, tapi… toh Gweboon juga suka Minho kan, lalu apa salahnya?

“Dia juga menyukaiku appa,”ucap Minho mencoba membela diri, dan dia justru mendapatkan delikan tajam dari ibunya yang sedari tadi hanya berdiam diri. Sementara Siwon hanya dapat menghela nafas.

“Kalau dia menyukaimu, apa dia akan tidur dengan lelaki lain dan menikahinya? Ku pikir dia gadis polos. Ternyata dia itu maniak. Dia jauh lebih buruk dari Ibunya.”

“HENTIKAN. ITU TIDAK BENAR ! Dia tidak tidur dengan pria itu, bahkan aku tak pernah melihat lelaki itu lagi setelah hari pernikahan mereka. Aku bahkan lebih sering melihat Gweboon dengan teman wanitanya yang tidak normal itu,” Minho berseru.

Urat-urat lehernya menegang.

Baik…

Minho memang tahu semuanya, tapi dia pura-pura tak tahu.

Siapa yang rela. Menjaga seorang seorang gadis lebih dari sepuluh tahun tapi tak pernah menjadi ’siapa-siapa’.

Minho tak mau memiliki akhir yang menyedihkan. Dia persis seperti si ’buruk rupa yang Jinki ceritakan.

Tak ingin cerita yang terlalu menyedihkan lalu mengarang ceritanya sendiri.

“Mereka menikah, kau bahkan datang ke sana dan melihat mereka bersanding. Kenapa saat itu tak kau hampiri saja Gweboon dan katakan ’selamat atas pernikahanmu’ dan akhiri perasaanmu yang sejak awa ku bilang tak boleh bertunas itu!”

“……………………

Minho terdiam membuat Choi Siwon menyerah.

Hari pernikahan Gweboon? Minho bahkan tak ingin mengingatnya. Ia ingin menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan sekarang saat ia bersama Gweboon.

Itu baru sebuah mimpi yang sangat indah.

Mimpi?

“Minho, kali ini Ibu memihak ayahmu. Lepaskan Gweboon, biarkan Gweboon menjalani hidupnya. Kau tak bisa seperti ini. Ini bukan main-main,”

Yoona, ibu Minho hanya dapat menepuk-nepuk pundak anaknya itu pelan. Sebenarnya dia tak rela anaknya sampai seperti ini karena seorang gadis. Apa perlu dia mengikutkan Minho di acara kencan buta seperti dalam drama?

Minho tentu tak akan menolak, jika wanitanya adalah Gweboon.

Gweboon, Gweboon, Gweboon.

Ini benar-benar seperti sihir ajaib, bagaimana mungkin dia membuat semua pria tergila-gila padanya.

* * *

Jodoh itu rahasia langit….

Jika kau mencarinya justru akan membuatnya terlihat rumit.

Tapi, jika kau tak mencarinya justru kau akan melewatkannya.

Jodoh itu seperti …

Seseorang yang sudah lama tak dipertemukan…

Saat bertemu akan  berpelukan..

Dan saling berharap tak akan terpisahkan…….


Gweboon sudah ada disini.

Di tempat ia dipertemukan dengan Jinki.

Tapi bukan itu alasannya.

Bukan untuk mengenang pertemuan itu di kesini. Tapi dia kesini untuk bertemu dengan seseorang bernama Kim Jonghyun. Kim Jonghyun yang telah memberikannya sebuah ramuan pada hari itu.

Ramuan?

—flash back—

Gweboon menjadi gila saat ia melihat Minho mencium seorang gadis di depannya. Terlebih gadis itu adalah temannya sendiri, Choi Jinri.

Choi Jinri yang sepertinya lupa dengan cerita Gweboon. Lupa kalau gadis itu selalu bercerita padanya.

Tentang persaan sepuluh tahun yang Gweboon pendam seorang diri.

Plukkk

Gweboon tak sengaja menjatuhkan tempat bekal makan siang yang ia buatkan untuk Minho. Membuat dua orang itu akhirnya menoleh pada Gweboon.

Sejenak menatap lalu mengalihkan pandangan lagi, tanpa melepaskan ciuman itu.

SIAL.

Mereka sama sekali tak terpengaruh, justru semakin bergairah untuk melakukannya.

Minho mendorong tubuh Jinri hingga tersandar pada dinding, meraih dan meraba tubuh Jinri dengan tangan. Gweboon yang melihat bahkan merasakan aura panas.

Minho…

Jinri….

Tak memperdulikan Gweboon.

* * *

Gweboon menjadi gila sekarang.

Terus berlari dan menangisi apa yang baru saja ia lihat. Dia tak habis pikir kenapa mereka berdua sekeji itu.

Jika itu Minho saja tak masalah. Gweboon memang sudah sering mempergoki Minho berciuman dengan yang lain.

Tapi dengan Jinri? teman baiknya…

Ini keterlaluan.

Bughh..

Anggap saja Gweboon sedang dalam syuting drama. Saat sedang gundah gulana berlari sambil menangis, tanpa sengaja ia juga tersandung batu dan akhirnya terjatuh.

‘Cinta ditolak dukun-pun bertindak’

Membaca sekilas tulisan di sebuah papan, yang di paku seadanya pada batang pohon palem itu membuat Gweboon mengerutkan keningnya.

Cinta Gweboon tidak ditolak.

Karena lebih tepatnya, Gweboon tak pernah memberitahukan perasaannya yang sebenarnya.

Dan mungkin ini cara yang cepat.

Gweboon ingin membalas dendam.

Dia ingin melupakan perasaannya, dan membuat pria itu tergila-gila padanya.

‘“Jadi lelaki seperti apakah yang menolak gadis cantik berseragam SMA sepertimu?”

Gweboon terdiam saat baru saja membuka sebuah pintu. Sementara sosok ’Kim Jonghyun’ dengan baju hitam-hitamnya tersenyum ramah.

“Sepertinya solusinya adalah ramuan asmara sampai mati,” ucap Kim Jonghyun sambil menaruh sebotol kecil cairan aneh di atas meja.

Gweboon menceritakan semuanya.

Gweboon yang ingin melupakan Minho. Gweboon yang ingin digilai oleh Minho.

“Apa aku harus meminum ini?”

“Ya..tap….i,” belum sempat Kim Jonghyun menyelesaikan ucapannya. Gweboon sudah terlebih dahulu membuka tutup botol itu dan meneguk habis cairan di dalamnya.

“Kau tak seharusnya meminum itu, sekarang,” gumam lelaki itu yang membuat Gweboon terhenyak.

“Kenapa?”

“Itu jenis ramuan keras. Mengandung sejenis alkohol yang meskipun kadarnya sedikit sudah cukup membuatmu mabuk. Efek sampingnya kau merasakan kesedihan, keputus asaan, menjadi galak dan bahkan lima menit kemudian kau akan melupakan ’kejadian meminum ramuan ini’. Efeknya bertahan lumayan lama, yaitu sehari semalam, bahkan kau akan tidur dengan sangat nyenyak tanpa menyadari apa yang terjadi di sekitarmu. Kau juga harus memastikan tidak akan ’tersenyum’ pada pria lain. Atau ramuan ini justru berkerja pada orang yang kau beri senyuman itu. Jadi sebaiknya, setelah meminum ramuan ini, kau harus secepatnya bertemu dengan pria yang kau inginkan itu dan tersenyum padanya, maka ramuan ini akan bekerja dengan baik. Ku rasa ini sedikit sulit,” jelas Kim Jonghyun yang dibalas kekehan oleh Gweboon.

“Itu..sama sekali tidak sulit. Aku hanya perlu membuat Minho oppa tersenyum-kan dan juga tersenyum di depannya? Itu mudah sekali. Hohoho!”

Kim Jonghyun menggelengkan kepalanya pelan.

Sepertinya hari ini dia akan kedatangan beberapa orang aneh sejenis Gweboon, dan siapa yang menduga kalau hari itu Jinki juga datang padanya. Tepat setelah lima menit Gweboon keluar dari tempat Kim Jonghyun.

—flash back off—

Gweboon mengingatnya sekarang. Semuanya dia ingat, dan gadis itu semakin frustasi saat menyadari tak ada pondok tempatnya bertemu Kim Jonghyun itu disini.

Bahkan papan di pohon palem pun tak ada.

Gweboon tak tahu kenapa dia bisa mengingat semua ini. Semuanya ini seperti ’tiba-tiba saja’ dan terlalu membingungkan.

Dreeet

Gweboon menatap layar selfon yang dia pegang. Mengamati nama penelpon yang sebenarnya sempat ia harap kalau itu Jinki.

“Ada apa Minho oppa?”

“Aku ingin kencan. Apa besok kau ada acara?”

“Kencan? Kenapa tiba-tiba kau….”

“Aku memaksamu untuk datang. Kau sudah ingkar saat aku mengajakmu ke gunung akhir minggu kemarin.” suara Minho di balik telpon yang tersambung itu terdengar serak.

Tapi Gweboon mencoba tak peduli. Atau memang dia telah tak peduli. Gadis itu bahkan tak menunjukkan debaran-debaran yang dulu ia rasakan setiap kali Minho mengajaknya bicara.

“Itu karena Appa tak mengijinkan, oppa.” Gweboon membela diri dengan berbohong. Sebenarnya saat itu ia tak bisa pergi karena Jinki yang tak mengijinkan.

Dan Gweboon juga tak ingin pergi.

Lagipula hari itu memang turun hujan. Entah hujan karena Jinki menggunakan uangnya untuk hujan buatan atau memang hujan turun dari ’langit’.

Setidaknya itu hujan, dan itu membuat Gweboon tak bisa pergi. Dengan demikan Jinki senang hari itu mereka bisa berduaan.

Gweboon tersenyum tipis mengingatnya. Tak menyadari Minho yang sedari tadi terus memanggil namanya di telpon.

“…Gweboon, bagaimanapun akan ku tunggu di café X besok siang, aku harap kau tak terlambat. Kau tahu aku benci menunggu.”

Teeeett

Kembali seperti semula, tanpa menunggu apa yang dipikirkan Gweboon. Lelaki itu sudah memutuskan sambungannya terlebih dahulu.

Tapi mungkin ramuan yang diberikan Kim Jonghyun sepertinya benar-benar manjur.

Bahkan Gweboon tak lagi mendesah atau merasa sakit hati saat diperlakukan seperti ini oleh Minho.

Pikiran gadis itu justru melayang entah kemana. Menatap langit malam sejenak lalu melangkah pergi dari tempat itu.

Semula ia ingin bertemu dengan Kim Jonghyun, meminta penjelasan tentang semuanya. Tapi ia tak dapat menemukan apa-apa disini.

Dan sekarang, Gweboon justru merasa rindu pada seseorang.

Seseorang yang biasanya memanggilnya dengan,

“Ya, anak gadis Kim Kibum!”

Dan seseorang itu adalah Jinki.

Lee Jinki, mantan suami Gweboon.

* * *

Ini pagi pertama bagi Jinki setelah menyandang status duda. Dan pagi ini sosok Jinki nampak tengah asyik di depan laptop.

Memeriksa semua laporan yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Membereskan berkas yang akan dipakai dalam meeting.

Juga mengatur jadwal pekerjaannya agar tidak terlalu mencekik ’pria’ itu.

“Apa kau masih ingin bekerja seperti itu? Sampai kapan kau akan melakukan ini pada Eomma.  Bahkan kau tak berhenti bekerja setelah pulang dari mengantar Gweboon. Kau hanya keluar saat malam untuk mengambil minum. Kau pikir kau kan hidup jika seperti ini?”

Jinki cuek.

Tak menyahut dan membiarkan dirinya terus terkurung di dalam kamar.

Biarkan Jinki menjalani hidupnya seperti ini. Toh sebelum gadis itu masuk, dia memang seseorang yang gila kerja.

“Jinki ayolah sarapan bersama Eomma,” Eunsook masih berusaha membujuk anaknya.

Tapi Jinki lagi-lagi memilih untuk berdiam diri.

Tak ingin menyahut, atau memang karena sedang tak bisa menyahut.

Yang jelas Jinki sedang baik-baik saja, sekarang. Meskipun hari ini tanggal dua.

* * *

Gweboon masuk ke dalam cafe, sejenak mengamati sekitar dan menemukan Minho tengah bicara pada dua orang gadis.

Dengan pelan Gweboon mencoba mendekat.

“Siapa perempuan ini, Minho? Apa kau sedang terang-terangan menyelingkuhi noona?”

Minho menggaruk tengkuknya saat seorang wanita yang mungkin lebih tua darinya itu menatapnya tajam.

“Minho oppa. Siapa unni ini? Kenapa dia bilang oppa ‘menyelingkuhinya’,” dan kali ini gadis lainnya yang bertanya.

Minho menatap keduanya bergantian, lalu sedikit melirik pada Gweboon yang ada di hadapannya.

“Boomie noona, ini Eunji. Dia pacarku sekarang, kalau Boomie noona tak bisa menerimanya. Kita putus saja. Dan Eunji, ini Boomie noona, saat berkencan denganmu aku juga sedang berkencan dengannya. Apa kau mau kita putus saja?”

Boomie dan Eunji menatap ke arah Minho dengan pandangan tak terima.

Apa maksud lelaki ini?

“Jangan menatapku seperti itu. Kalian juga pasti sudah tahu kalau aku ini adalah seorang playboy. Aku punya banyak mantan, dari  Nowon-gu sampai ke Gwanak-gu . Ku pikir setidaknya aku punya lebih dari seratus. Ohya, ini Gweboon,” Minho mendekati Gweboon, menuntunnya dan membawa masuk Gweboon di antara kedua gadis itu.

“Jika setelah kalian mendengar kata-kata itu dari mulutku, kebanyakan dari kalian akan menamparku, mengataiku, dan bahkan menyeretku ke neraka jika bisa. Tapi gadis ini, dia berbeda. Gweboon dia sangat berbeda. Dia satu-satunya yang akan terus mencintaiku dan memihakku. Meskipun aku mencium sahabatnya sendiri di depannya, dia tak akan marah dan meninggalkanku. Dia tetap akan memilihku meskipun ada seorang pangeran berkuda putih yang sedang menunggunya. Karena dia sangat menyukaiku,”

Tatapan tak percaya diberikan oleh kedua gadis itu pada Gweboon, sementara Gweboon hanya tertunduk dan mengikuti permainan Minho.

“Kau cukup manis, tapi sayang kau bodoh. Kenapa kau memilih laki-laki sepertinya?” gadis yang dipanggil Boomie oleh Minho itu mengambil tas-nya di atas meja. Kemudian tanpa mengucapkan salam perpisahan dia berlalu begitu saja.

Sementara gadis yang Minho panggil Eunji nampak terisak di tempatnya.

Tak menyangka diperlakukan seperti ini oleh seseorang sepertimu.

“Apa kau tak akan pergi sepertinya? Kalau kau tak mau pergi, biarkan kami yang pergi. Tapi jangan coba-coba mengejek Gweboon seperti yang dilakukan wanita itu!” seru Minho pada Eunji. dan kemudian lelaki itu menyeret Gweboon secara paksa.

* * *

Minho mengajak Gweboon pergi ke Namsan tower. Entah itu di perjalanan dan bahkan sampai sekarang Gweboon masih tak bersuara.

“Bagaimana kabar suami-mu?” ucap Minho setelah menyodorkan sekaleng minuman soda pada Gweboon.

Gweboon mendongak terkejut, sementara Minho stay cool dan duduk di ujung bangku, menyisakan cukup jarak dengan Gweboon.

“Semula aku ingin melepaskanmu dengan cara yang ’menyakitkan’, tapi aku tak bisa. Setidaknya aku ingin terlihat baik juga di matamu itu. Dan untuk kejadian yang tadi, ku pikir aku tak akan membohongimu lagi. Tadi itu disengaja. Aku ingin menunjukkan betapa buruknya aku, jadi kau bisa melupakan ku dengan mudah,” lanjut Minho yang membuat Gweboon membatu.

“Suami? Oppa tahu itu?”

“Aku seharusnya pensiun menjadi ‘oppa yang sepuluh tahun menjagamu’ di hari itu. Tapi aku terlalu rakus dan minta masa kerjaku diperpanjang.” Minho mengacuhkan pertanyaan Gweboon, dan justru meneguk setengah dari minuman soda yang ada di tangannya.

“’Apa dia pria baik? Apa dia memperlakukanmu dengan penuh perhatian? Apa dia seorang yang kasar? Apa pernah dia memaksamu dan memukulmu’ aku ingin menanyakannya. Tapi terlalu takut. Aku takut jika jawabannya ’ya dia perhatian, dia selalu baik padaku, dia tak pernah kasar dan menuruti keinginanku’ karena dengan begitu aku akan merasa terluka. Tapi aku juga takut jika jawabanya ’Tidak, dia pria jahat. Dia memukuliku, dia mengasariku, dan terus memaksaku semaunya’. Karena dengan begitu, aku jadi ingin merebutmu kembali, Gwe…”

Gweboon terdiam.

Sementara Minho tersenyum menatap Gweboon dalam.

“Mungkin ‘langit’ memang benar-benar menginginkan aku menjadi ‘oppa yang menjagamu selama sepuluh tahun’ saja. ’Langit’ tidak memberikanku kepercayaan untuk menjagamu sebegai ’seseorang’. Mungkin karena aku terlalu jahat. Aku sering bermain dengan para gadis lain, sering menyakiti mereka, dan bahkan aku merahasiakan kalau aku mengetahui statusmu. Aku jahatkan?”

Minho menangis, dan Gweboon juga ikut menangis.

“Sejak kecil, aku tak pernah ingin punya adik. Tapi saat melihatmu menangis di depan makam ibumu, aku merasa aku ingin punya satu. Dan satu itu adalah Gweboon. Aku paling tak peduli dengan orang lain. Tapi denganmu bahkan aku menjadi terlalu peduli. Tapi sekarang, sudah sepantasnya aku melepaskanmu. Kau…..sudah berjalan terlalu jauh di depanku. Bahkan jika aku mengerjarmu. Aku tak akan mampu mengejarmu.”

“Oppaa….”

“Ya, seperti itu. Cukup dengan mendengar kau memanggilku seperti itu. Itu sudah cukup. Tapi Gwe, aku punya sedikit permintaan.”

“………………”

“Berjanjilah untuk bahagia, jangan menyalahkan dan mempersulit diri sendiri dan belajarlah untuk jujur pada diri sendiri.”

“Oppa, aku…”

“Sssstt!” Minho berdesis. Membuat Gweboon menghentikan ucapannyaa.

“Jangan frustasi juga terhadap suamimu. Jika suamimu orang yang dingin, kau harus lebih agresif. Siapa peduli kau terlihat seperti perempuan nakal. Yang jelas jangan mengubah haluan, dari lelaki ke wanita. Mengerti?”

Gweboon tersenyum lebar ke arah Minho.

Dan Minho membalas senyum itu.

Sebenarnya Gweboon ingin memeluk Minho, tapi ia urungkan karena itu mungkin akan mempersulit.

“Aku tak akan mengantarmu pulang. Kau bisa pulang sendiri-kan ke rumah suamimu? Sampaikan salam untuknya. Maaf tidak ’mengucapkan selamat’ saat hari pernikahanmu.”

Gweboon mengangguk masih tersenyum.

“Tunggu apa lagi, pulanglah sebelum aku berubah pikiran. Kau tahu, ini perjuangan sepuluh tahun dan aku melepaskannya hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit.”

Pelan..

Gweboon meniti langkahnya, berjalan menjauhi Minho.

Sementara Minho memutuskan untuk tidak melihat, lelaki yang mengakui dirinya sebagai pria jahat itu kini mengubah peran sebagai pria baik.

Dan bahkan dia menangis.

Masih ada rahasia yang ia simpan sebenarnya.

Hari pernikahan Gweboon,

Ia sengaja menaruh obat pencahar di dalam gelas air minum ruang pengantin.

Semula Minho kira itu ruangan itu untuk Jinki.

Minho ingin membuat jinki sakit perut dan membatalkan pernikahan dengan Gweboon. Tapi ternyata, air itu justru diminum oleh Gweboon.

Dan jika menyangkut bagaimana Minho tahu mengenai pernikahan Gweboon, itu karena Minho yang menerima surat undangan yang diberikan Kibum langsung padanya.

Sampai disini…

Semuanya sudah mulai jelas.

* * *

Gweboon naik taksi, dan tanpa membayar turun begitu saja di depan rumah Jinki.

Dan tanpa mempedulikan sopan santun, gadis itu berlari ke dalam, menaiki tangga dan bahkan membuka kamar Jinki.

Seperti keajaiban kamar Jinki tak dikunci, dan itu mempermudah Gweboon.

“Bapak tua…tidak, maksudku..Lee Jinki, Ah juga tidak..Oppaa, tidak..tidak… Mantan suamiku!” Panggil Gweboon kacau setelah memasuki kamar Jinki.

Membuat Eunsook yang sebelumnya melihat Gweboon masuk nampak terbingung-bingung dari kejauhan.

Tak ada Jinki di dalam kamar ini.

Hanya ada laptop yang layarnya masih menyala, Gweboon pun mendekat menaruh rasa curiga.

Laptop itu menampilkan sebuah email yang terbaca.

Untuk : Tuan Muda Lee Jinki

Bagaimana kabarmu anak muda? Setelah kau mendapatkan apa yang kau inginkan, apa kau merasa bahagia sekarang?

Menjadi perempuan, pasti menyenangkan sekali. Kau pasti telah belajar banyak hal, tapi ku harap kau tak melupakan prinsip dasarnya.

Dan aku sangat menyesal, pesan ini aku kirim bukan hanya untuk menanyakan itu. Aku ingin menyampaikan peringatan besar kalau waktumu akan berakhir.

Tanggal dua…

Saat bulan tepat berada di atas kepala, bahkan jika salah satu dari kalian mati. Peraturan tetaplah peraturan. Kau tahu benar, meski kau memutar jarum jam, waktu yang sebenarnya tidak akan pernah benar-benar kembali.

Aku bicara mengenai syaratnya…Kau masih mengingatnya kan?

Jika kau tidak memiliki syaratnya, kau akan terjebak dengan tubuh perempuan itu untuk selama-lamanya.

Tertanda

Kim Jonghyun

Dan sesaat Gweboon lupa cara berdiri.

Gadis itu bahkan terjatuh, tubuhnya lemas.

tanggal dua?

Itu hari ini….

dan sekarang sudah pukul enam sore…

Bagaimana ini, jika Jinki tak menemukan ciumannya dia tak akan kembali ke wujud normalnya dan akan tetap menjadi perempuan selama-nya. Itu tentu tidak boleh terjadi.

Tapi Gweboon juga harus bagaimana, dia bahkan tak tahu Jinki ada dimana sekarang? Apa Jinki baik-baik saja?

Tidak..

Jinki tentu dalam keadaan tidak baik.

Bagaimanapun Jinki pasti dalam keadaan panik.

—To Be Continued—

I Need a Kiss Season I (Sequel )
|| Teaser | Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 | Part 6 | Part 7 | Part 8 | Part 9 | Part 10 | Part 11 [END] ||

I Need a Kiss Season II (Sequel )
( Part 1 | Part 2 [END] )


*/: Ga jadi tamat. Soalnya jadi kepanjangan, trus After storynya malah kependekan. Jadi aku rombak, sedikit bagian part 11 yg mulanya after story aku tambahin di Part ini, dan Part 11nya dibikin ulang.

Maaf klo ada typo berglantungan. maaf atas ketidaknyamanan kata sandi kemarin. Next part no pw, trbit klo komen udah banyak, ha ha ha 😀

Penulis: Rasyifa

♥ Ordinary Girl, who loves rain sound.

145 thoughts on “SHINee Fanfiction Romance Comedy // I Need a Kiss – Part 10

  1. Ah ternyata minho dalang dibalik mulesnya perut gweboon.
    Dan gmn nih nasib jinki?
    Dmn ia sekarang?

    Suka

  2. Ramuan apa yang fiminum Gweboon?
    Oppa gmn?

    Suka

  3. Ramuan apa yang fiminum Gweboon?
    Oppa gmn?
    Last one

    Suka

  4. Oh iya, Gweboon juga mendatangi Kim Jongun ya~
    Mereka memang pasangan yang sesuatu.
    Udah ditakdirkan bersama XD

    Suka

  5. oohhh jadi si minong alesannya gweboon mules pffftttt

    keep writing XD

    Suka

  6. Yakin bgt, kalo sbenernya jinki gk rela lepasin gweboon. Gmna ni nasib jinki??

    Suka

  7. helah si minho…
    nah lho uda tgl 2, uda jatuh tempo trs itu bagaimana nasib jinki selanjutnya…

    Suka

  8. Ping-balik: Fanfiction SHINee // I Need a Kiss Season II – Part 2 [FINAL] | Rara Story

Feedback. . .♥